Akhir Pekan, Rupiah Menguat Setipis Uang Kertas
Jum'at, 26 Maret 2021 - 17:10 WIB
JAKARTA - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat mengalami penguatan di perdagangan akhir pekan. Mata uang garuda ditutup menguat tipis 9 poin (0,06%) dan naik ke level Rp14.418 per dolar.
( Baca juga: Rupiah Melemah Tipis Dipicu Sentimen Eksternal )
Ibrahim Assuaibi Direktur PT TRFX Garuda Berjangka mengatakan, penguatan rupiah didorong oleh sentimen global. Ia melihat trend penurunan di pasar keuangan baru-baru ini mendorong kenaikan imbal hasil surat utang AS, dan mendorong perbankan melakukan melakukan aksi jual obligasi. Kondisi ini membuat harga obligasi semakin tertekan.
"Imbal hasil naik karena ada permintaan yang lesu selama lelang catatan treasury tujuh tahun pada hari Kamis. Beberapa investor menyatakan keprihatinan bahwa akan ada aksi jual pasar obligasi lagi dalam tiga bulan ke depan sehubungan dengan penurunan pasar keuangan baru-baru ini," katanya dalam riset hariannya, Jumat (26/3/2021).
Di sisi lain, klaim pengangguran mingguan AS mengalami penurunan ke level terendah, dari 781.000 menjadi 684.000. Sementara itu, investor masih menunggu rilis data pengeluaran pribadi pada bulan Februari, yang dapat memberikan petunjuk lebih lanjut tentang kekuatan ekonomi AS.
Sedangkan di Eropa, beberapa negara memasuki pembatasan Covid-19 untuk mengekang gelombang kasus ketiga.
( Baca juga: Transformasi Tubuh Luar Biasa Duo Raja Kelas Berat )
"Jerman, ekonomi terbesar di Eropa, tiba-tiba membatalkan rencananya untuk penutupan Paskah yang ketat pada hari Rabu meskipun mencatat peningkatan terbesar dalam kasus Covid-19 sejak Januari 2021," ujarnya.
Sementara untuk perdagangan minggu depan, di hari Senin mata uang rupiah kemungkinan dibuka berfluktuasi, namun ditutup menguat tipis di rentang Rp14.420-Rp14.450.
( Baca juga: Rupiah Melemah Tipis Dipicu Sentimen Eksternal )
Ibrahim Assuaibi Direktur PT TRFX Garuda Berjangka mengatakan, penguatan rupiah didorong oleh sentimen global. Ia melihat trend penurunan di pasar keuangan baru-baru ini mendorong kenaikan imbal hasil surat utang AS, dan mendorong perbankan melakukan melakukan aksi jual obligasi. Kondisi ini membuat harga obligasi semakin tertekan.
"Imbal hasil naik karena ada permintaan yang lesu selama lelang catatan treasury tujuh tahun pada hari Kamis. Beberapa investor menyatakan keprihatinan bahwa akan ada aksi jual pasar obligasi lagi dalam tiga bulan ke depan sehubungan dengan penurunan pasar keuangan baru-baru ini," katanya dalam riset hariannya, Jumat (26/3/2021).
Di sisi lain, klaim pengangguran mingguan AS mengalami penurunan ke level terendah, dari 781.000 menjadi 684.000. Sementara itu, investor masih menunggu rilis data pengeluaran pribadi pada bulan Februari, yang dapat memberikan petunjuk lebih lanjut tentang kekuatan ekonomi AS.
Sedangkan di Eropa, beberapa negara memasuki pembatasan Covid-19 untuk mengekang gelombang kasus ketiga.
( Baca juga: Transformasi Tubuh Luar Biasa Duo Raja Kelas Berat )
"Jerman, ekonomi terbesar di Eropa, tiba-tiba membatalkan rencananya untuk penutupan Paskah yang ketat pada hari Rabu meskipun mencatat peningkatan terbesar dalam kasus Covid-19 sejak Januari 2021," ujarnya.
Sementara untuk perdagangan minggu depan, di hari Senin mata uang rupiah kemungkinan dibuka berfluktuasi, namun ditutup menguat tipis di rentang Rp14.420-Rp14.450.
(uka)
tulis komentar anda