Hingga Juni 2020, Kapasitas Pabrik Setrum Nasional Capai 71 GW
Rabu, 23 September 2020 - 16:54 WIB
JAKARTA - Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Arifin Tasrif mengungkapkan, kapasitas terpasang pembangkit listrik nasional hingga bulan Juni 2020 mencapai 71 Giga Watt (GW). Angka ini naik 1,3 GW dibandingkan akhir tahun 2019 lalu sebesar 69,7 GW.
Sejak tahun tahun 2018 hingga Juni 2020 pengembangan pembangkit di Indonesia mulai difokuskan pada pengembangan pembangkit-pembangkit berbasis energi baru terbarukan (EBT).
(Baca Juga: Kurangi Pakai Energi Fosil, Saatnya Pembangkit Listrik Pakai Bahan Bakar Sampah)
"Tren perkembangan pembangkit nasional, status dari tahun 2018 hingga Juni 2020 mulai difokuskan pada pengembangan pembangkit-pembangkit EBT, seperti PLT Bayu dan PLT Surya sembari terus melakukan peningkatan teknologi batu bara bersih (Clean Coal Technology/CCT) pada PLTU," ujarnya, Rabu (23/9/2020).
Berdasarkan data yang sudah diverifikasi, hingga Juni 2020 kapasitas terpasang Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) sebesar 35.220 MW, PLT Gas/PLT Gas dan Uap/PLT Mesin Gas (20.537 MW), PLT Air/Minirohidro/Mikrohidro (6.096 MW), PLT Diesel (4.781 MW) dan PLT Panas Bumi (2.131 MW), dan PLT EBT lainnya (2.200 MW). Tercatat, pembangkit EBT menyumbang 14,69% atau 10.467 Mega Watt (MW) dari total kapasitas terpasang.
Terkait rincian kenaikan kepasitas terpasang di masing-masing wilayah terdiri atas Sumatera sebesar 14,7 GW dari sebelumnya 14,3 GW dan Kalimantan dari 4,0 GW menjadi 4,4 GW.
(Baca Juga: Laku Keras, 367.000 Pelanggan Antre Diskon Tambah Daya Listrik PLN)
Sementara Sulawesi tetap sebesar 5,6 GW, Maluku - Papua menjadi 1,5 GW dari 1,4 GW dan Jawa-Bali-Nusa Tenggara menjadi 44,8 GW dari sebelumnya 44,4 GW.
"Sementara untuk kepemilikan, dari total kapasitas terpasang yang ada PLN masih berperan besar, yakni 43.047 MW atau 60,7%, Independent Power Producer (IPP) sebesar 18.816 MW atau 26,5%, Izin Operasi sebesar 5.645 MW atau 7,7%, Public Private Utility sebesar 3.583 MW atau 5%, dan pemerintah 55 MW atau 0,1%," jelas Arifin.
Sejak tahun tahun 2018 hingga Juni 2020 pengembangan pembangkit di Indonesia mulai difokuskan pada pengembangan pembangkit-pembangkit berbasis energi baru terbarukan (EBT).
(Baca Juga: Kurangi Pakai Energi Fosil, Saatnya Pembangkit Listrik Pakai Bahan Bakar Sampah)
"Tren perkembangan pembangkit nasional, status dari tahun 2018 hingga Juni 2020 mulai difokuskan pada pengembangan pembangkit-pembangkit EBT, seperti PLT Bayu dan PLT Surya sembari terus melakukan peningkatan teknologi batu bara bersih (Clean Coal Technology/CCT) pada PLTU," ujarnya, Rabu (23/9/2020).
Berdasarkan data yang sudah diverifikasi, hingga Juni 2020 kapasitas terpasang Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) sebesar 35.220 MW, PLT Gas/PLT Gas dan Uap/PLT Mesin Gas (20.537 MW), PLT Air/Minirohidro/Mikrohidro (6.096 MW), PLT Diesel (4.781 MW) dan PLT Panas Bumi (2.131 MW), dan PLT EBT lainnya (2.200 MW). Tercatat, pembangkit EBT menyumbang 14,69% atau 10.467 Mega Watt (MW) dari total kapasitas terpasang.
Terkait rincian kenaikan kepasitas terpasang di masing-masing wilayah terdiri atas Sumatera sebesar 14,7 GW dari sebelumnya 14,3 GW dan Kalimantan dari 4,0 GW menjadi 4,4 GW.
(Baca Juga: Laku Keras, 367.000 Pelanggan Antre Diskon Tambah Daya Listrik PLN)
Sementara Sulawesi tetap sebesar 5,6 GW, Maluku - Papua menjadi 1,5 GW dari 1,4 GW dan Jawa-Bali-Nusa Tenggara menjadi 44,8 GW dari sebelumnya 44,4 GW.
"Sementara untuk kepemilikan, dari total kapasitas terpasang yang ada PLN masih berperan besar, yakni 43.047 MW atau 60,7%, Independent Power Producer (IPP) sebesar 18.816 MW atau 26,5%, Izin Operasi sebesar 5.645 MW atau 7,7%, Public Private Utility sebesar 3.583 MW atau 5%, dan pemerintah 55 MW atau 0,1%," jelas Arifin.
(fai)
tulis komentar anda