Pelindo Berbenah, Ekosistem Logistik Akan Berkelas Dunia
Senin, 20 September 2021 - 23:50 WIB
JAKARTA - Pelabuhan Tanjung Priok merupakan salah satu pintu gerbang logistik nasional yang cukup vital. Di pelabuhan inilah kegiatan distribusi barang antarpulau maupun kegiatan ekspor-impor terjadi dalam volume sangat besar. Dulu, kawasan pelabuhan ini dikenal sebagai salah satu pelabuhan yang ‘’menyeramkan’’. Hal itu lantaran banyaknya aksi kejahatan hingga premanisme. Kawasan Tanjung Priok dulunya juga terkenal dengan kawasan yang berdebu, kumuh, macet, dan semrawut.
Kini, suasananya berubah total, bersih dan rapih, di dalam maupun di luar kawasan pelabuhan. Pelabuhan paling sibuk di Indonesia ini semakin modern dan canggih. Beragam peralatan pun kini sudah memanfaatkan dukungan Internet of Things (IoT). Indonesia Port Corporation (IPC), begitulah PT Pelabuhan Indonesia II (Persero) dikenal, sangat serius mengelola pelabuhan di kawasan Jakarta Utara ini sebagai penggerak roda perekonomian nasional, dan sebagai pintu gerbang barang-barang buatan Indonesia berlayar ke pasar dunia.
Meskipun ratusan truk berukuran besar berlalu lalang, namun tak terlihat antrean panjang di pintu masuk pelabuhan. Hari sudah mulai senja, namun aktivitas di Tanjung Priok tetap ramai. Ahmad (47) duduk santai di dalam kabin truk Hino tipe FG235 Ti lansiran 2010 milik PT Transindo Jawara Sakti yang bermarkas di Kapuk Muara, Jakarta Utara.
Truk yang menggendong kontainer berukuran 40 feet berwarna biru bernopol B 9260 UEM itu diparkir 300 meter dari kantor Otoritas Pelabuhan Tanjung Priok. Pria asal Sajira, Rangkasbitung, provinsi Banten yang sudah 17 tahun melakoni pekerjaannya sebagai sopir truk angkutan barang itu sedang menunggu giliran pengembilan barang dari kapal yang dioperasikan PT Tanto Intim Line.
’’Jadwal DO (delivery order) jam 5 sore di dermaga 111, saya datang terlalu cepat. Jadi menunggu dulu di sini sebentar,’’ungkap pria yang memiliki tiga anak itu saat ditemui Senin (20/9/2021). Selain lalu lintas di luar pelabuhan lancar, fitur IPC Smart Card yang digunakan untuk masuk melalui e-pass di pelabuhan Tanjung Priok sangat membantu para sopir untuk tiba tepat waktu. Ahmad sengaja tak masuk buffer area atau kantong parkir truk kontainer di Unit Terminal Container (UTC) 2 Pelabuhan Tanjung Priok, karena dia hanya membutuhkan waktu 30 menit sebelum jadwal bongkar barang tiba. ’’Kalau masuk ke UTC nanti keluaranya agak padat, khawatir terlambat,’’begitu alasan Ahmad.
Menurut dia, saat ini, pelabuhan Tanjung Priok sudah melakukan perubahan besar-besaran. Banyak prosedur yang dulunya manual sekarnag sudah menggunakan platform digital. ’’Dokumen yang kita bawa juga harus sesuai dengan DO. Jadi barang yang kita muat sesuai dengan yang ada di dokumen,’’cetusnya. DO onlina atau e-DO kini sudah diterapkan oleh perusahaan shipping carrier atau perusahaan pelayaran di Indonesia. Dengan adanya e-DO tersebut,kata dia, pengemudi tak perlu lagi melakukan pengurusan dokumen di pelabuhan.
Ahmad mengungkapkan, dengan adanya digitalisasi di pelabuhan Tanjung Priok, semuanya menjadi lebih efisien. ’’Kegiatan bongkar muat juga semakin cepat, karena kami para sopir sudah tahu harus ke lapangan berapa ambil atau kirim barangnya,’’tuturnya. Dengan dukungan beragam platform digital yang ada di dalam pelabuhan, kata dia, Tak ada lagi penumpukan kendaraan di satu titik. ’’Di sini (pelabuhan Tanjung Priok) aktivitas bongkar muat 24 jam. Sekarang kita bisa langsung menuju lokasi, apakah lewat pintu 1, pintu 2, atau pintu 3. Barang ada di terminal terminal 2 atau terminal 3, kita sudah tahu,’’paparnya.
Dia menuturkan, awal tahun 2000-an dirinya harus berangkat ke pelabuhan untuk mengangkut barang saat mata masyarakat sedang terpejam. Kini, Ahmad hanya perlu menyesuaikan waktu kapal sandar dan kapan dirinya mendapatkan slot untuk mengambil barang. ’’Jadi bisa ditentukan jam berapa kita datang. Lalu perlu berapa lama untuk di kirim ke Bandung atau Cirbon,’’tuturnya.
Barang yang diangkut Ahmad pun beragam. Mulai dari triplek, mainan, hingg abahan makanan seperti coklat, hingga tepung. ‘’Pernah juga angkut terasi. Dengan bongkar muat yang cepat, barang juga cepat sampai di pemesan,’’ungkapnya. Ahmad mengaku, awalnya tak terbiasa dengan penggunaan platform digital yang diterapkan di pelabuhan. Namun, karena masih ingin terus bekerja sebagai pengemudi truk, dirinya menumbuhkan semangat untuk beradaptasi.
Kini, suasananya berubah total, bersih dan rapih, di dalam maupun di luar kawasan pelabuhan. Pelabuhan paling sibuk di Indonesia ini semakin modern dan canggih. Beragam peralatan pun kini sudah memanfaatkan dukungan Internet of Things (IoT). Indonesia Port Corporation (IPC), begitulah PT Pelabuhan Indonesia II (Persero) dikenal, sangat serius mengelola pelabuhan di kawasan Jakarta Utara ini sebagai penggerak roda perekonomian nasional, dan sebagai pintu gerbang barang-barang buatan Indonesia berlayar ke pasar dunia.
Meskipun ratusan truk berukuran besar berlalu lalang, namun tak terlihat antrean panjang di pintu masuk pelabuhan. Hari sudah mulai senja, namun aktivitas di Tanjung Priok tetap ramai. Ahmad (47) duduk santai di dalam kabin truk Hino tipe FG235 Ti lansiran 2010 milik PT Transindo Jawara Sakti yang bermarkas di Kapuk Muara, Jakarta Utara.
Truk yang menggendong kontainer berukuran 40 feet berwarna biru bernopol B 9260 UEM itu diparkir 300 meter dari kantor Otoritas Pelabuhan Tanjung Priok. Pria asal Sajira, Rangkasbitung, provinsi Banten yang sudah 17 tahun melakoni pekerjaannya sebagai sopir truk angkutan barang itu sedang menunggu giliran pengembilan barang dari kapal yang dioperasikan PT Tanto Intim Line.
’’Jadwal DO (delivery order) jam 5 sore di dermaga 111, saya datang terlalu cepat. Jadi menunggu dulu di sini sebentar,’’ungkap pria yang memiliki tiga anak itu saat ditemui Senin (20/9/2021). Selain lalu lintas di luar pelabuhan lancar, fitur IPC Smart Card yang digunakan untuk masuk melalui e-pass di pelabuhan Tanjung Priok sangat membantu para sopir untuk tiba tepat waktu. Ahmad sengaja tak masuk buffer area atau kantong parkir truk kontainer di Unit Terminal Container (UTC) 2 Pelabuhan Tanjung Priok, karena dia hanya membutuhkan waktu 30 menit sebelum jadwal bongkar barang tiba. ’’Kalau masuk ke UTC nanti keluaranya agak padat, khawatir terlambat,’’begitu alasan Ahmad.
Menurut dia, saat ini, pelabuhan Tanjung Priok sudah melakukan perubahan besar-besaran. Banyak prosedur yang dulunya manual sekarnag sudah menggunakan platform digital. ’’Dokumen yang kita bawa juga harus sesuai dengan DO. Jadi barang yang kita muat sesuai dengan yang ada di dokumen,’’cetusnya. DO onlina atau e-DO kini sudah diterapkan oleh perusahaan shipping carrier atau perusahaan pelayaran di Indonesia. Dengan adanya e-DO tersebut,kata dia, pengemudi tak perlu lagi melakukan pengurusan dokumen di pelabuhan.
Ahmad mengungkapkan, dengan adanya digitalisasi di pelabuhan Tanjung Priok, semuanya menjadi lebih efisien. ’’Kegiatan bongkar muat juga semakin cepat, karena kami para sopir sudah tahu harus ke lapangan berapa ambil atau kirim barangnya,’’tuturnya. Dengan dukungan beragam platform digital yang ada di dalam pelabuhan, kata dia, Tak ada lagi penumpukan kendaraan di satu titik. ’’Di sini (pelabuhan Tanjung Priok) aktivitas bongkar muat 24 jam. Sekarang kita bisa langsung menuju lokasi, apakah lewat pintu 1, pintu 2, atau pintu 3. Barang ada di terminal terminal 2 atau terminal 3, kita sudah tahu,’’paparnya.
Dia menuturkan, awal tahun 2000-an dirinya harus berangkat ke pelabuhan untuk mengangkut barang saat mata masyarakat sedang terpejam. Kini, Ahmad hanya perlu menyesuaikan waktu kapal sandar dan kapan dirinya mendapatkan slot untuk mengambil barang. ’’Jadi bisa ditentukan jam berapa kita datang. Lalu perlu berapa lama untuk di kirim ke Bandung atau Cirbon,’’tuturnya.
Barang yang diangkut Ahmad pun beragam. Mulai dari triplek, mainan, hingg abahan makanan seperti coklat, hingga tepung. ‘’Pernah juga angkut terasi. Dengan bongkar muat yang cepat, barang juga cepat sampai di pemesan,’’ungkapnya. Ahmad mengaku, awalnya tak terbiasa dengan penggunaan platform digital yang diterapkan di pelabuhan. Namun, karena masih ingin terus bekerja sebagai pengemudi truk, dirinya menumbuhkan semangat untuk beradaptasi.
Lihat Juga :
tulis komentar anda