Ekonomi Israel Harus Membayar Mahal Perang dengan Iran

Senin, 14 Oktober 2024 - 18:23 WIB
Tingkat hunian juga turun drastis, dari sebelumnya di atas 80% sebelum perang menjadi di bawah 50% saat ini, menurut manajer umum hotel Yaron Liberman seperti dilansir CNN.

Pebisnis Israel Goyah



Menurut perusahaan survei bisnis CofaceBDI, sekitar 60.000 perusahaan Israel akan tutup tahun ini karena kekurangan tenaga kerja, gangguan logistik, dan sentimen bisnis yang lemah. Pada gilirannya rencana investasi harus ditunda.

Pada saat yang sama, kedatangan wisatawan terus berada di bawah level pra-Oktober. Sementara itu perang telah memicu kenaikan tajam pengeluaran pemerintah.

Analis Timur Tengah di Oxford Economics, Elliot Garside mengatakan, pengeluaran militer meningkat 93% dalam tiga bulan terakhir di 2023, dibandingkan dengan periode yang sama pada tahun 2022.

"Pada tahun 2024, data bulanan menunjukkan pengeluaran militer akan meningkat sekitar dua kali lipat dari tahun sebelumnya," kata Garside.

Sebagian besar kenaikan itu akan digunakan untuk upah cadangan, artileri, dan pencegat untuk sistem pertahanan Iron Dome Israel. Garside mengatakan, kepada Al Jazeera bahwa pengeluaran ini "sebagian besar dibiayai oleh penerbitan utang domestik".

Israel juga telah menerima dana tambahan dari Amerika Serikat sekitar USD14,5 miliar pada tahun ini, meningkat USD3 miliar untuk bantuan tahunan yang diberikan AS kepada Israel.



Tanpa adanya perang regional skala penuh, Oxford Economics mengantisipasi bahwa pertumbuhan ekonomi Israel akan melambat 1,5% tahun ini. Pertumbuhan yang lemah dan defisit yang meningkat akan memberi tekanan lebih lanjut pada profil utang Israel, yang kemungkinan akan meningkatkan biaya pinjaman dan melunakkan kepercayaan investor.
Halaman :
tulis komentar anda
Follow
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Video Rekomendasi
Berita Terkait
Rekomendasi
Terpopuler
Berita Terkini More