Pasang Kuda-Kuda, Dampak Resesi Amerika Akan Terasa di Semester Dua
Jum'at, 31 Juli 2020 - 14:53 WIB
JAKARTA - Ekonom Indef Bhima Yudistira menilai resesi ekonomi Amerika Serikat (AS) bisa mengubah kepercayaan investor untuk berinvestasi di setiap negara, termasuk Indonesia.
"Efek resesi AS juga akan memberikan dampak pada kepercayaan investor dalam berinvestasi di aset yang berisiko tinggi, seperti saham. Perubahan prilaku investor semakin mengincar safe haven seperti emas dan government bond," ujar Bhima saat dihubungi SINDOnews di Jakarta, Jumat (31/7/2020).
Dia melanjutkan, dengan investor yang enggan berinvestasi akan membuat aliran modal asing bakal banyak keluar pada pasar modal. ( Baca juga:Amerika Resesi: Harga Minyak, Kurs Dolar, dan Wall Street Amburadul )
"Artinya, capital outflow dari pasar modal kemungkinan besar terjadi. Dalam sepekan terakhir nett sellatau penjualan bersih saham di Indonesia naik Rp1,86 T. Aksi jual terus berlanjut," katanya.
Dia menambahkan, efek lain adalah turunnya kinerja ekspor ke AS sebagai mitra dagang utama. Resesi di AS membuat daya beli konsumen menurun, dan otomatis permintaan ekspor seperti tekstil, pakaian jadi, olahan kayu, dan alas kaki merosot, khususnya pada semester II 2020.
"Imbasnya cukup dirasakan ke ekonomi nasional di karena setiap 1% pertumbuhan ekonomi AS terkoreksi akan berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi Indonesia sebesar 0,02-0,05%," jelasnya.
"Efek resesi AS juga akan memberikan dampak pada kepercayaan investor dalam berinvestasi di aset yang berisiko tinggi, seperti saham. Perubahan prilaku investor semakin mengincar safe haven seperti emas dan government bond," ujar Bhima saat dihubungi SINDOnews di Jakarta, Jumat (31/7/2020).
Dia melanjutkan, dengan investor yang enggan berinvestasi akan membuat aliran modal asing bakal banyak keluar pada pasar modal. ( Baca juga:Amerika Resesi: Harga Minyak, Kurs Dolar, dan Wall Street Amburadul )
"Artinya, capital outflow dari pasar modal kemungkinan besar terjadi. Dalam sepekan terakhir nett sellatau penjualan bersih saham di Indonesia naik Rp1,86 T. Aksi jual terus berlanjut," katanya.
Dia menambahkan, efek lain adalah turunnya kinerja ekspor ke AS sebagai mitra dagang utama. Resesi di AS membuat daya beli konsumen menurun, dan otomatis permintaan ekspor seperti tekstil, pakaian jadi, olahan kayu, dan alas kaki merosot, khususnya pada semester II 2020.
"Imbasnya cukup dirasakan ke ekonomi nasional di karena setiap 1% pertumbuhan ekonomi AS terkoreksi akan berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi Indonesia sebesar 0,02-0,05%," jelasnya.
(uka)
tulis komentar anda