Pabrik Vape Raksasa China Ini Beri Alternatif Berhenti Merokok
Kamis, 20 Agustus 2020 - 20:52 WIB
JAKARTA - RELX telah berhasil menciptakan 30 inovasi pengembangan produk vape dengan mengajukan lebih dari 400 hak paten. Saat ini start up tersebut terus berinvestasi dalam desain produk, desain teknik, teknologi pengenalan wajah, pengembangan e-liquid, dan penelitian kimia dasar.
"Inovasi tersebut sebagai alternatif yang lebih baik bagi perokok dewasa yang memiliki keinginan untuk berhenti. RELX mengembangkan dan memproduksi rokok elekrik sendiri. " CEO RELX Kate Wang baru-baru ini.
Pihaknya juga berhasil melakukan pengujian produk vape sesuai dengan standar AFNOR XP D90-300-3 Prancis, yang diakui secara global. Bahkan Tim R&D RELX Technology juga menetapkan tolok ukur independen yang lebih ketat daripada AFNOR.
Dia memastikan kualitas dan keandalan produk RELX sebagai pabrik rokok elektrik terbesar di Cina dan mencakup area seluas lebih dari 20.000 meter persegi dengan lebih dari 4.000 pekerja. Pabrik tersebut dapat memproduksi hingga 50 juta pod vape per bulan.
Di sisi lain, RELX juga menggunakan teknologi mutakhir seperti Artificial Intelligence untuk meningkatkan tindakan pencegahan kaum muda, sebuah program yang disebut Project Sunflower. Mesin penjual otomatis di China mengadopsi teknologi pengenalan wajah untuk memastikan hanya pelanggan dewasa yang dapat melakukan pembelian.
"Anak di bawah umur tidak diizinkan memasuki toko RELX, dan kamera pemindai wajah di dalam toko akan mengirimkan peringatan kepada staf toko RELX jika anak di bawah umur memasuki toko," tandasnya.
Dia mengatakan setiap konsumen yang dicurigai di bawah umur dan tidak dapat menunjukkan identifikasi yang valid akan diminta untuk meninggalkan toko RELX. RELX juga menggunakan data GPS dalam memilih lokasi untuk penyimpanannya, untuk memastikan lokasinya tidak terlalu dekat dengan sekolah.
Tidak hanya itu, RELX juga mendukung legislasi dan regulasi yang efektif untuk mencegah pembelian dan penggunaan produk oleh anak di bawah umur. RELX juga menyertakan label nikotin terkemuka yang bertuliskan produk ini mengandung nikotin yang bisa bikin ketagihan.
"Inovasi tersebut sebagai alternatif yang lebih baik bagi perokok dewasa yang memiliki keinginan untuk berhenti. RELX mengembangkan dan memproduksi rokok elekrik sendiri. " CEO RELX Kate Wang baru-baru ini.
Pihaknya juga berhasil melakukan pengujian produk vape sesuai dengan standar AFNOR XP D90-300-3 Prancis, yang diakui secara global. Bahkan Tim R&D RELX Technology juga menetapkan tolok ukur independen yang lebih ketat daripada AFNOR.
Dia memastikan kualitas dan keandalan produk RELX sebagai pabrik rokok elektrik terbesar di Cina dan mencakup area seluas lebih dari 20.000 meter persegi dengan lebih dari 4.000 pekerja. Pabrik tersebut dapat memproduksi hingga 50 juta pod vape per bulan.
Di sisi lain, RELX juga menggunakan teknologi mutakhir seperti Artificial Intelligence untuk meningkatkan tindakan pencegahan kaum muda, sebuah program yang disebut Project Sunflower. Mesin penjual otomatis di China mengadopsi teknologi pengenalan wajah untuk memastikan hanya pelanggan dewasa yang dapat melakukan pembelian.
"Anak di bawah umur tidak diizinkan memasuki toko RELX, dan kamera pemindai wajah di dalam toko akan mengirimkan peringatan kepada staf toko RELX jika anak di bawah umur memasuki toko," tandasnya.
Dia mengatakan setiap konsumen yang dicurigai di bawah umur dan tidak dapat menunjukkan identifikasi yang valid akan diminta untuk meninggalkan toko RELX. RELX juga menggunakan data GPS dalam memilih lokasi untuk penyimpanannya, untuk memastikan lokasinya tidak terlalu dekat dengan sekolah.
Tidak hanya itu, RELX juga mendukung legislasi dan regulasi yang efektif untuk mencegah pembelian dan penggunaan produk oleh anak di bawah umur. RELX juga menyertakan label nikotin terkemuka yang bertuliskan produk ini mengandung nikotin yang bisa bikin ketagihan.
(nng)
tulis komentar anda