Menakar Kesiapan Industri Jelang Pemberlakuan Zero ODOL 2023
Jum'at, 11 Juni 2021 - 17:22 WIB
JAKARTA - Pemerintah nampaknya belum satu suara perihal rencana pemberlakuan kebijakan Zero Over Dimension Over Load (ODOL) pada 2023 mendatang. Apalagi jika menilik kesiapan sektor industri yang saat ini masih dalam tahap pemulihan usai dihantam pandemi Covid-19.
Badai Covid-19 menyebabkan pertumbuhan industri pengolahan nonmigas anjlok 158% dari 4,34% menjadi minus 2,52%. Pada kuartal I/2021, kinerja industri pengolahan nonmigas juga masih menurun 135% dari 2,01% pada kuartal yang sama tahun lalu menjadi minus 0,71%. Pertumbuhan ekonomi dan industri di Indonesia juga masih dibayangi oleh gelombang pandemi berikutnya.
Kepala Seksi Sumber Daya Industri dan Sarana Prasarana Industri, Subdirektorat Industri Semen dan Barang dari Semen Kementerian Perindustrian (Kemenperin), Ashady Hanafie, dalam acara FGD “Kebijakan Zero ODOL, Kesiapan Industri dan Tantangan Menjaga Pertumbuhan Ekonomi di Tengah Pandemi Covid-19" mengatakan, sektor industri salah salah tulang punggung untuk perekonomian nasional dan menjadi sektor penyumbang terbesar terhadap PDB nasional.
Dengan banyaknya perusahaan yang tutup akibat pandemi ini, kata dia, berakibat pada penurunan tenaga kerja. "Nah penurunan tenaga kerja ini juga berpotensi memperbesar permasalahan sosial. Tercatat, jumlah tenaga kerja industri sampai dengan Februari 2021 mengalami penurunan sebesar 5% (year-on-year-yoy)," ujarnya, dikutip Jumat (11/6/2021).
Dia pun meminta agar permasalahan yang dihadapi industri saat ini jangan dulu dibebani lagi dengan hal-hal lain seperti kebijakan Zero ODOL yang akan diterapkan di awal 2023.
Pihaknya meminta semua pihak bersama-sama menjaga agar kondisi industri di Indonesia ini tetap kondusif. Oleh sebab itu, dia meminta agar kebijakan Zero ODOL ini bisa diundur lagi hingga 2025 mendatang sampai kondisi sektor industri pulih kembali.
Menurut dia, industri saat ini tengah fokus pada usaha untuk bertahan agar tidak sampai menutup usahanya. Pada 2021, industri mulai bangkit kembali. Dengan demikian, industri telah kehilangan waktu selama 2 tahun untuk persiapan penerapan kebijakan Zero ODOL.
“Saya yakin tadinya semua industri pasti komitmen untuk menjalankan kebijakan Zero ODOL ini pada awal tahun 2023. Tapi, karena kondisinya tiba-tiba terjadi pandemi, mereka cuma meminta kelonggaran waktu saja hingga 2025 mendatang,” tukasnya.
Badai Covid-19 menyebabkan pertumbuhan industri pengolahan nonmigas anjlok 158% dari 4,34% menjadi minus 2,52%. Pada kuartal I/2021, kinerja industri pengolahan nonmigas juga masih menurun 135% dari 2,01% pada kuartal yang sama tahun lalu menjadi minus 0,71%. Pertumbuhan ekonomi dan industri di Indonesia juga masih dibayangi oleh gelombang pandemi berikutnya.
Kepala Seksi Sumber Daya Industri dan Sarana Prasarana Industri, Subdirektorat Industri Semen dan Barang dari Semen Kementerian Perindustrian (Kemenperin), Ashady Hanafie, dalam acara FGD “Kebijakan Zero ODOL, Kesiapan Industri dan Tantangan Menjaga Pertumbuhan Ekonomi di Tengah Pandemi Covid-19" mengatakan, sektor industri salah salah tulang punggung untuk perekonomian nasional dan menjadi sektor penyumbang terbesar terhadap PDB nasional.
Dengan banyaknya perusahaan yang tutup akibat pandemi ini, kata dia, berakibat pada penurunan tenaga kerja. "Nah penurunan tenaga kerja ini juga berpotensi memperbesar permasalahan sosial. Tercatat, jumlah tenaga kerja industri sampai dengan Februari 2021 mengalami penurunan sebesar 5% (year-on-year-yoy)," ujarnya, dikutip Jumat (11/6/2021).
Dia pun meminta agar permasalahan yang dihadapi industri saat ini jangan dulu dibebani lagi dengan hal-hal lain seperti kebijakan Zero ODOL yang akan diterapkan di awal 2023.
Pihaknya meminta semua pihak bersama-sama menjaga agar kondisi industri di Indonesia ini tetap kondusif. Oleh sebab itu, dia meminta agar kebijakan Zero ODOL ini bisa diundur lagi hingga 2025 mendatang sampai kondisi sektor industri pulih kembali.
Menurut dia, industri saat ini tengah fokus pada usaha untuk bertahan agar tidak sampai menutup usahanya. Pada 2021, industri mulai bangkit kembali. Dengan demikian, industri telah kehilangan waktu selama 2 tahun untuk persiapan penerapan kebijakan Zero ODOL.
“Saya yakin tadinya semua industri pasti komitmen untuk menjalankan kebijakan Zero ODOL ini pada awal tahun 2023. Tapi, karena kondisinya tiba-tiba terjadi pandemi, mereka cuma meminta kelonggaran waktu saja hingga 2025 mendatang,” tukasnya.
tulis komentar anda