Mengekor G7, Jepang Perluas Sanksi Ekonomi Terhadap Rusia

Sabtu, 02 Maret 2024 - 10:00 WIB
Tokyo telah menyetujui babak baru sanksi terhadap Rusia terkait konflik Ukraina. FOTO/Ilustrasi
JAKARTA - Jepang memperluas sanksi ekonomi terhadap Rusia terkait konflik Ukraina. Dalam perluasan sanksi tersebut, Tokyo telah melarang perdagangan dengan 29 entitas tambahan Rusia, 12 individu, termasuk seorang eksekutif di sebuah pabrik senjata, tujuh organisasi, dan sebuah bank juga telah dimasukkan ke dalam daftar pembekuan aset Jepang.

"Kami memutuskan sanksi terbaru ini bekerja sama dengan G7 dari sudut pandang apa yang efektif dalam mencapai perdamaian yang adil dan abadi di Ukraina," kata Kepala Sekretaris Kabinet Jepang Yoshimasa Hayashi seperti dilansir Russia Today, Sabtu (2/3/2024).





Di antara mereka yang masuk daftar hitam adalah kontraktor pertahanan Rusia Kalashnikov dan Almaz-Antey, serta Tinkoff Bank dan United Shipbuilding Corporation.

Sanksi tersebut juga menargetkan perusahaan pelayaran Atomflot, produsen kereta api Uralvagonzavod, pemasok aspal Basalt, pembuat mesin pesawat Aviadvigatel, pembuat drone Aeroscan, pembuat sensor Neva Electronics, pemasok semikonduktor Angstrem, dan perusahaan lainnya.



Tokyo juga melarang pasokan berlian Rusia untuk keperluan non-industri dari negara ketiga. Larangan berlian pertama kali diumumkan oleh negara-negara G7 yang terdiri dari Kanada, Prancis, Jerman, Italia, Jepang, AS, dan Inggris pada awal Desember. Beberapa hari kemudian, larangan tersebut dimasukkan dalam paket sanksi ke-12 UE terhadap Rusia.

Mulai 1 Januari, pengiriman berlian non-industri yang ditambang, diproses, atau diproduksi di Rusia ke pasar negara-negara G7 dan UE dilarang. Pada tanggal 1 Maret, tahap kedua – yang diterapkan pada berlian alami Rusia mulai dari satu karat ke atas yang diproses di negara ketiga – mulai berlaku.

Moskow telah mengalihkan perdagangan berliannya ke pasar China, India, UEA, Armenia, dan Belarus – yang semuanya mengalami peningkatan tajam impor batu kasar dan batu potong dari Rusia dalam beberapa bulan terakhir. Juru bicara Kremlin, Dmitry Peskov memperingatkan bahwa larangan tersebut akan mempunyai efek bumerang terhadap negara-negara Barat, dan berdampak pada perekonomian mereka sendiri.
(fjo)
tulis komentar anda
Follow
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Video Rekomendasi
Berita Terkait
Rekomendasi
Terpopuler
Berita Terkini More