Pelindo Berbenah, Ekosistem Logistik Akan Berkelas Dunia

Senin, 20 September 2021 - 23:50 WIB
Dengan menggunakan platform digital, produktivitas pengiriman barang dari pelabuhan yang dikelola Pelindo II maupun IPC dan IPCC Terminal akan meningkat. Sehingga proses pengiriman kendaraan antarwilayah di Indonesia dan ke luar negeri menjadi cepat dan bisa di update posisinya sudah sampai dimana. Kendaraan yang dikapalkan sudah dilengkapi dengan barcode Vehicle Identification Number (VIN) yang sudah tersambung dengan pelabuhan, sehingga semakin memudahkan pabrikan untuk memantau posisi barang. ’’IKT sangat membantu kelancaran proses ekspor kami ke mancanegara,’’tegas Apriyanto.

Catatan Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo) mencatat, konektivitas antara sistem di pelabuhan dengan di pabrik kendaraan sudah berlangsung lama. Hal itu berhasil mendatangkan efisiensi bagi industri otomotif di dalam negeri. Saat pabrik selesai melakukan produksi dan mengirimkan kendaraannya ke pelabuhan, pabrikan hanya perlu mengirimkan datanya. Di pelabuhan, ada gate auto system yang membaca barcode VIN sehingga proses masuk kendaraan ke dalam pelabuhan dan kapal berlangsung cepat. Jadwal pengapalan dan posisi kapal pun pun bisa di pantau secara realtime.

Menciptakan Ekosistem yang Terintegrasi

Sekretaris Jenderal (Sekjen) Perkumpulan Perusahaan Multimoda Transport Indonesia Kyatmaja Lookman menilai, langkah yang dilakukan Pelindo dalam beberapa tahun terakhir berhasil memperbaiki ekosistem logistik nasional. ’’Tidak hanya di Tanjung Priok saja, tetapi juga di pelabuhan yang dikelola Pelindo I, Pelindo III, dan Pelindo IV,’’ungkapnya kepada SINDOnews. Dia mengungkapkan, dengan digabungnya Pelindo ke dalam Satu Pelindo, diharapkan efisiensi yang dihasilkan akan lebih besar lagi. Sehingga produk-produk asal Indonesia memiliki daya saing yang tinggi, khususnya di pasar global.

Namun demikian, Kyatmaja mengusulkan, agar ada intergrasi beragam platform dalam satu platform sehingga mempercepat cita-cita mengadirkan ekosistem logistik yang efisien dan terintegrasi. ’’Misalnya, untuk pengurusan dokumen, masih harus di urus di platform yang berbeda. Begitu juga untuk urusan di depo, jaminan kontainer dan sebagainnya. Akan lebih baik jika disatukan dalam satu platform,’’ungkapnya. Kyatmaja pun menaruh harapan besar atas penggabungan Pelindo menjadi satu Pelindo akan menghadirkan ekosistem yang terintegrasi dan layanan dengan standar yang sama di seluruh pelabuhan di Indonesia.

Direktur National Maritime Institute (Namarin) Siswanto Rusdi sependapat dengan Kyatmaja, dimana perlu adanya integrasi sistem diantara para stakeholder. ’’Itu akan mempecepat efisiensi dan memangkas rantai birokrasi. Perlu ada aplikasi super atau Super App, dan lebih pas jika dikelola oleh Pelindo sebagai badan usaha,’’ucapnya. Alasannya, lanjut dia, di negara-negara lain, pengelolaan ekosistem pelabuhan dijalankan oleh pengelola pelabuhan, karena sudah memiliki pengalaman panjang dan infrastruktur yang lebih matang.

’’Juga untuk keperluan ekspansi dan menarik investasi, tentu akan lebih mudah jika dilakukan oleh korporasi,’’cetusnya. Siswanto menilai, Pelindo I hingga Pelindo IV sudah berhasil melakukan beragam perbaikan layanan, fitur hingga mendorong pelabuhan-pelabuhan di Indonesia memasuki era baru melalui proses digitalisasi. ’’Sekarang tinggal dukungan atau peran regulator bagaimana membuat regulasi yang mendukung pencapaian efisisensi di ekosistem logistik kita,’’tuturnya.

Menurut Siswanto, dengan bergabungnya Pelindo menjadi Satu Pelindo maka ada harapan besar cita-cita pemerintahan Presiden Joko Widodo untuk menghadirkan ekosistem pelabuhan yang efisien, berdaya saing dan mendorong pertumbuhabn perekonomian nasional akan terwujud. ‘’Pelindo juga perlu di dorong untuk berekspansi ke luar negeri dengan menjadi operator di pelabuhan-pelabuhan dunia,’’kata Siswanto.

Ya, selain Pelindo II atau IPC yang diperkuat dengan teknologi inaportnet, Pelindo I, II, dan IV terus memeperkuat ekosistem logistik melalui digitalisasi. Pelindo I misalnya, sudah menerapkan Integrated Billing System (IBS) dan penyandaran kapal dengan sistem jadwal yang telah direncanakan di Terminal Peti Kemas Domestik Belawan (TPKDB) dan Belawan International Container Terminal (BICT).

Sedangkan Pelindo III dikenal dengan kehandalan pelayanan Delivery Order Online (e-DO) barang ekspor dan impor di seluruh terminal peti kemas yang dikelolanya. Sementara Pelindo IV melakukan inovasi melalui transformasi terminal peti kemas yang berbasis planning and control di Makassar New Port dan Pelabuhan Ambon. Wakil Ketua Bidang Perhubungan Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia Carmelita Hartoto menilai, inovasi melalui digitalisasi dengan penggunaan Internet of Things (IoT) menjadi daya saing yang dimiliki oleh Pelindo. ’’Penerapan IoT di pelabuhan akan meningkatkan daya saing Pelindo,’’tegasnya.

Carmelita yang juga Ketua Umum DPP Indonesian National Shipowners' Association (INSA) ini menilai, untuk semakin memperkuat Pelindo ke depan, dan mencapai apa yang di cita-citakan pemerintah, seluruh pemangku kepentingan di sektor logistik harus terlibat. Karena untuk menghadirkan ekosistem logistik yang efisien dan berdaya saing tak bisa hanya dibebankan kepada Pelindo. ’’ Semua stakeholder di bidang transportasi dan logistik serta para regulator harus terlibat didalamnya,’’tegasnya.

Sedangkan Direktur Eksekutif Asosiasi Logistik dan Forwarder Indonesia (ALFI) Budi Wiyono menilai, perlu ada kolaborasi antara sistem logistik berupa platform yang sudah disediakan korporasi termasuk Pelindo dengan sistem logistik yang ada di regulator. Sehingga terjadi integrasi yang akan memberikan solusi yang menguntungkan bagi seluruh stakeholder. ’’ Sehingga mempercepat penanganan atau pengiriman barang, pengurusan dokumen, dan memperbaiki kinerja logistik, ekspor dan impor di seluruh pelabuhan di Indonesia,’’paparnya.

Di Indoensia, Pelabuhan Tanjung Priok menjadi pelabuhan terbesar dan tersibuk di Indonesia. Mengutip keterangan yang dipublikasikan Pelindo II, pelabuhan ini berfungsi sebagai pintu gerbang arus keluar masuk barang ekspor impor maupun barang antar pulau. Pelabuhan Tanjung Priok menangani lebih dari 30% komoditi Non-migas Indonesia. Sebanyak 50% dari seluruh arus barang yang keluar atau masuk Indonesia melewati pelabuhan Tanjung Priok. Karena itu, Pelabuhan Tanjung Priok menjadi barometer perekonomian Indonesia.

Fasilitas intermoda yang lengkap, diyakini mampu mendorong distribusi logistik serta menghubungkan Pelabuhan Tanjung Priok dengan seluruh kota di Indonesia. Letaknya yang strategis dengan hinterland yang merupakan kawasan dengan aktivitas perdagangan dan industri, menjadikan Pelabuhan Tanjung Priok sebagai pelabuhan utama di Pulau Jawa. Dengan Teknologi dan fasilitas modern, Pelabuhan Tanjung Priok telah mampu melayani kapal-kapal generasi mutakhir dan kapal-kapal besar yang secara langsung menuju ke berbagai pusat perdagangan internasional (direct call). ’’Saat ini kapal terbesar yang masuk Jakarta 10.000 TEUs,’’ ungkap Direktur Utama Pelindo II/IPC Arif Suhartono kepada SINDOnews.

Arif yang juga Ketua Organizing Committee (OC) Integrasi Pelindo itu menegaskan, Pelindo memiliki misi untuk mewujudkan ekosistem maritim nasional lewat peningkatan konektivitas jaringan. Integrasi pelayanan kepada pelanggan menjadi misi utama, yang akan disusul dengan pencapaian pengembangan pelabuhan kelas dunia. Integrasi pelayanan dinilai penting untuk mendukung pertumbuhan ekonomi nasional seperti yang diamanatkan Presiden Joko Widodo.
Halaman :
tulis komentar anda
Follow
Video Rekomendasi
Berita Terkait
Rekomendasi
Terpopuler
Berita Terkini More