Dapat 'Uluran Tangan' Banyak Pihak, Industri Keramik Kembali Bangkit
Rabu, 14 Juli 2021 - 13:27 WIB
JAKARTA - Asosiasi Aneka Industri Keramik Indonesia (ASAKI) menyebut pasar domestik sudah bangkit kembali lebih cepat dari perkiraan awal. Pada 2020 industri keramik mengalami penurunan tajam lantaran penetapan pembatasan sosial berskala besar (PSBB).
Ketua Umum ASAKI (Asosiasi Aneka Industri Keramik Indonesia) Edy Suyanto mengatakan pasar domestik bangkit lebih cepat karena permintaan keramik mulai ada peningkatan sejak Juli 2020.
“Salah satu indikator utama adalah membaiknya tingkat utilisasi pada produksi di industri keramik yang dimulai Juli 2020 hingga saat ini. Pada posisi semester I 2021, tingkat utilisasi sudah mendekati 75%. Artinya itu merupakan tingkat utilisasi tertinggi semenjak 2014,” ujarnya dalam Market Review di IDX Channel, Rabu (14/7/2021).
Baca juga:Risma Marah dan Ancam Pindahkan ASN ke Papua, Pengamat: Sangat Pengaruhi Elektabilitas
Ia menuturkan, pada tahun 2020 industri keramik sempat mengalami penurunan yang tajam pada kuartal II akibat adanya penerapan PSBB. Ketika itu kapasitas industri keramik turun sekitar 30%.
Penurunan itu membuat industri keramik sempat melakukan pengurangan karyawan sebanyak 15.000 orang. Namun, kata Edy, itu tidak berlangsung lama lantaran mulai Juli 2021 tren sudah mulai membaik.
Lebih lanjut dia mengatakan, bangkitnya industri keramik tak jauh dari dukungan daya saing yang lebih cepat pulih dan meningkat. Selain itu, adanya pemberian stimulus harga gas oleh pemerintah yang mulai efektif pada April 2020.
“Menurut kami ini merupakan suatu stimulus yang sangat tepat sasaran karena datangnya di waktu yang tepat. Jadi bisa memberikan dampak luar biasa,” ucapnya.
Edy menjelaskan pentingnya harga gas karena komponen biaya produksi keramik yang paling besar itu atau 30% ada pada biaya gas. Sehingga secara otomatis ketika harga gas yang sebelumnya di Jawa Barat senilai USD9,17 per mmBTU lalu turun menjadi USD6 sangat membantu industri keramik.
Ketua Umum ASAKI (Asosiasi Aneka Industri Keramik Indonesia) Edy Suyanto mengatakan pasar domestik bangkit lebih cepat karena permintaan keramik mulai ada peningkatan sejak Juli 2020.
“Salah satu indikator utama adalah membaiknya tingkat utilisasi pada produksi di industri keramik yang dimulai Juli 2020 hingga saat ini. Pada posisi semester I 2021, tingkat utilisasi sudah mendekati 75%. Artinya itu merupakan tingkat utilisasi tertinggi semenjak 2014,” ujarnya dalam Market Review di IDX Channel, Rabu (14/7/2021).
Baca juga:Risma Marah dan Ancam Pindahkan ASN ke Papua, Pengamat: Sangat Pengaruhi Elektabilitas
Ia menuturkan, pada tahun 2020 industri keramik sempat mengalami penurunan yang tajam pada kuartal II akibat adanya penerapan PSBB. Ketika itu kapasitas industri keramik turun sekitar 30%.
Penurunan itu membuat industri keramik sempat melakukan pengurangan karyawan sebanyak 15.000 orang. Namun, kata Edy, itu tidak berlangsung lama lantaran mulai Juli 2021 tren sudah mulai membaik.
Lebih lanjut dia mengatakan, bangkitnya industri keramik tak jauh dari dukungan daya saing yang lebih cepat pulih dan meningkat. Selain itu, adanya pemberian stimulus harga gas oleh pemerintah yang mulai efektif pada April 2020.
“Menurut kami ini merupakan suatu stimulus yang sangat tepat sasaran karena datangnya di waktu yang tepat. Jadi bisa memberikan dampak luar biasa,” ucapnya.
Edy menjelaskan pentingnya harga gas karena komponen biaya produksi keramik yang paling besar itu atau 30% ada pada biaya gas. Sehingga secara otomatis ketika harga gas yang sebelumnya di Jawa Barat senilai USD9,17 per mmBTU lalu turun menjadi USD6 sangat membantu industri keramik.
Lihat Juga :
tulis komentar anda