PLTS Jadi Primadona, Biaya Investasi Turun Jauh hingga 80%

Minggu, 23 Mei 2021 - 00:46 WIB
Biaya investasi Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) telah mengalami penurunan secara signifikan, yang diyakini bakal membuat pemanfaatannya ke depan bakal semakin bertambah banyak. Foto/Dok
JAKARTA - Biaya investasi Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) telah mengalami penurunan secara signifikan, yang diyakini bakal membuat pemanfaatannya ke depan bakal semakin bertambah banyak. Dalam satu dekade saja, diterangkan penurunan biaya investasi PLTS sudah mencapai 80%.

"Bahkan, penawaran terendah pengembangan PLTS di Saudi Arabia oleh ACWA Power 1,04 sen dolar per kWh," ujar Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Arifin Tasrif dalam keterangan tertulis.



Arifin menuturkan, penurunan investasi PLTS juga dirasakan di Indonesia, di mana harga jual dari PLTS terapung Cirata berkapasitas 145 MW 5,8 sen dolar per kWh. Berdasarkan market sounding oleh PLN, penawaran harga listrik PLTS terapung di beberapa lokasi antara 3,68-3,88 sen dolar per kWh.

"Sebagaimana diketahui, potensi energi surya Indonesia sebesar 207,8 Giga Watt (GW) dan baru termanfaatkan sebesar 154 Mega Watt (MW). Menjadi mimpi pemerintah Indonesia membangun pasar yang menarik bagi investor terutama di sektor hulu," ungkapnya.





PLTS sendiri sekarang menjadi primadona sebagai sumber energi di dunia. Berdasarkan data IRENA tahun 2020, China menjadi negara terbesar di dunia dalam memanfaatkan energi surya dengan kapasitas terpasang sebesar 263 GW pada tahun 2019.

"Ini diikuti oleh Amerika Serikat dan Jepang dengan masing-masing kapasitas terpasang 62 GW dan 61 GW," jelas Arifin.
(akr)
tulis komentar anda
Video Rekomendasi
Berita Terkait
Rekomendasi
Terpopuler
Berita Terkini More