China dan Barat Berlomba Menguasai Lithium di Afrika, Siapa Pemenangnya?
Rabu, 21 Juni 2023 - 04:34 WIB
JAKARTA - China terus menancapkan kukunya di Afrika sebagai upaya mencaplok tambang Lithium , lewat investasi besar-besaran yang membuat operator barat berebut mengikutinya. Lithium menjadi komoditas yang menjadi incaran banyak negara, terkait peran pentingnya sebagai bahan baku pembuatan baterai kendaraan listrik.
Pemukiman Uis di bagian terpencil negara Namibia, tampaknya tidak mungkin menjadi hotspot untuk perang dingin mineral yang menjadi masa depan kendaraan listrik. Uis terletak di perbukitan gersang Erongo, sebuah provinsi besar dan jarang penduduknya di negara Afrika barat daya.
Selama beberapa dekade, satu-satunya tanda kekayaan mineral yang dimiliki daerah ini adalah batu permata yang dijual kepada wisatawan oleh penambang rakyat, yang mencari nafkah di bawah bayang-bayang tambang timah bekas.
Tapi segera Uis akan menjadi bagian dari perlombaan global untuk lithium, logam alkali yang merupakan bahan baku utama untuk baterai kendaraan listrik karena adanya lokasi tambang. Mengamankan pasokan lithium yang andal adalah salah satu tantangan terbesar produsen mobil yang berusaha memproduksi lebih banyak kendaraan listrik.
Sebuah pabrik percontohan yang sedang dibangun oleh Andrada, perusahaan tambang yang terdaftar di London bakal memproduksi batch pertama lithium terkonsentrasi pada akhir Juni. Mereka menggunakan bijih yang ditambang dari operasi timah yang dibangkitkan dan diperluas.
Fasilitas ini akan terletak kurang lebih sejauh 300 km dari Walvis Bay, pelabuhan regional utama. Kepala Eksekutif Andrada, Anthony Viljoen menyakini bahwa kawasan ini akan sangat "signifikan secara global" tidak hanya untuk lithium tetapi logam lain yang penting untuk transisi energi, seperti timah dan tantalum.
Tapi sepertinya bakal ada persaingan sengit. Dimana pada bulan lalu, pabrik konsentrat lithium pertama milik China di Afrika memulai produksi percobaan di Arcadia, Zimbabwe. Tambang itu dibeli oleh Huayou Cobalt pada tahun 2021 seharga USD422 juta, bagian dari gelombang miliaran dolar baru-baru ini dari kesepakatan lithium China di negara di mana banyak investor barat takut untuk melangkah.
Pemukiman Uis di bagian terpencil negara Namibia, tampaknya tidak mungkin menjadi hotspot untuk perang dingin mineral yang menjadi masa depan kendaraan listrik. Uis terletak di perbukitan gersang Erongo, sebuah provinsi besar dan jarang penduduknya di negara Afrika barat daya.
Selama beberapa dekade, satu-satunya tanda kekayaan mineral yang dimiliki daerah ini adalah batu permata yang dijual kepada wisatawan oleh penambang rakyat, yang mencari nafkah di bawah bayang-bayang tambang timah bekas.
Tapi segera Uis akan menjadi bagian dari perlombaan global untuk lithium, logam alkali yang merupakan bahan baku utama untuk baterai kendaraan listrik karena adanya lokasi tambang. Mengamankan pasokan lithium yang andal adalah salah satu tantangan terbesar produsen mobil yang berusaha memproduksi lebih banyak kendaraan listrik.
Sebuah pabrik percontohan yang sedang dibangun oleh Andrada, perusahaan tambang yang terdaftar di London bakal memproduksi batch pertama lithium terkonsentrasi pada akhir Juni. Mereka menggunakan bijih yang ditambang dari operasi timah yang dibangkitkan dan diperluas.
Fasilitas ini akan terletak kurang lebih sejauh 300 km dari Walvis Bay, pelabuhan regional utama. Kepala Eksekutif Andrada, Anthony Viljoen menyakini bahwa kawasan ini akan sangat "signifikan secara global" tidak hanya untuk lithium tetapi logam lain yang penting untuk transisi energi, seperti timah dan tantalum.
Tapi sepertinya bakal ada persaingan sengit. Dimana pada bulan lalu, pabrik konsentrat lithium pertama milik China di Afrika memulai produksi percobaan di Arcadia, Zimbabwe. Tambang itu dibeli oleh Huayou Cobalt pada tahun 2021 seharga USD422 juta, bagian dari gelombang miliaran dolar baru-baru ini dari kesepakatan lithium China di negara di mana banyak investor barat takut untuk melangkah.
Lihat Juga :
tulis komentar anda