Walikota Depok apresiasi pengaturan impor hortikultura
A
A
A
Sindonews.com - Walikota Depok Nur Mahmudi Ismail menganggap kenaikan harga bawang merah dan harga bawang putih sebagai insiden. Dia justru mengapresiasi pemerintah yang melakukan pengaturan impor aneka ragam hortikultura.
Menurut Ahli teknologi pangan dari Texas A & M University dan Institut Pertanian Bogor (IPB) ini, aneka hortikultura tersebut sangat mungkin dibudidaya oleh orang Indonesia. Dia menilai jangan sampai pemerintah membiarkan adanya penyelundupan produk impor ke dalam negeri.
"Dan seolah dianggap penyalahgunaan itu dipandang harganya murah. Harus ada kontrol pemerintah terhadap kualitas secara sungguh-sungguh, supaya tak ada miss persepsi produk tertentu memiliki competitive adventages," tegasnya kepada wartawan, Kamis (14/3/2013).
Dia mengajak seluruh masyarakat untuk memikirkan bersama-sama untuk membudidayakan tanaman hortikultura di dalam negeri. Ia membantah bahwa kualitas produk dalam negeri tidak sebaik produk impor.
"Soal ukuran bawang putih kita kecil-kecil, yang penting kan rasanya. Jangan gede kecilnya," tukas Nur Mahmudi.
Tertahannya ratusan ribu ton bawang putih di Surabaya, kata Nur Mahmudi, diduga hal itu merupakan ulah spekulan. Sebab diduga produk tersebut tak mempunyai dokumen.
"Indikasinya ada dua spekulasi, bisa jadi sengaja disimpan supaya jadi shortage, sehingga ini jadi gejolak di masyarakat, bahwa pemerintah tak mampu supply bawang jadi mahal," imbuhnya.
Namun fenomena ini, kata dia, mengajarkan masyarakat Indonesia harus cerdas berpikir. "Bahwa urusan ini memang urusan pemerintah pusat menghadapi spekulan. Namun bisa kita kembangkan sendiri agar lebih mandiri," tandasnya.
Menurut Ahli teknologi pangan dari Texas A & M University dan Institut Pertanian Bogor (IPB) ini, aneka hortikultura tersebut sangat mungkin dibudidaya oleh orang Indonesia. Dia menilai jangan sampai pemerintah membiarkan adanya penyelundupan produk impor ke dalam negeri.
"Dan seolah dianggap penyalahgunaan itu dipandang harganya murah. Harus ada kontrol pemerintah terhadap kualitas secara sungguh-sungguh, supaya tak ada miss persepsi produk tertentu memiliki competitive adventages," tegasnya kepada wartawan, Kamis (14/3/2013).
Dia mengajak seluruh masyarakat untuk memikirkan bersama-sama untuk membudidayakan tanaman hortikultura di dalam negeri. Ia membantah bahwa kualitas produk dalam negeri tidak sebaik produk impor.
"Soal ukuran bawang putih kita kecil-kecil, yang penting kan rasanya. Jangan gede kecilnya," tukas Nur Mahmudi.
Tertahannya ratusan ribu ton bawang putih di Surabaya, kata Nur Mahmudi, diduga hal itu merupakan ulah spekulan. Sebab diduga produk tersebut tak mempunyai dokumen.
"Indikasinya ada dua spekulasi, bisa jadi sengaja disimpan supaya jadi shortage, sehingga ini jadi gejolak di masyarakat, bahwa pemerintah tak mampu supply bawang jadi mahal," imbuhnya.
Namun fenomena ini, kata dia, mengajarkan masyarakat Indonesia harus cerdas berpikir. "Bahwa urusan ini memang urusan pemerintah pusat menghadapi spekulan. Namun bisa kita kembangkan sendiri agar lebih mandiri," tandasnya.
(gpr)