Target Lifting Minyak 1 Juta Barel 2030, PKB: Bukan Hal Sulit

Jum'at, 29 Januari 2021 - 20:25 WIB
Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) menilai target produksi siap jual atau lifting minyak 1 juta barel per hari pada 2030 masih cukup relevan. Foto/Dok
JAKARTA - Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) menilai target produksi siap jual atau lifting minyak 1 juta barel per hari pada 2030 masih cukup relevan. Meskipun saat ini muncul fenomena penurunan industri hulu migas, namun dengan kerjasama yang baik diantara stake holder di bidang energi akan memudahkan upaya pencapaian target tersebut.

“Kita memiliki potensi yang luar biasa. Target lifting minyak 1 juta barel per hari pada 2030 bukan sesuatu yang sulit jika semua pihak bahu membahu untuk bersama mencapai cita-cita tersebut. Kami sebagai bagian dari pemerintah tentu akan konsen mengawal agar target tersebut bisa tercapai,” ujar Ketua Fraksi PKB DPR Cucun Ahmad Syamsurijal saat membuka Focus Group Discussion (FGD) bertajuk Industri Hulu Anjlok, Bagaimana Solusinya? Di ruang rapat Fraksi PKB di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Jumat (29/1/2021).





Dalam kegiatan tersebut hadir sebagai narasumber Ketua Komisi VI DPR Faisol Riza, Direktur Pengembangan dan Produksi PT Pertamina Hulu Energi Taufik Aditya Warman, dan Direktur Eksplorasi PT Pertamina Hulu Energi Medy Kurniawan. FGD ini merupakan bagian dari diskusi mingguan yang digelar oleh Fraksi PKB DPR.

Dia mengatakan, target 1 juta lifting minyak sehari masih relevan untuk dilakukan meskipun saat ini ada tren transisi energi. Menurutnya kebutuhan migas di Indonesia masih cukup besar. Pada tahun 2019 lalu migas masih berkontribusi sekitar 54% dari total bauran energi yang dibutuhkan di tanah air.

Sektor migas pun dipredeksi masih menopang sebanyak 44% dari bauran energi pada tahun 2050. “Untuk itu, perlu peningkatan produksi migas yang masif demi mendukung keberlanjutan energi tersebut dan di sini target 1 juta barel lifting minyak per hari dan 12 miliar standar kaki kubik gas per hari harus bisa direalisasikan,” katanya.

Cucun mengakui jika tantangan industri hulu migas saat ini kian besar. Produksi dari wilayah kerja yang ada saat ini mengalami penurunan karena berbagai factor. Di antaranya akibat lapangan eksplorasi yang kian menua dan tantangan dari kian pesatnya pengembangan energi terbarukan.

Oleh karena itu dibutuhkan Kerjasama era tantara para stake holder di antaranya Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Kementerian Keuangan, Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi, Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian, Kementerian Perindustrian, SKK Migas, Badan Kebijakan Fiskal (BKF), Kontraktor Kontrak Kerja Sama (Kontraktor KKS), dan Indonesian Petroleum Association (IPA).

“Mereka harus mendiskusikan bagaimana target lifting 1 juta barel bisa dicapai. Kami akan mengawal dari sisi regulasi melalui anggota kami yang ada di Komisi VI DPR,” katanya.




Politikus asal Jawa Barat ini menegaskan, pencapaian 1 juta barel lifting minyak per hari akan sangat mempengaruhi pertumbuhan ekonomi Indonesia di masa depan. Salah satunya dengan menekan defisit perdagangan migas yang terjadi dalam dua tahun terakhir.

“Mengingat besarnya pengaruh produksi migas ini dalam perekonomian kita maka sudah sepantasnya pemerintah bisa mengeluarkan berbagai kebijakan untuk mendukung pencapaian target lifting minyak sejuta barel per hari seperti enyederhanaan perizinan, penyediaan dan keterbukaan data, dan integrasi hulu-hilir serta stimulus fiskal,” pungkasnya.
(akr)
tulis komentar anda
Follow
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Video Rekomendasi
Berita Terkait
Rekomendasi
Terpopuler
Berita Terkini More