Meski Pandemi Milenial Bisa Berinvestasi Sembari Rebahan
Senin, 30 November 2020 - 23:36 WIB
Bagi Gita dan Willy, berinvestasi di pasar modal saat ini tidaklah sesulit yang mereka bayangkan. Dengan dana yang tak terlalu besar, kalangan milenial kini sudah berinvestasi di pasar modal. Bahkan, dengan digitalisasi yang semakin pesat, mereka bisa melakukan transaksi, dan memantau investasinya kapan saja. ”Di masa pandemi sekarang justru sangat terasa keuntungan investasi di pasar modal. Saya bisa berinvestasi dari rumah, dan melakukan segalanya dari smartphone,”ucap Willy. Dia mengaku telah mendapatkan keuntungan lebih dari 50 % dari investasinya di saham PT Aneka Tambang, Tbk. (ANTM) . Namun, Willy mengaku belum akan merealisasikan keuntungannya itu dalam waktu dekat. ”Saya simpan untuk jangka panjang. Meskipun hari ini pasar terkoreksi toh nanti membaik lagi,”ujarnya.
(Baca Juga : Investasi Saham dan Obligasi Tetap Menguntungkan, Covid-19 Ada Batasnya )
Gita dan Willy adalah bukti bahwa saat ini literasi kalangan milenial terhadap pasar modal semakin meningkat. Meningkatnya literasi tersebut membuat semakin banyak generasi milenial yang berinvestasi di pasar modal. Dari catatatan PT Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI) jumlah investor di pasar modal terus meningkat dan mencapai 3,39 juta investor hingga Oktober 2020. Rinciannya, investor saham sebanyak 1,44 juta investor (naik 30% ), investor reksadana 2,70 juta investor (naik 52,2%) dan investor surat berharga negara 438.291 investor (naik 58%). Jumlah investor pada periode Januari-Oktober 2020 tersebut bertumbuh 36,82% dibandingkan 2019 yang hanya 2,48 juta investor.
Kalangan milenial berkontribusi terhadap pertumbuhan investor ritel, khususnya yang memiliki usia di bawah 30 tahun dengan porsi sekitar 65 %. Meningkatnya jumlah investor di pasar modal tersebut tak lepas dari upaya self regulatory organization (SRO) yakni Bursa Efek Indonesia (BEI) , PT Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI), dan PT Kliring Penjaminan Efek Indonesia (KPEI) yang bersama-sama melakukan sosialisasi dan edukasi mengenai pasar modal dan peningkatan pengawasan yang terintegrasi.
Sukses Melakukan Edukasi dan Meningkatkan Literasi di Masa Pandemi
Bergairahnya pasar modal nasional meskipun di masa pandemi dinilai karena suksesanya self regulatory organization (SRO) melakukan sosialisasi dan edukasi kepada masyarakat di berbagai platform. Termasuk platform media sosial yang menjadi ”dunia” kalangan milenial. ”Dengan sosialisasi dan edukasi yang selama ini dilakukan, kalangan milenial menjadi tertarik untuk menjadi investor,”tegas Perencana Keuangan dari Safir Senduk & Rekan, Ahmad Gozali.
Gozali menilai, meningkatnya literasi pasar modal di kalangan milenial tersebut karena edukasi dan sosialisasi yang dilakukan SRO bisa langsung menyentuh kelompok yang dikenal gadget addict ini. ”Dengan edukasi dan sosialisasi, termasuk semakin mudahnya melakukan akses ke pasar modal, membuat kalangan milenial semakin antusias,”ungkapnya. Dia menyebutkan, akses ke pasar modal pun saat ini semakin mudah dengan teknologi yang berkembang semakin pesat. ”Jika dulu harus datang ke sekuritas sekarang dari rumah dan darimana saja bisa diakses. Dana yang diperlukan juga tidak terlalu besar, cocok untuk kalangan milenial,”sebutnya.
(Baca Juga : Harapan 28 Tahun Perjalanan Bursa Efek Indonesia Jadi Pilar Memajukan Ekonomi )
Sedangkan Perencana Keuangan Melvin Mumpuni menilai , pasar modal merupakan tempat yang cocok bagi milenial untuk berinvestasi. ”Baik itu investasi di saham, reksadana, maupun surat utang,”ungkapnya. Dia juga memberikan saran kepada para milenial apabila ingin melakukan investasi, terlebih dahulu menetapkan tujuan investasinya. ”Misalnya investasi dilakukan agar bisa mencicil rumah lima tahun lagi,”ujarnya. Kemudian para milenial perlu memahami jenis investasi yang akan dipilih. Misalnya saham, reksadana atau surat utang. ”Kenali juga risikonya saat berinvestasi misalnya terkait dengan penurunan harga, masalah likuiditas dan sebagainya,”paparnya.
Yang terpenting, lanjut dia, jangan terjebak dengan pihak-pihak yang memiliki itikad tidak baik. ’’Misalnya grup-grup whatsapp ataupun individu-individu yang menawarkan untuk mengelola investasi,”paparnya.Melvin mengatakan, para milenial bisa menargetkan berapa tingkat pengembalian yang diinginkan dan berapa risiko dari investasi mereka. Setelah melakukan hal-hal tersebut, Melvin pun menyarankan investor untuk melakukan review portofolio mereka secara teratur, misalnya setiap tiga bulan. Hal itu perlu dilakukan agar sesuai dengan tujuan investasi yang ditetapkan.
(Baca Juga : Investasi Saham dan Obligasi Tetap Menguntungkan, Covid-19 Ada Batasnya )
Gita dan Willy adalah bukti bahwa saat ini literasi kalangan milenial terhadap pasar modal semakin meningkat. Meningkatnya literasi tersebut membuat semakin banyak generasi milenial yang berinvestasi di pasar modal. Dari catatatan PT Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI) jumlah investor di pasar modal terus meningkat dan mencapai 3,39 juta investor hingga Oktober 2020. Rinciannya, investor saham sebanyak 1,44 juta investor (naik 30% ), investor reksadana 2,70 juta investor (naik 52,2%) dan investor surat berharga negara 438.291 investor (naik 58%). Jumlah investor pada periode Januari-Oktober 2020 tersebut bertumbuh 36,82% dibandingkan 2019 yang hanya 2,48 juta investor.
Kalangan milenial berkontribusi terhadap pertumbuhan investor ritel, khususnya yang memiliki usia di bawah 30 tahun dengan porsi sekitar 65 %. Meningkatnya jumlah investor di pasar modal tersebut tak lepas dari upaya self regulatory organization (SRO) yakni Bursa Efek Indonesia (BEI) , PT Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI), dan PT Kliring Penjaminan Efek Indonesia (KPEI) yang bersama-sama melakukan sosialisasi dan edukasi mengenai pasar modal dan peningkatan pengawasan yang terintegrasi.
Sukses Melakukan Edukasi dan Meningkatkan Literasi di Masa Pandemi
Bergairahnya pasar modal nasional meskipun di masa pandemi dinilai karena suksesanya self regulatory organization (SRO) melakukan sosialisasi dan edukasi kepada masyarakat di berbagai platform. Termasuk platform media sosial yang menjadi ”dunia” kalangan milenial. ”Dengan sosialisasi dan edukasi yang selama ini dilakukan, kalangan milenial menjadi tertarik untuk menjadi investor,”tegas Perencana Keuangan dari Safir Senduk & Rekan, Ahmad Gozali.
Gozali menilai, meningkatnya literasi pasar modal di kalangan milenial tersebut karena edukasi dan sosialisasi yang dilakukan SRO bisa langsung menyentuh kelompok yang dikenal gadget addict ini. ”Dengan edukasi dan sosialisasi, termasuk semakin mudahnya melakukan akses ke pasar modal, membuat kalangan milenial semakin antusias,”ungkapnya. Dia menyebutkan, akses ke pasar modal pun saat ini semakin mudah dengan teknologi yang berkembang semakin pesat. ”Jika dulu harus datang ke sekuritas sekarang dari rumah dan darimana saja bisa diakses. Dana yang diperlukan juga tidak terlalu besar, cocok untuk kalangan milenial,”sebutnya.
(Baca Juga : Harapan 28 Tahun Perjalanan Bursa Efek Indonesia Jadi Pilar Memajukan Ekonomi )
Sedangkan Perencana Keuangan Melvin Mumpuni menilai , pasar modal merupakan tempat yang cocok bagi milenial untuk berinvestasi. ”Baik itu investasi di saham, reksadana, maupun surat utang,”ungkapnya. Dia juga memberikan saran kepada para milenial apabila ingin melakukan investasi, terlebih dahulu menetapkan tujuan investasinya. ”Misalnya investasi dilakukan agar bisa mencicil rumah lima tahun lagi,”ujarnya. Kemudian para milenial perlu memahami jenis investasi yang akan dipilih. Misalnya saham, reksadana atau surat utang. ”Kenali juga risikonya saat berinvestasi misalnya terkait dengan penurunan harga, masalah likuiditas dan sebagainya,”paparnya.
Yang terpenting, lanjut dia, jangan terjebak dengan pihak-pihak yang memiliki itikad tidak baik. ’’Misalnya grup-grup whatsapp ataupun individu-individu yang menawarkan untuk mengelola investasi,”paparnya.Melvin mengatakan, para milenial bisa menargetkan berapa tingkat pengembalian yang diinginkan dan berapa risiko dari investasi mereka. Setelah melakukan hal-hal tersebut, Melvin pun menyarankan investor untuk melakukan review portofolio mereka secara teratur, misalnya setiap tiga bulan. Hal itu perlu dilakukan agar sesuai dengan tujuan investasi yang ditetapkan.
Lihat Juga :
tulis komentar anda