Dirjen Migas Buka Suara Soal Tambahan Mitra Baru Pertamina Garap Masela
Senin, 25 September 2023 - 18:06 WIB
JAKARTA - Direktur Jenderal Minyak dan Gas (Dirjen Migas) Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral dan Batubara ( ESDM ), Tutuka Ariadji mengungkapkan, pihaknya masih membuka opsi bagi pihak lain yang ingin menjadi partner baru PT Pertamina (Persero) dalam menggarap proyek Lapangan Gas Abadi Masela .
Adapun partner yang dicari yakni yang memang dapat membantu mengurangi risiko bisnis ketika produksi Blok Masela itu berjalan. Meski sebelumnya PT Pertamina (Persero) dan Petronas telah mengeluarkan biaya Rp9,75 triliun mengambil alih Blok Masela dari Shell.
Kebutuhan mitra baru di Blok Masela menurut Tutuka, karena baik Pertamina, Petronas maupun Inpex belum memiliki pengalaman yang cukup untuk memindahkan gas alam cair atau liquefied natural gas (LNG) dari off-shore ke on-shore melalui fasilitas pipa panjang.
"Mengurangi resiko, kan Petronas, Pertamina, Inpex, kira-kira kalau pemain untuk offshore LNG kan belum begitu banyak pengalamannya. (Jadi partner) yang dicari yang sebenarnya bisa membantu mengurangi risiko bisnis yang semacam ini," tuturnya ketika ditemui di Kementerian ESDM, Jakarta, Senin (25/9/2023).
Sebagaimana diberitakan sebelumnya, pengembangan ladang gas Masela disebut-sebut memang berisiko besar. Hal itu lantaran proyek pengembangangan yang akan menggunakan sistem kombinasi darat dan laut.
Asal tahu saja, lokasinya yang berada di lapangan lepas pantai Kepulauan Tanimbar ini membuat proyek Masela itu berkaitan dengan pengangkutan gas melalui pipa panjang ke fasilitas gas alam cair atau liquefied natural gas (LNG) di darat atau onshore.
Demikian juga telah diungkapkan oleh Direktur Utama Pertamina, Nicke Widyawati, oleh karena tingkat kesulitan serta kerumitan teknis tersebut, dirinya pun mengajak para mitra untuk bersama menggarap proyek Blok masela ini.
"Tentu tidak menutup kemungkinan adanya pihak lain untuk masuk yang tentu akan melengkapi kompetensi dari blok ini dalam eksekusinya, ini memang cukup dari sisi teknis kan complicated, ya sehingga kita harus pastikan semua berjalan baik," jelas Nicke saat Rapat Dengar Pendapat (RDP) dengan Komisi VII DPR RI, pada Rabu (30/8/2023) lalu.
Harapan Nicke itupun direstui oleh Kepala SKK Migas Dwi Seoetjipto yang mengaku tidak akan menghambat upaya Holding BUMN Migas itu untuk mencari partner tambahan mengingat nilai investasi Blok Masela yang besar. Namun ia menekankan bahwa apapun perubahan yang dilakukan konsorsium Pertamina dan Petronas jangan sampai menghambat proyek tersebut.
"Kalau mau ajak yang lain silahkan saja, tapi tidak boleh itu menjadi proses yang menghambat proyek. Kita sudah sepakat semua bahwa 2029 harus onstream," tegasnya.
Adapun partner yang dicari yakni yang memang dapat membantu mengurangi risiko bisnis ketika produksi Blok Masela itu berjalan. Meski sebelumnya PT Pertamina (Persero) dan Petronas telah mengeluarkan biaya Rp9,75 triliun mengambil alih Blok Masela dari Shell.
Kebutuhan mitra baru di Blok Masela menurut Tutuka, karena baik Pertamina, Petronas maupun Inpex belum memiliki pengalaman yang cukup untuk memindahkan gas alam cair atau liquefied natural gas (LNG) dari off-shore ke on-shore melalui fasilitas pipa panjang.
"Mengurangi resiko, kan Petronas, Pertamina, Inpex, kira-kira kalau pemain untuk offshore LNG kan belum begitu banyak pengalamannya. (Jadi partner) yang dicari yang sebenarnya bisa membantu mengurangi risiko bisnis yang semacam ini," tuturnya ketika ditemui di Kementerian ESDM, Jakarta, Senin (25/9/2023).
Sebagaimana diberitakan sebelumnya, pengembangan ladang gas Masela disebut-sebut memang berisiko besar. Hal itu lantaran proyek pengembangangan yang akan menggunakan sistem kombinasi darat dan laut.
Asal tahu saja, lokasinya yang berada di lapangan lepas pantai Kepulauan Tanimbar ini membuat proyek Masela itu berkaitan dengan pengangkutan gas melalui pipa panjang ke fasilitas gas alam cair atau liquefied natural gas (LNG) di darat atau onshore.
Demikian juga telah diungkapkan oleh Direktur Utama Pertamina, Nicke Widyawati, oleh karena tingkat kesulitan serta kerumitan teknis tersebut, dirinya pun mengajak para mitra untuk bersama menggarap proyek Blok masela ini.
"Tentu tidak menutup kemungkinan adanya pihak lain untuk masuk yang tentu akan melengkapi kompetensi dari blok ini dalam eksekusinya, ini memang cukup dari sisi teknis kan complicated, ya sehingga kita harus pastikan semua berjalan baik," jelas Nicke saat Rapat Dengar Pendapat (RDP) dengan Komisi VII DPR RI, pada Rabu (30/8/2023) lalu.
Harapan Nicke itupun direstui oleh Kepala SKK Migas Dwi Seoetjipto yang mengaku tidak akan menghambat upaya Holding BUMN Migas itu untuk mencari partner tambahan mengingat nilai investasi Blok Masela yang besar. Namun ia menekankan bahwa apapun perubahan yang dilakukan konsorsium Pertamina dan Petronas jangan sampai menghambat proyek tersebut.
"Kalau mau ajak yang lain silahkan saja, tapi tidak boleh itu menjadi proses yang menghambat proyek. Kita sudah sepakat semua bahwa 2029 harus onstream," tegasnya.
(akr)
tulis komentar anda