PLN Indonesia Power Tambah Kapasitas Pembangkit Hijau di Nusa Penida
Senin, 11 Maret 2024 - 22:14 WIB
Direktur Jenderal Ketenagalistrikan Kementerian ESDM Jisman P Hutajulu mengatakan pemerintah memberikan dukungan terkait penyusunan regulasi ketenagalistrikan melalui Rencana Umum Ketenagalistrikan Nasional (RUKN).
"Saat ini, RUKN sedang disusun, yang di dalamnya akan membahas juga bagaimana mencapai NZE 2060 untuk pembangkit fosil, yang sudah 63 persen, dan nantinya dikonversi menjadi EBT," ucapnya.
PLN selaku holding company PLN IP pun berkomitmen mendukung pemerintah menuju NZE melalui peningkatan kapasitas pembangkit dengan teknologi bersih. Pengembangan PLTS di Nusa Penida telah tersusun dalam Rencana Usaha Penyedia Tenaga Listrik (RUPTL) PT PLN Persero Tahun 2021-2030 atau disebut RUPTL paling hijau, karena 52 persen pembangkit listriknya akan memanfaatkan EBT.
Sesuai RUPTL tersebut, kapasitas pembangkit EBT mencapai 20,9 GW, yang 5,2 GW di antaranya merupakan PLTS dan PLTB. "Pada 2023, PLN berhasil mengurangi emisi CO2 sebesar 52,3 juta ton dari proses bisnis atau dari 335 juta ton turun menjadi 283 juta ton C02 dengan berbagai extraordinary effort. Capaian ini menjadi fondasi kuat menuju target NZE 2060," ungkap Direktur Manajemen Proyek dan Energi Baru Terbarukan PLN Wiluyo Kusdwiharto.
Sedangkan, Senior Manager PLN IP Unit Bisnis Pembangkitan (UBP) Bali I Made Harta Yasa mengatakan selaku pengelola PLTS Hybrid Nusa Penida, pihaknya mendukung penuh roadmap pengembangan energi bersih tersebut.
"Hal ini tidak hanya mendukung target NZE nasional, namun juga Bali NZE, yang ditargetkan Pemprov Bali lebih cepat 15 tahun dari target nasional atau 2045," kata dia.
Dukungan PLN itu tidak hanya karena Bali memiliki potensi EBT berlimpah, namun juga karena pulau tersebut merupakan salah satu destinasi wisata terfavorit dunia yang menjadi sorotan internasional. "Dengan terus berkembangnya energi bersih di Bali, maka akan menunjukkan kepada dunia bahwa Pemerintah Indonesia selalu komit dalam wujudkan NZE serta menumbuhkan citra baik bagi Indonesia," ujarnya.
"Saat ini, RUKN sedang disusun, yang di dalamnya akan membahas juga bagaimana mencapai NZE 2060 untuk pembangkit fosil, yang sudah 63 persen, dan nantinya dikonversi menjadi EBT," ucapnya.
PLN selaku holding company PLN IP pun berkomitmen mendukung pemerintah menuju NZE melalui peningkatan kapasitas pembangkit dengan teknologi bersih. Pengembangan PLTS di Nusa Penida telah tersusun dalam Rencana Usaha Penyedia Tenaga Listrik (RUPTL) PT PLN Persero Tahun 2021-2030 atau disebut RUPTL paling hijau, karena 52 persen pembangkit listriknya akan memanfaatkan EBT.
Sesuai RUPTL tersebut, kapasitas pembangkit EBT mencapai 20,9 GW, yang 5,2 GW di antaranya merupakan PLTS dan PLTB. "Pada 2023, PLN berhasil mengurangi emisi CO2 sebesar 52,3 juta ton dari proses bisnis atau dari 335 juta ton turun menjadi 283 juta ton C02 dengan berbagai extraordinary effort. Capaian ini menjadi fondasi kuat menuju target NZE 2060," ungkap Direktur Manajemen Proyek dan Energi Baru Terbarukan PLN Wiluyo Kusdwiharto.
Sedangkan, Senior Manager PLN IP Unit Bisnis Pembangkitan (UBP) Bali I Made Harta Yasa mengatakan selaku pengelola PLTS Hybrid Nusa Penida, pihaknya mendukung penuh roadmap pengembangan energi bersih tersebut.
"Hal ini tidak hanya mendukung target NZE nasional, namun juga Bali NZE, yang ditargetkan Pemprov Bali lebih cepat 15 tahun dari target nasional atau 2045," kata dia.
Dukungan PLN itu tidak hanya karena Bali memiliki potensi EBT berlimpah, namun juga karena pulau tersebut merupakan salah satu destinasi wisata terfavorit dunia yang menjadi sorotan internasional. "Dengan terus berkembangnya energi bersih di Bali, maka akan menunjukkan kepada dunia bahwa Pemerintah Indonesia selalu komit dalam wujudkan NZE serta menumbuhkan citra baik bagi Indonesia," ujarnya.
(nng)
Lihat Juga :
tulis komentar anda