Mata Uang BRICS Bakal Gantikan Dolar Disebut Gagasan Konyol
Rabu, 16 Agustus 2023 - 10:20 WIB
Dia menilai, negara-negara BRICS ketika digabungkan, tidak memiliki stabilitas politik untuk membuat investor percaya diri dengan mata uang gabungan tersebut. "Tidak ada ancaman langsung terhadap dolar selama 10 tahun ke depan," kata Kremer kepada Fortune. "Setiap ancaman terhadap dolar atau pesaing terhadap dolar akan menjadi efek bola salju yang bergerak lebih lambat," tambahnya.
Menurut O'Neill, hubungan tidak sehat antara China dan India adalah salah satu alasan utama mata uang bersama BRICS sangat tidak mungkin diwujudkan. Dia menilai Barat telah melakukan pekerjaan bagus sehingga China dan India tidak pernah akur.
"Karena jika mereka melakukannya, dominasi dolar akan jauh lebih rentan," katanya. "Saya sering mengatakan kepada para pembuat kebijakan China, lupakan pertempuran sejarah Anda yang tiada akhir dan cobalah mengundang India untuk berbagi kepemimpinan dalam beberapa masalah besar, karena dunia mungkin akan menganggap Anda sedikit lebih serius."
Perseteruan antara China dan India begitu besar dan lama sehingga melampaui ekonomi dalam banyak hal. Tarun Khanna dari Harvard Business School menulis di Harvard Business Review pada tahun 2007 bahwa ada "saling menghormati dan mengagumi" selama ribuan tahun, karena jalur perrdagangan kuno yang mendukung pengembangan dua peradaban besar tersebut.
Namun, perang Sino-India tahun 1962 mengubah semua itu, dan ketidakpercayaan telah merajalela sejak saat itu. Dalam beberapa tahun terakhir, negara-negara terbesar di dunia berdasarkan populasi telah bentrok dalam pertempuran sengit di sepanjang perbatasan 2.360 mil mereka, membuat India melarang lusinan aplikasi China dan memberikan sanksi kepada perusahaan investasi China sebagai tindakan pembalasan.
Seperti AS, India juga berupaya mengurangi ketergantungannya pada impor China setelah mimpi buruk rantai pasokan yang disebabkan oleh Covid selama beberapa tahun terakhir. India lantas bergabung dengan Inisiatif Rantai Pasokan Tangguh dengan Jepang dan Australia pada tahun 2021 serta negosiasi perdagangan bebas dengan Uni Eropa tahun lalu.
Tak setuju atas pergeseran dalam rantai pasokan India ini, Presiden China Xi Jinping mengatakan pada pertemuan puncak virtual Organisasi Kerja Sama Shanghai pada bulan Juli bahwa dia menentang "pemisahan dan pemutusan hubungan".
Ketegangan atas kesepakatan perdagangan dan perbatasan juga telah terbawa ke pertemuan BRICS. India dilaporkan menolak langkah China untuk memperluas keanggotaan kelompok itu musim panas ini.
Dalam wawancara 1 Juni dengan Desne Masie, kepala ekonom di IC Intelligence, O'Neill mengatakan menciptakan mata uang bersama yang mencakup China dan India akan "sangat menantang", merujuk pada sengketa perbatasan yang sedang berlangsung antara negara-negara saingan.
Menurut O'Neill, hubungan tidak sehat antara China dan India adalah salah satu alasan utama mata uang bersama BRICS sangat tidak mungkin diwujudkan. Dia menilai Barat telah melakukan pekerjaan bagus sehingga China dan India tidak pernah akur.
"Karena jika mereka melakukannya, dominasi dolar akan jauh lebih rentan," katanya. "Saya sering mengatakan kepada para pembuat kebijakan China, lupakan pertempuran sejarah Anda yang tiada akhir dan cobalah mengundang India untuk berbagi kepemimpinan dalam beberapa masalah besar, karena dunia mungkin akan menganggap Anda sedikit lebih serius."
Perseteruan antara China dan India begitu besar dan lama sehingga melampaui ekonomi dalam banyak hal. Tarun Khanna dari Harvard Business School menulis di Harvard Business Review pada tahun 2007 bahwa ada "saling menghormati dan mengagumi" selama ribuan tahun, karena jalur perrdagangan kuno yang mendukung pengembangan dua peradaban besar tersebut.
Namun, perang Sino-India tahun 1962 mengubah semua itu, dan ketidakpercayaan telah merajalela sejak saat itu. Dalam beberapa tahun terakhir, negara-negara terbesar di dunia berdasarkan populasi telah bentrok dalam pertempuran sengit di sepanjang perbatasan 2.360 mil mereka, membuat India melarang lusinan aplikasi China dan memberikan sanksi kepada perusahaan investasi China sebagai tindakan pembalasan.
Seperti AS, India juga berupaya mengurangi ketergantungannya pada impor China setelah mimpi buruk rantai pasokan yang disebabkan oleh Covid selama beberapa tahun terakhir. India lantas bergabung dengan Inisiatif Rantai Pasokan Tangguh dengan Jepang dan Australia pada tahun 2021 serta negosiasi perdagangan bebas dengan Uni Eropa tahun lalu.
Tak setuju atas pergeseran dalam rantai pasokan India ini, Presiden China Xi Jinping mengatakan pada pertemuan puncak virtual Organisasi Kerja Sama Shanghai pada bulan Juli bahwa dia menentang "pemisahan dan pemutusan hubungan".
Ketegangan atas kesepakatan perdagangan dan perbatasan juga telah terbawa ke pertemuan BRICS. India dilaporkan menolak langkah China untuk memperluas keanggotaan kelompok itu musim panas ini.
Dalam wawancara 1 Juni dengan Desne Masie, kepala ekonom di IC Intelligence, O'Neill mengatakan menciptakan mata uang bersama yang mencakup China dan India akan "sangat menantang", merujuk pada sengketa perbatasan yang sedang berlangsung antara negara-negara saingan.
tulis komentar anda