Ngeri! Asia Tenggara Bisa Tekor Rp952 Kuadriliun Jika Abaikan Perubahan Iklim
Jum'at, 03 September 2021 - 15:03 WIB
Dari pertanian hingga pariwisata, kelambanan penanganan perubahan iklim akan menyebabkan gangguan besar karena hilangnya mata pencaharian karena naiknya permukaan laut dan bencana alam.
Deloittee enyebutkan, industri-industri yang bakal kehilangan triliunan pada tahun 2070 antara lain: Industri jasa, yang diprediksi bisa kehilangan USD9 triliun; Sektor manufaktur yang menghadapi kerugian USD7 triliun; Serta ritel dan pariwisata yang secara kolektif bisa kehilangan USD5 triliun.
Padahal, bersama-sama dengan sektor konstruksi, pertambangan dan gas, sektor-sektor ini menyumbang 83% dari output ekonomi kawasan Asia Tenggara. “Dampak dari perubahan iklim akan dirasakan di seluruh negara dan industri Asia Tenggara, dengan beberapa menanggung beban ekonomi lebih dari yang lain,” ungkap laporan tersebut.
Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) telah memperingatkan bahwa menjaga pemanasan global mendekati 1,5°C di atas tingkat pra-industri "akan berada di luar jangkauan" dalam dua dekade mendatang kecuali tindakan segera diambil untuk mengurangi emisi karbon. “Ada urgensi bagi negara dan pemerintah untuk bertindak cepat - dalam 10 tahun ke depan - untuk menghindari kerusakan permanen akibat perubahan iklim,” tegas Chief Executive Officer Deloitte Asia Tenggara Philip Yuen.
Deloittee enyebutkan, industri-industri yang bakal kehilangan triliunan pada tahun 2070 antara lain: Industri jasa, yang diprediksi bisa kehilangan USD9 triliun; Sektor manufaktur yang menghadapi kerugian USD7 triliun; Serta ritel dan pariwisata yang secara kolektif bisa kehilangan USD5 triliun.
Padahal, bersama-sama dengan sektor konstruksi, pertambangan dan gas, sektor-sektor ini menyumbang 83% dari output ekonomi kawasan Asia Tenggara. “Dampak dari perubahan iklim akan dirasakan di seluruh negara dan industri Asia Tenggara, dengan beberapa menanggung beban ekonomi lebih dari yang lain,” ungkap laporan tersebut.
Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) telah memperingatkan bahwa menjaga pemanasan global mendekati 1,5°C di atas tingkat pra-industri "akan berada di luar jangkauan" dalam dua dekade mendatang kecuali tindakan segera diambil untuk mengurangi emisi karbon. “Ada urgensi bagi negara dan pemerintah untuk bertindak cepat - dalam 10 tahun ke depan - untuk menghindari kerusakan permanen akibat perubahan iklim,” tegas Chief Executive Officer Deloitte Asia Tenggara Philip Yuen.
(fai)
Lihat Juga :
tulis komentar anda