Menilik Awal Dedolarisasi: Langkah Bertahap China Buang USD
Jum'at, 24 Mei 2024 - 23:22 WIB
Mata Uang Paling Populer dalam Transaksi Valuta Asing (FX)
Secara global, analisis dari Bank for International Settlements mengungkapkan bahwa, pada tahun 2022, USD tetap menjadi mata uang yang paling banyak digunakan untuk penyelesaian FX. Selanjutnya euro dan yen Jepang, masing-masing berada di urutan kedua dan ketiga.Renminbi China, meskipun menyumbang bagian yang relatif kecil dari transaksi FX, namun memperoleh kekuatan paling besar selama dekade terakhir. Sementara itu, euro dan yen mengalami penurunan penggunaan.
Arah Dedolarisasi
Jika kenaikan global penggunaan Renminbi (RMB) berlanjut, cengkeraman USD pada perdagangan internasional dapat berkurang seiring waktu. Dampak dari penurunan dominasi dolar sangat kompleks dan tidak pasti, meski diyakini bakal mengganggu kinerja aset keuangan AS hingga berkurangnya kekuatan sanksi Barat.Namun, meskipun prevalensi RMB dalam pembayaran internasional dapat meningkat, dedolarisasi secara penuh dalam ekonomi dunia secara jangka pendek atau menengah, dinilai belum akan terjadi dalam waktu dekat.
Ketatnya pengawasan modal China yang membatasi ketersediaan RMB di luar negeri, dan pertumbuhan ekonomi negara yang tergagap-gagap, adalah alasan utama yang berkontribusi terhadap hal ini.
Namun Data The Bank for International Settlements menunjukkan yuan menjadi mata uang dengan pertumbuhan trading paling cepat di antara 39 mata uang lainnya. Setelah perpanjangan waktu trading, rata-rata penggunaan mata uang yuan mencapai USD526 miliar per hari atau meningkat 70%.
Sementara Standard Chartered Renminbi Globalisation Index menunjukkan penggunaan yuan dalam perdagangan internasional naik 26,6% pada 2022.
Dedolarisasi merupakan aksi nyata, mengingat banyak negara yang mulai membuang dolar. Setidaknya terdapat dua kelompok ekonomi yakni ASEAN dan BRICS memiliki misi sama yakni mengurangi penggunaan dolar Amerika Serikat (AS) dalam transaksi perdagangan.
ASEAN yang merupakan persekutuan negara-negara di kawasan Asia Tenggara memiliki 11 negara. Di antaranya Indonesia, Malaysia, Singapura, Thailand, Filipina, Laos, Kamboja, Brunei, Vietnam, Myanmar, dan Timor Leste.
Sementara itu, BRICS (Brasil, Rusia, India, China, dan Afrika Selatan) kini beranggotakan 11 orang dengan bergabungnya 6 anggota baru termasuk Arab Saudi dan Iran.
Lihat Juga :
tulis komentar anda