Jualan dari Rumah Akan Jadi Kenormalan Baru
Senin, 01 Juni 2020 - 18:25 WIB
JAKARTA - Sejak munculnya pandemi Covid-19, anjuran untuk bekerja dari rumah menjadi normal baru bagi masyarakat. Hal ini juga mendorong tren bisnis digital yang mengalami kenaikan pesat.
Pengamat konsumen dan pakar pemasaran, Yuswohady mengatakan tren bisnis digital ini akan terus berlanjut meskipun pandemi Covid-19 nantinya dinyatakan berakhir. Menurutnya, selling from home atau berjualan dari rumah akan menjadi kenormalan baru bagi masyarakat.
"Setelah new normal pun, masyarakat akan mengurangi tatap muka dalam berbisnis. Jadi produsen akan mengurangi tatap muka dengan konsumennya," kata Yuswohady dalam webinar "Selling From Home" secara daring di Jakarta, Senin (1/6/2020).
Ia menjelaskan, konsep jualan dari rumah ini memiliki banyak keuntungan. Misalnya, sebelum adanya pandemi, jualan produk secara langsung dalam sehari hanya mendapatkan 5 klien saja. Karena harus berkeliling mencari klien. Sedangkan jika melalui digital, lebih efisien dan bisa mencapai 10 klien.
"Dengan cara tatap muka, 5 saja sudah empot-empotan. Nah dengan selling from home, 10 konsumen pun bisa dicapai," terangnya.
Untuk sukses dalam bisnis digital ini, kata Yuswohady, para pelaku bisnis tentunya harus memiliki aset digital. Hal itu harus dibangun guna memasarkan produk yang ingin dijual. Dalam hal itu, ada empat strategi untuk membangun aset dalam bisnis digital.
Pertama, Paid Media. Dalam hal ini, para pelaku bisnis bisa menggunakan media yang sudah available atau sudah dan memiliki jumlah follower yang banyak. Contohnya seperti Facebook dan Instragram. "Kelebihan dari menggunakan Paid Media ini, platformnya sudah ada dan memiliki banyak pengikut. Namun, jika menggunakan media ini harus membayar dengan harga yang cukup mahal," ujarnya.
Kedua, Own Media. Para pelaku bisnis memiliki website atau blog sendiri. Hal ini sudah sangat penting dalam era digitalisasi. "Pada umumnya masyarakat hanya mengandalkan media sosial, seperti Facebook atau Instragram. Saya kira sudah saatnya berubah dengan memiliki website sendiri," terangnya.
Ketiga, Shared Media. Dalam hal ini, konten pemasaran dan pesan-pesan pemasaran disebarkan melalui berbagai media, terutama media sosial. Keempat Earned Media. Dari semua pendekatan, Earned Media sifatnya paling otentik, karena menggunakan conversation contohnya YouTube. Namun untuk membangun hal itu tidaklah mudah.
Yuswohady menambahkan di masa pandemi Covid-19, sudah saatnya membangun digital aset. Karena setelah pandemi, bisnis digital akan menjadi permanen. Apalagi saat ini, konsumen sudah bermigrasi menggunakan aplikasi untuk memenuhi kebutuhannya.
"Kondisi new normal ini akan terjadi sampai akhir tahun. Saya memprediksi 80% penjualan dilakukan secara digital dan 20% secara offline. Dan ini akan permanen setelah kondisi new normal. Dan selling from home akan menjadi kenormalan baru," tutupnya.
Pengamat konsumen dan pakar pemasaran, Yuswohady mengatakan tren bisnis digital ini akan terus berlanjut meskipun pandemi Covid-19 nantinya dinyatakan berakhir. Menurutnya, selling from home atau berjualan dari rumah akan menjadi kenormalan baru bagi masyarakat.
"Setelah new normal pun, masyarakat akan mengurangi tatap muka dalam berbisnis. Jadi produsen akan mengurangi tatap muka dengan konsumennya," kata Yuswohady dalam webinar "Selling From Home" secara daring di Jakarta, Senin (1/6/2020).
Ia menjelaskan, konsep jualan dari rumah ini memiliki banyak keuntungan. Misalnya, sebelum adanya pandemi, jualan produk secara langsung dalam sehari hanya mendapatkan 5 klien saja. Karena harus berkeliling mencari klien. Sedangkan jika melalui digital, lebih efisien dan bisa mencapai 10 klien.
"Dengan cara tatap muka, 5 saja sudah empot-empotan. Nah dengan selling from home, 10 konsumen pun bisa dicapai," terangnya.
Untuk sukses dalam bisnis digital ini, kata Yuswohady, para pelaku bisnis tentunya harus memiliki aset digital. Hal itu harus dibangun guna memasarkan produk yang ingin dijual. Dalam hal itu, ada empat strategi untuk membangun aset dalam bisnis digital.
Pertama, Paid Media. Dalam hal ini, para pelaku bisnis bisa menggunakan media yang sudah available atau sudah dan memiliki jumlah follower yang banyak. Contohnya seperti Facebook dan Instragram. "Kelebihan dari menggunakan Paid Media ini, platformnya sudah ada dan memiliki banyak pengikut. Namun, jika menggunakan media ini harus membayar dengan harga yang cukup mahal," ujarnya.
Kedua, Own Media. Para pelaku bisnis memiliki website atau blog sendiri. Hal ini sudah sangat penting dalam era digitalisasi. "Pada umumnya masyarakat hanya mengandalkan media sosial, seperti Facebook atau Instragram. Saya kira sudah saatnya berubah dengan memiliki website sendiri," terangnya.
Ketiga, Shared Media. Dalam hal ini, konten pemasaran dan pesan-pesan pemasaran disebarkan melalui berbagai media, terutama media sosial. Keempat Earned Media. Dari semua pendekatan, Earned Media sifatnya paling otentik, karena menggunakan conversation contohnya YouTube. Namun untuk membangun hal itu tidaklah mudah.
Yuswohady menambahkan di masa pandemi Covid-19, sudah saatnya membangun digital aset. Karena setelah pandemi, bisnis digital akan menjadi permanen. Apalagi saat ini, konsumen sudah bermigrasi menggunakan aplikasi untuk memenuhi kebutuhannya.
"Kondisi new normal ini akan terjadi sampai akhir tahun. Saya memprediksi 80% penjualan dilakukan secara digital dan 20% secara offline. Dan ini akan permanen setelah kondisi new normal. Dan selling from home akan menjadi kenormalan baru," tutupnya.
(bon)
Lihat Juga :
tulis komentar anda