Meski Pandemi Milenial Bisa Berinvestasi Sembari Rebahan

Senin, 30 November 2020 - 23:36 WIB
Gozali menilai, meningkatnya literasi pasar modal di kalangan milenial tersebut karena edukasi dan sosialisasi yang dilakukan SRO bisa langsung menyentuh kelompok yang dikenal gadget addict ini. ”Dengan edukasi dan sosialisasi, termasuk semakin mudahnya melakukan akses ke pasar modal, membuat kalangan milenial semakin antusias,”ungkapnya. Dia menyebutkan, akses ke pasar modal pun saat ini semakin mudah dengan teknologi yang berkembang semakin pesat. ”Jika dulu harus datang ke sekuritas sekarang dari rumah dan darimana saja bisa diakses. Dana yang diperlukan juga tidak terlalu besar, cocok untuk kalangan milenial,”sebutnya.

(Baca Juga : Harapan 28 Tahun Perjalanan Bursa Efek Indonesia Jadi Pilar Memajukan Ekonomi )

Sedangkan Perencana Keuangan Melvin Mumpuni menilai , pasar modal merupakan tempat yang cocok bagi milenial untuk berinvestasi. ”Baik itu investasi di saham, reksadana, maupun surat utang,”ungkapnya. Dia juga memberikan saran kepada para milenial apabila ingin melakukan investasi, terlebih dahulu menetapkan tujuan investasinya. ”Misalnya investasi dilakukan agar bisa mencicil rumah lima tahun lagi,”ujarnya. Kemudian para milenial perlu memahami jenis investasi yang akan dipilih. Misalnya saham, reksadana atau surat utang. ”Kenali juga risikonya saat berinvestasi misalnya terkait dengan penurunan harga, masalah likuiditas dan sebagainya,”paparnya.

Yang terpenting, lanjut dia, jangan terjebak dengan pihak-pihak yang memiliki itikad tidak baik. ’’Misalnya grup-grup whatsapp ataupun individu-individu yang menawarkan untuk mengelola investasi,”paparnya.Melvin mengatakan, para milenial bisa menargetkan berapa tingkat pengembalian yang diinginkan dan berapa risiko dari investasi mereka. Setelah melakukan hal-hal tersebut, Melvin pun menyarankan investor untuk melakukan review portofolio mereka secara teratur, misalnya setiap tiga bulan. Hal itu perlu dilakukan agar sesuai dengan tujuan investasi yang ditetapkan.

Sementara itu, untuk meningkatkan literasi masyarakat termasuk kalangan milenial, BEI menggelar Sekolah Pasar Modal (SPM) yang merupakan program edukasi dan sosialisasi pasar modal yang diselenggarakan secara. Mengutip publikasi BEI, jenis Sekolah Pasar Modal yang diselenggarakan adalah Sekolah Pasar Modal Reguler (SPM Rutin dan SPM Syariah), Sekolah Pasar Modal Online dan Sekolah Pasar Modal Institusi dan Komunitas. Dalam menyelenggarakan SPM Reguler dan SPM Online, BEI bekerja sama dengan The Indonesia Capital Market Institute (TICMI). Seluruh masyarakat umum dapat menjadi peserta SPM apabila telah melakukan pendaftaran sesuai dengan syarat dan ketentuan yang berlaku.

(Baca Juga : Analis : Kebijakan OJK-BEI Efektif Atasi Tekanan di Pasar Saham )

BEI bersama KSEI, dan KPEI, bekerjasama dengan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) juga menyelenggarakan Sharia Investment Week (SIW) sebagai ajang bagi para investor syariah, baik pemula maupun yang sudah aktif, untuk belajar berinvestasi. ”SIW 2020 diharapkan dapat meyakinkan masyarakat untuk mulai berinvestasi syariah di pasar modal Indonesia. Selain itu, SIW 2020 juga diharapkan dapat berperan menjadi gerbang pembuka bagi para investor syariah, baik pemula maupun investor aktif, untuk lebih memahami pasar modal syariah di Indonesia dan menyebarkan semangat berinvestasi syariah di pasar modal,” ujar Direktur Utama PT Bursa Efek Indonesia (BEI) Inarno Djajadi saat membuka SIW 2020 yang dilakukan secara virtual beberapa waktu lalu.

Sebelum SIW 2020, self regulatory organization (SRO) juga menggelar acara tahunan Capital Market Summit & Expo (CMSE). Gelaran secara virtual itu memberikan pengalaman baru mengenai edukasi pasar modal di tengah pandemi. Dengan penyelenggaraan secara virtual, kegiatan tersebut dapat menjangkau target pasar masyarakat yang sangat luas. Termasuk segmen milenial sebagai basis investor yang kuat di masa mendatang.

Membangun Optimisme Melalui Pasar Modal

Ekonomi Indonesia dan global menghadapi tantangan di masa dengan pandemi Covid-19. Tantangan juga diakibatkan oleh masalah geopolitik yang menambah ketidakpastian di seluruh dunia, termasuk terhadap kondisi perekonomian, dunia usaha dan pasar keuangan global maupun domestik. Alhasil, ekonomi Indonesia mengalami kontraksi sebesar -3,49% (year on year/yoy) pada kuartal III-2020. Namun demikian, kondisi tersebut lebih baik dibandingkan dengan kuartal II-2020 dengan penurunan -5,32% (year on year /yoy).

Melihat kondisi tersebut, BEI, KPEI, dan KSEI bersama OJK terus berupaya meningkatkan kompetensi, wawasan, dan memberikan optimisme kepada para peserta agar bersinergi dalam mengantisipasi perlambatan ekonomi yang berdampak pada iklim bisnis di Indonesia. “Berbagai kebijakan untuk menjaga pemulihan ekonomi nasional telah dikeluarkan OJK baik di sektor riil, moneter maupun keuangan mampu membantu perusahaan bangkit di era pandemi,”ujar Ketua Dewan Komisioner OJK Wimboh Santoso.

(Baca Juga : Kolaborasi BRI Ventures Bersama BEI Jorokin Perusahaan Startup untuk Go Public )

Dia mengatakan, 2020 merupakan tahun yang penuh dengan dinamika dan tantangan bagi pelaku bisnis baik di Indonesia maupun secara global. Mulai dari adanya musibah bencana alam maupun kondisi pandemi Covid-19 yang masih berlangsung di berbagai negara. Hal ini menyebabkan banyak pelaku usaha yang terkendala dalam memutuskan arah strategi perusahaan ke depan sehingga membuat investor di pasar finansial memiliki tantangan untuk menentukan arah investasinya. Namu demikian, ditengah berbagai tantangan tersbeut, pasar modal Indonesia berhasil melaluinya dengan gemilang. “Berbagai kebijakan OJK tersebut memberikan kepercayaan pada investor pasar modal,”imbuh Wimboh. Beberapa kebijakan tersebut yakni trading halt selama 30 menit jika perdagangan terkoreksi 5% dalam sehari, juga buy back oleh emiten boleh dilakukan tanpa mekanisme Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS).

(Baca Juga : BEI Target Transaksi di 'Pasar Loak' Surat Utang Capai Rp1,2 Triliun )

Pandemi Covid-19 diakuinya memberikan tekanan bagi pasar saham yang membuat IHSG sempat menyentuh level terendahnya pada Maret 2020. Namun, dengan serangkaian kebijakan dan optimisme para pelaku pasar, indeks tidak turun terlalu dalam. Dengan serangkaian kebijakan yang diambil yang juga melibatkan self regulatory organization (SRO) tersebut, diyakini pasar modal Indonesia bisa menjadi cerminan maupun tolak ukur bagi kemajuan perekonomian nasional.

Klaim tersebut tentu tidaklah berlebihan, mengingat dari catatan BEI, pada pekan ke-4 November 2020, pasar modal nasional kembali mencatatkan peningkatan data perdagangan. Kapitalisasi pasar bursa mencapai Rp6.720,947 triliun dari Rp6.474,868 triliun pada pekan sebelumnya. Sementara itu, pada pekan ini peningkatan tertinggi terjadi pada rata-rata volume transaksi, yang meningkat signifikan sebesar 60,54% menjadi 29,245 miliar saham dari 18,217 miliar saham pada pekan sebelumnya.
Halaman :
tulis komentar anda
Follow
Video Rekomendasi
Berita Terkait
Rekomendasi
Terpopuler
Berita Terkini More