Catat! Faktor-Faktor Ini Akan Pengaruhi IHSG Pekan Depan
Minggu, 18 Oktober 2020 - 19:25 WIB
Faktir lainnya, kandidat dari Partai Demokrat Joe Biden diperkirakan akan menang pemilihan presiden di 3 November 2020. Beberapa jajak pendapat menempatkan Biden memimpin atas kandidat dari Partai Republik Donald Trump. Kemenangan ini diperkirakan mendorong paket stimulus ekonomi yang lebih besar dan mengurangi potensi perang dagang dengan China.
"Selain itu, pajak perusahaan di AS juga di perkirakan akan naik. Hal ini mendorong USD lebih lemah dan akan positif bagi pasar emerging market termasuk Indonesia," katanya.
Selanjutnya, kekhawatiran gelombang kedua virus corona terus meningkat karena infeksi melonjak di beberapa wilayah Eropa. Ancaman gelombang kedua Covid-19 ini menurutnya akan menjadi sentimen negatif yang diperhatikan pelaku pasar di pekan depan.
Kemudian, pasar saham dunia yang memasuki periode laporan keuangan kuartal ke 3. AS mempimpin pengumuman kinerja emiten kuartal ketiga dari awal minggu ini. Menurut data Refinitiv dari 49 perusahaan di S&P 500 yang telah melaporkan ada 86% melewati perkiraan para analis.
Pelonggaran lockdown, kata dia, yang terjadi telah mendorong banyak emiten membukukan kinerja yang baik. Sementara di Indonesia, diperkirakan kinerja emiten juga akan tumbuh positif di kuartal III/2020 akibat banyaknya upaya dari Otoritas Pasar Modal dan Pemerintah. "Diperkirakan kinerja emiten akan lebih baik daripada kuartal II/2020 dan juga akan lebih baik dari kuartal pertama lalu," ujarnya.
(Baca Juga: Transaksi Harian Meningkat Tajam, Kapitalisasi Pasar Modal Tembus Rp5.877 T)
Faktor lainnya adalah komentar Bank Dunia tentang Omnibus Law UU Cipta Kerja yang sangat positif. Bank Dunia menilai UU sapu jagat ini merupakan upaya konkret pemerintah Indonesia melakukan reformasi besar-besaran di sektor bisnis.
Aturan ini akan menjadikan Indonesia lebih berdaya saing dan mendukung aspirasi jangka panjang bangsa untuk menjadi masyarakat yang sejahtera. Penghapusan pembatasan yang berat pada investasi menandakan bahwa Indonesia terbuka untuk bisnis. Pelaku pasar keuangan sangat positif dengan UU ini sehingga penolakan keras akan menjadi sentimen negatif bagi pasar.
"Hadirnya beberapa sentimen mulai dari vaksin dan perkiraan kinerja emiten yang lebih baik di kuartal III membuat IHSG kami perkirakan akan menguat terbatas pada pekan depan. Adapun support IHSG berada di level 5.067 sampai 5.001 dan resistance di level 5.182 sampai 5.200. Cenderung SOS (sell on strenght) bila IHSG menguat untuk bisa BOW (buy on weakness) kembali ketika IHSG terkoreksi," pungkasnya.
"Selain itu, pajak perusahaan di AS juga di perkirakan akan naik. Hal ini mendorong USD lebih lemah dan akan positif bagi pasar emerging market termasuk Indonesia," katanya.
Selanjutnya, kekhawatiran gelombang kedua virus corona terus meningkat karena infeksi melonjak di beberapa wilayah Eropa. Ancaman gelombang kedua Covid-19 ini menurutnya akan menjadi sentimen negatif yang diperhatikan pelaku pasar di pekan depan.
Kemudian, pasar saham dunia yang memasuki periode laporan keuangan kuartal ke 3. AS mempimpin pengumuman kinerja emiten kuartal ketiga dari awal minggu ini. Menurut data Refinitiv dari 49 perusahaan di S&P 500 yang telah melaporkan ada 86% melewati perkiraan para analis.
Pelonggaran lockdown, kata dia, yang terjadi telah mendorong banyak emiten membukukan kinerja yang baik. Sementara di Indonesia, diperkirakan kinerja emiten juga akan tumbuh positif di kuartal III/2020 akibat banyaknya upaya dari Otoritas Pasar Modal dan Pemerintah. "Diperkirakan kinerja emiten akan lebih baik daripada kuartal II/2020 dan juga akan lebih baik dari kuartal pertama lalu," ujarnya.
(Baca Juga: Transaksi Harian Meningkat Tajam, Kapitalisasi Pasar Modal Tembus Rp5.877 T)
Faktor lainnya adalah komentar Bank Dunia tentang Omnibus Law UU Cipta Kerja yang sangat positif. Bank Dunia menilai UU sapu jagat ini merupakan upaya konkret pemerintah Indonesia melakukan reformasi besar-besaran di sektor bisnis.
Aturan ini akan menjadikan Indonesia lebih berdaya saing dan mendukung aspirasi jangka panjang bangsa untuk menjadi masyarakat yang sejahtera. Penghapusan pembatasan yang berat pada investasi menandakan bahwa Indonesia terbuka untuk bisnis. Pelaku pasar keuangan sangat positif dengan UU ini sehingga penolakan keras akan menjadi sentimen negatif bagi pasar.
"Hadirnya beberapa sentimen mulai dari vaksin dan perkiraan kinerja emiten yang lebih baik di kuartal III membuat IHSG kami perkirakan akan menguat terbatas pada pekan depan. Adapun support IHSG berada di level 5.067 sampai 5.001 dan resistance di level 5.182 sampai 5.200. Cenderung SOS (sell on strenght) bila IHSG menguat untuk bisa BOW (buy on weakness) kembali ketika IHSG terkoreksi," pungkasnya.
(fai)
Lihat Juga :
tulis komentar anda