Megaproyek Pipa Gas Raksasa Rusia-China Terhalang Mongolia, Bagaimana Kelanjutannya?
Kamis, 22 Agustus 2024 - 08:15 WIB
MOSKOW - Rusia memastikan pipa gas raksasa berjuluk Power of Siberia 2 terus berjalan di tengah isu bahwa Mongolia tidak memasukkan mega proyek tersebut dalam rencana pembangunan nasional untuk tahun 2028. Kabar tersebut diyakini oleh beberapa analis bakal menjadi hambatan serius.
Hal itu langsung ditanggapi oleh juru bicara Kementerian Luar Negeri Rusia, Maria Zakharova bahwa, Pipa Power of Siberia 2 berada pada jalur dan siap digunakan. Pipa raksasa Power of Siberia 2 diperkirakan akan memungkinkan 50 miliar meter kubik (bcm) gas alam mengalir setiap tahun dari Wilayah Yamal di utara Rusia hingga ke China melalui Mongolia.
South China Morning Post melaporkan, bahwa Mongolia yang akan mencakup sebagian besar rute yang diusulkan untuk pipa sepanjang 2.594 km tersebut, belum memasukkan proyek Power of Siberia 2 dalam rencana pembangunan nasional untuk tahun 2028.
Menurut analis yang dikutip oleh South China Morning Post, mengaitkan hal itu dengan ketidaksepakatan harga antara Beijing dan Moskow, serta masalah geopolitik dan kekhawatiran atas sanksi sekunder dari negara-negara Barat.
Mengenai masalah Mongolia, dia mengatakan bahwa "jika awalnya mitra Mongolia menginginkan peran terbatas sebagai negara transit, maka sekarang kemungkinan mereka sedang mempertimbangkan menggunakan sebagian dari gas murah dari pipa tersebut untuk pengembangan ekonomi, industri, dan infrastruktur mereka sendiri,"
Sementara Zakharova menekankan, bahwa proyek tersebut akan dilanjutkan setelah China dan Rusia menyetujui harga dan volume. Ia juga menambahkan, bahwa negosiasi sedang berlangsung antara raksasa energi Rusia Gazprom dan China National Petroleum Corporation.
Rusia saat ini memasok gas ke China melalui Power of Siberia – bagian dari apa yang disebut Rute Timur – yang merupakan bagian dari perjanjian 30 tahun senilai USD400 miliar antara Gazprom dan CNPC yang dicapai pada tahun 2014. Pengiriman dimulai sejak 2019, dan pipa tersebut diperkirakan akan mencapai kapasitas operasional penuh sebesar 38 bcm gas alam per tahun pada tahun 2025.
Hal itu langsung ditanggapi oleh juru bicara Kementerian Luar Negeri Rusia, Maria Zakharova bahwa, Pipa Power of Siberia 2 berada pada jalur dan siap digunakan. Pipa raksasa Power of Siberia 2 diperkirakan akan memungkinkan 50 miliar meter kubik (bcm) gas alam mengalir setiap tahun dari Wilayah Yamal di utara Rusia hingga ke China melalui Mongolia.
South China Morning Post melaporkan, bahwa Mongolia yang akan mencakup sebagian besar rute yang diusulkan untuk pipa sepanjang 2.594 km tersebut, belum memasukkan proyek Power of Siberia 2 dalam rencana pembangunan nasional untuk tahun 2028.
Menurut analis yang dikutip oleh South China Morning Post, mengaitkan hal itu dengan ketidaksepakatan harga antara Beijing dan Moskow, serta masalah geopolitik dan kekhawatiran atas sanksi sekunder dari negara-negara Barat.
Mengenai masalah Mongolia, dia mengatakan bahwa "jika awalnya mitra Mongolia menginginkan peran terbatas sebagai negara transit, maka sekarang kemungkinan mereka sedang mempertimbangkan menggunakan sebagian dari gas murah dari pipa tersebut untuk pengembangan ekonomi, industri, dan infrastruktur mereka sendiri,"
Sementara Zakharova menekankan, bahwa proyek tersebut akan dilanjutkan setelah China dan Rusia menyetujui harga dan volume. Ia juga menambahkan, bahwa negosiasi sedang berlangsung antara raksasa energi Rusia Gazprom dan China National Petroleum Corporation.
Rusia saat ini memasok gas ke China melalui Power of Siberia – bagian dari apa yang disebut Rute Timur – yang merupakan bagian dari perjanjian 30 tahun senilai USD400 miliar antara Gazprom dan CNPC yang dicapai pada tahun 2014. Pengiriman dimulai sejak 2019, dan pipa tersebut diperkirakan akan mencapai kapasitas operasional penuh sebesar 38 bcm gas alam per tahun pada tahun 2025.
Lihat Juga :
tulis komentar anda