Strategi Mengejar Potensi Rp2.580 Triliun dari Wisata Kesehatan

Kamis, 26 Agustus 2021 - 06:15 WIB
Untuk menarik potensi itu, Kemenparekraf merancang konten dan informasi tentang wisata kesehatan untuk menangkal opini negatif layanan kesehatan dalam negeri. Cara ini juga untuk meningkatkan kesadaran tentang kualitas layanan di Indonesia. Ada 15 rumah sakit (RS) yang dipersiapkan sebagai unggulan, antara lain RS Cipto Mangunkusumo, Fatmawati, Gatot Subroto, dan Sanglah Denpasar.

Sebanyak 15 RS itu tersebar di tiga provinsi, yakni Sumut, DKI Jakarta, dan Bali. Rizki menjelaskan, penentuan RS unggulan itu berdasarkan rating ketersediaan RS, dokter spesialis, dokter umum, dan diagnostik laboratorium. Rizki menyatakan ada beberapa hal yang akan segera dibahas dengan Kemenkes seperti perbaikan komunikasi dokter, penyediaan peralatan medis terkini, dan peningkatan kapasitas SDM.

Sementara itu, Wakil Ketua Umum Asosiasi Perusahaan Perjalanan Wisata Indonesia (ASITA) Budijanto Ardiansjah menyarankan Indonesia fokus pada wisata kebugaran. Toh, di Bali sudah banyak menawarkan jasa-jasa seperti itu. Banyak wisatawan domestik dan mancanegara yang kerap melakukan yoga di Ubud, Bali.

Dia mengungkapkan, wilayah di Jawa Barat dan Jawa Tengah banyak yang bisa dipoles untuk menjadi tujuan wisata kebugaran.

“Jadi, wellness tourism yang berkaitan dengan alam dan untuk pemulihan mental pascapandemi. Itu lebih mungkin dijual daripada gembar-gembor dengan medis dan lainnya. Kayaknya enggak terlalu menarik (wisatawan),” ujarnya.

Budijanto menerangkan, fasilitas RS di Indonesia tidak kalah dengan di luar negeri. Akan tetapi, kualitas penanganannya bukan yang terbaik. Selain itu, menurutnya, jasa layanan medis di luar negeri, terutama Penang, Malaysia, dan Thailand, juga lebih murah. Negara-negara itu juga sudah memiliki brand yang kuat untuk layanan kesehatan tertentu. “Kalau mau cantik, datanglah ke Korea (Selatan),” ucapnya.

Namun, Budijanto mengaku pesimistis wisata kesehatan bisa dilaksanakan dalam waktu dekat. Alasannya, warga asing melihat bagaimana penanganan pandemi Covid-19 di Indonesia yang masih belum optimal. Ditambah lagi, sejumlah negara, termasuk Indonesia, masih melakukan karantina dan pembatasan perjalanan, baik dalam maupun luar negeri.

“Kecuali kita bisa melakukan satu terobosan besar saat ini sampai ke depan sehingga bisa menangani Covid-19 dengan baik. (Jika) ada terobosan-terobosan baru (nantinya) ‘oh ternyata Indonesia keren juga’. Kalau enggak orang melihat health tourism, mau ngapain juga,” pungkasnya.
(ynt)
Halaman :
tulis komentar anda
Follow
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Video Rekomendasi
Berita Terkait
Rekomendasi
Terpopuler
Berita Terkini More