Corona Belum Minggat, Dana Darurat Kudu Siap Biar Tetap Sehat
Jum'at, 18 September 2020 - 13:49 WIB
JAKARTA - Co-Founder Sipundi.id sekaligus perencana keuangan M. Kharisma mengatakan kembalinya pembatasan sosial berskala besar (PSBB) sebagai momentum tepat untuk mengatur kembali cash flow pribadi dan kelauarga. Namun, yang harus diutamakan saat serangan wabah saat ini ialah menyediakan cadangan dana darurat untuk kesehatan (emergency fund).
"Harus ada emergency fund maupun asuransi. Selain itu juga harus menyediakan ruang untuk investasi," ujar Kharisma dalam acara IDX Channel Live, di Jakarta, Jumat (18/9/2020).
Dia mengatakan, khusus asuransi dan emergency fund, keduanya saling berkaitan. Permasalahannya di kesehatan, adalah seberapa cukup dana yang tersedia untuk merawat kesehatan pribadi atau keluarga."Terlebih jika kita terkena risiko, maka cost yang menjadi prioritas adalah cost asuransi. Seminim-minimnya, kita harus punya asuransi kesehatan dari pemerintah seperti BPJS, baru kita mempertimbangkan asuransi dari pihak ketiga alias perusahaan asuransi," ujar Kharisma.
Dia mengatakan, memiliki BPJS Kesehatan adalah hal yang wajib dalam kondisi pandemi saat ini. Namun, dia juga tidak menyarankan untuk menggunakan banyak asuransi. "Pertimbangkan dulu kebutuhan kita, lalu dana yang kita miliki, pihak-pihak yang menjadi tanggungan kita, baru kita bisa menentukan asuransi yang kita butuhkan. Bukan berarti banyak asuransi itu hal yang bagus," lanjut Kharisma.
Lanjut dia, untuk yang memiliki emergency fund, di masa pandemi ini sebaiknya nominalnya ditingkatkan menjadi dua kali lipat dari kondisi normal. Masyarakat dinilai belum memiliki kesadaran yang tinggi untuk menyimpan jumlah emergency fund yang cukup.
"Alokasi-alokasi cost non prioritas bisa mulai dipindahkan untuk emergency fund. Masalahnya, kita belum tahu kapan pandemi ini akan berakhir dan kapan pemerintah akan mendistribusikan vaksin. Ketidakpastian ini masih terus berlanjut. Jadi kita yang harus siap," pungkas Kharisma.
"Harus ada emergency fund maupun asuransi. Selain itu juga harus menyediakan ruang untuk investasi," ujar Kharisma dalam acara IDX Channel Live, di Jakarta, Jumat (18/9/2020).
Dia mengatakan, khusus asuransi dan emergency fund, keduanya saling berkaitan. Permasalahannya di kesehatan, adalah seberapa cukup dana yang tersedia untuk merawat kesehatan pribadi atau keluarga."Terlebih jika kita terkena risiko, maka cost yang menjadi prioritas adalah cost asuransi. Seminim-minimnya, kita harus punya asuransi kesehatan dari pemerintah seperti BPJS, baru kita mempertimbangkan asuransi dari pihak ketiga alias perusahaan asuransi," ujar Kharisma.
Dia mengatakan, memiliki BPJS Kesehatan adalah hal yang wajib dalam kondisi pandemi saat ini. Namun, dia juga tidak menyarankan untuk menggunakan banyak asuransi. "Pertimbangkan dulu kebutuhan kita, lalu dana yang kita miliki, pihak-pihak yang menjadi tanggungan kita, baru kita bisa menentukan asuransi yang kita butuhkan. Bukan berarti banyak asuransi itu hal yang bagus," lanjut Kharisma.
Lanjut dia, untuk yang memiliki emergency fund, di masa pandemi ini sebaiknya nominalnya ditingkatkan menjadi dua kali lipat dari kondisi normal. Masyarakat dinilai belum memiliki kesadaran yang tinggi untuk menyimpan jumlah emergency fund yang cukup.
"Alokasi-alokasi cost non prioritas bisa mulai dipindahkan untuk emergency fund. Masalahnya, kita belum tahu kapan pandemi ini akan berakhir dan kapan pemerintah akan mendistribusikan vaksin. Ketidakpastian ini masih terus berlanjut. Jadi kita yang harus siap," pungkas Kharisma.
(nng)
Lihat Juga :
tulis komentar anda