PMI Manufaktur RI Melambat pada Mei tapi Tetap Ekspansif 21 Bulan Beruntun
Selasa, 06 Juni 2023 - 08:12 WIB
“Sangat penting untuk memonitor seberapa tangguh penurunan permintaan terkini karena hal ini akan mempengaruhi perkiraan pertumbuhan,” ujar Economics Associate Director S&P Global Market Intelligence, Jingyi Pan dalam keterangan tertulis, Senin (5/6).
Meski demikian, sambung dia, PMI manufaktur Indonesia masih dalam kondisi ekspansif karena masih berada di atas 50 poin. Adapun penurunan permintaan terjadi baik dari permintaan domestik maupun permintaan asing. Ini merupakan imbas dari kondisi pasar yang mengalami pelemahan. Bahkan, permintaan asing mengalami penurunan selama 12 bulan berturut-turut.
"Sangat mengkhawatirkan melihat bahwa sentimen bisnis tetap suram, dengan tingkat kepercayaan semakin turun di bawah rata-rata pada bulan Mei, mencerminkan kekhawatiran yang masih ada terhadap perkiraan pada tahun yang akan datang," tuturnya.
Meski ada penurunan pada permintaan baru, beban kerja perusahaan menjadi berkurang dan pasokan barang tetap dalam jumlah besar. Hal tersebut diperkirakan bisa membantu perusahaan dalam meningkatkan penjualan pada bulan berikutnya.
“Kondisi permintaan yang lebih lemah menyebabkan berkurangnya tekanan harga bagi produsen Indonesia, yang artinya inflasi harga jual akan lebih lunak di sektor produksi barang, sehingga mencerminkan upaya Bank Indonesia dalam menurunkan tekanan inflasi melalui pengetatan kebijakan moneter,” bebernya.
Untuk diketahui, laju pertumbuhan sektor manufaktur Indonesia terus melambat sejak awal kuartal kedua. Produksi kembali meningkat didukung oleh pesanan yang ada dan kondisi persediaan pasokan yang lebih baik, namun laju pertumbuhan berkurang di tengah tengah kontraksi pada permintaan baru. Imbasnya, aktivitas pembelian melemah dan tingkat lapangan pekerjaan hanya tumbuh sedikit.
Meski demikian, sambung dia, PMI manufaktur Indonesia masih dalam kondisi ekspansif karena masih berada di atas 50 poin. Adapun penurunan permintaan terjadi baik dari permintaan domestik maupun permintaan asing. Ini merupakan imbas dari kondisi pasar yang mengalami pelemahan. Bahkan, permintaan asing mengalami penurunan selama 12 bulan berturut-turut.
"Sangat mengkhawatirkan melihat bahwa sentimen bisnis tetap suram, dengan tingkat kepercayaan semakin turun di bawah rata-rata pada bulan Mei, mencerminkan kekhawatiran yang masih ada terhadap perkiraan pada tahun yang akan datang," tuturnya.
Baca Juga
Meski ada penurunan pada permintaan baru, beban kerja perusahaan menjadi berkurang dan pasokan barang tetap dalam jumlah besar. Hal tersebut diperkirakan bisa membantu perusahaan dalam meningkatkan penjualan pada bulan berikutnya.
“Kondisi permintaan yang lebih lemah menyebabkan berkurangnya tekanan harga bagi produsen Indonesia, yang artinya inflasi harga jual akan lebih lunak di sektor produksi barang, sehingga mencerminkan upaya Bank Indonesia dalam menurunkan tekanan inflasi melalui pengetatan kebijakan moneter,” bebernya.
Untuk diketahui, laju pertumbuhan sektor manufaktur Indonesia terus melambat sejak awal kuartal kedua. Produksi kembali meningkat didukung oleh pesanan yang ada dan kondisi persediaan pasokan yang lebih baik, namun laju pertumbuhan berkurang di tengah tengah kontraksi pada permintaan baru. Imbasnya, aktivitas pembelian melemah dan tingkat lapangan pekerjaan hanya tumbuh sedikit.
(ind)
Lihat Juga :
tulis komentar anda