Daftar Kota Termahal di Dunia 2020 Diguncang Covid-19, Zurich Paling Atas
Kamis, 19 November 2020 - 08:02 WIB
Kota-kota di Amerika, Afrika, dan Eropa Timur menjadi lebih murah biaya hidupnya sejak tahun lalu, sementara kota-kota Eropa Barat menjadi lebih mahal. Eropa Barat menyumbang empat dari sepuluh kota termahal dalam indeks, dengan Zurich dan Paris mengambil tempat pertama.
Jenewa dan Kopenhagen masing-masing berada di peringkat ketujuh dan kesembilan. Hal ini sebagian mencerminkan kekuatan relatif mata uang Eropa pada indeks yang membandingkan setiap kota dengan biaya hidup di New York.
Kenaikan harga terbesar adalah di Ibukota Iran, Teheran, bergerak 27 peringkat karena sanksi AS, yang telah berdampak pada pasokan barang. Sedangkan pergerakan Paris dan Zurich yang bergabung dengan Hong Kong di posisi teratas didorong oleh kenaikan euro dan franc Swiss terhadap dollar AS, serta penurunan komparatif dalam biaya hidup di dua kota Asia yang sebelumnya berada di peringkat teratas.
(Baca Juga: Ekonomi Dunia Berangsur Membaik, Investasi Lari ke Negara Berkembang )
Selain fluktuasi mata uang, masalah rantai pasokan, tindakan pemerintah, penurunan pendapatan, dan perubahan gaya hidup juga menjadi alasan di balik pergeseran harga global. Dengan mayoritas populasi global yang masih bekerja dari jarak jauh, pembeli yang tinggal di rumah sekarang memiliki pandangan baru tentang barang dan jasa yang mereka anggap penting.
Rokok Jadi Mahal, Kemeja Murah
Indeks Biaya Hidup EIU di Seluruh Dunia membandingkan harga 138 barang dan jasa di sekitar 130 kota besar pada bulan September. Secara keseluruhan, harga bergerak datar, tetapi laporan mengatakan harga barang-barang penting lebih bertahan daripada barang-barang non-esensial.
Tantangan logistik juga mempengaruhi harga, dengan kekurangan barang seperti toilet roll dan pasta naik di beberapa kategori. Dari sepuluh kategori yang dicakup oleh laporan, tembakau dan rekreasi mencetak kenaikan harga terbesar, sementara harga pakaian telah turun sangat terjal.
"Dari segi barang konsumsi, terjadi kenaikan tajam harga komputer, sementara harga pakaian mengalami penurunan," kata Ms Dutt.
"Pandemi telah mengubah perilaku konsumen karena penguncian dan tren, seperti bekerja dari rumah telah meningkatkan harga elektronik konsumen dan peralatan makan di rumah telah menggantikan tempat makan restoran untuk keluarga kelas menengah," kata Dutt dalam keterangannya.
Jenewa dan Kopenhagen masing-masing berada di peringkat ketujuh dan kesembilan. Hal ini sebagian mencerminkan kekuatan relatif mata uang Eropa pada indeks yang membandingkan setiap kota dengan biaya hidup di New York.
Kenaikan harga terbesar adalah di Ibukota Iran, Teheran, bergerak 27 peringkat karena sanksi AS, yang telah berdampak pada pasokan barang. Sedangkan pergerakan Paris dan Zurich yang bergabung dengan Hong Kong di posisi teratas didorong oleh kenaikan euro dan franc Swiss terhadap dollar AS, serta penurunan komparatif dalam biaya hidup di dua kota Asia yang sebelumnya berada di peringkat teratas.
(Baca Juga: Ekonomi Dunia Berangsur Membaik, Investasi Lari ke Negara Berkembang )
Selain fluktuasi mata uang, masalah rantai pasokan, tindakan pemerintah, penurunan pendapatan, dan perubahan gaya hidup juga menjadi alasan di balik pergeseran harga global. Dengan mayoritas populasi global yang masih bekerja dari jarak jauh, pembeli yang tinggal di rumah sekarang memiliki pandangan baru tentang barang dan jasa yang mereka anggap penting.
Rokok Jadi Mahal, Kemeja Murah
Indeks Biaya Hidup EIU di Seluruh Dunia membandingkan harga 138 barang dan jasa di sekitar 130 kota besar pada bulan September. Secara keseluruhan, harga bergerak datar, tetapi laporan mengatakan harga barang-barang penting lebih bertahan daripada barang-barang non-esensial.
Tantangan logistik juga mempengaruhi harga, dengan kekurangan barang seperti toilet roll dan pasta naik di beberapa kategori. Dari sepuluh kategori yang dicakup oleh laporan, tembakau dan rekreasi mencetak kenaikan harga terbesar, sementara harga pakaian telah turun sangat terjal.
"Dari segi barang konsumsi, terjadi kenaikan tajam harga komputer, sementara harga pakaian mengalami penurunan," kata Ms Dutt.
"Pandemi telah mengubah perilaku konsumen karena penguncian dan tren, seperti bekerja dari rumah telah meningkatkan harga elektronik konsumen dan peralatan makan di rumah telah menggantikan tempat makan restoran untuk keluarga kelas menengah," kata Dutt dalam keterangannya.
tulis komentar anda