Dukung Akselerasi Pemulihan Ekonomi Nasional, HSBC Ambil Bagian dalam Konektivitas Investasi Global ke Indonesia
Senin, 01 November 2021 - 08:00 WIB
Indonesia berpotensi menjadi tujuan investasi utama bagi para investor asing, selama dapat mempertahankan fokus pada reformasi yang ramah pertumbuhan dan terus melakukan transformasi dalam mengatasi hambatan-hambatan pada sektor perdagangan dan kewirausaahan.
Di seluruh dunia, pola pemulihan berbentuk kurva v telah muncul di negara-negara yang telah mengendalikan virus Covid-19. Di Indonesia, konsumsi domestik yang kuat dan permintaan global yang kembali meningkat, akan memperkuat stimulus jangka pendek. Dalam jangka panjang, Indonesia akan meraih manfaat dari rancangan ekonomi baru yang diciptakan oleh reformasi di bidang-bidang seperti peraturan pasar tenaga kerja dan keuangan.
“Indonesia berhasil memposisikan diri dengan baik untuk bangkit dari Covid-19 dan memulai kembali pertumbuhan ekonomi yang pesat. Tetapi, ada tiga hal penting yang harus ditangani untuk memaksimalkan momentum pemulihan ini, yaitu – investasi yang berkelanjutan, transformasi dalam penyederhanaan regulasi, dan konektivitas digital,” tutur Presiden Direktur PT Bank HSBC Indonesia, Francois De Maricourt.
HSBC adalah bank global yang mempunyai kapasitas khusus untuk menghubungkan nasabah internasionalnya dengan berbagai peluang di Indonesia dan membantu nasabah korporasi Indonesia untuk mengakses permodalan internasional, memungkinkan nasabah bisnis untuk memperluas jaringan perdagangan mereka secara aman dan dengan biaya yang efektif, dan nasabah perorangan dapat mendiversifikasi portofolio wealth mereka ke kelas aset internasional.
"Kami telah berada di Indonesia selama 137 tahun, menghubungkan Indonesia dengan dunia dan dunia dengan Indonesia. Asia telah menjadi mesin ekonomi global, dan kami percaya Asia Tenggara pada umumnya dan Indonesia pada khususnya akan memainkan peran yang semakin meningkat dalam mendorong pembangunan dan menciptakan kemakmuran. Itulah sebabnya kami menginvestasikan USD6 miliar selama lima tahun ke depan di Asia untuk melayani Anda dengan lebih baik dan mempermudah Anda dalam mengembangkan bisnis di dalam dan luar negeri," kata Francois De Maricourt.
Sementara itu, data realisasi investasi sepanjang periode April – Juni (Triwulan II) Tahun 2021 yang mencapai Rp223,0 triliun serta data realisasi investasi secara kumulatif sepanjang periode Januari-Juni Tahun 2021 yang mencapai Rp442,8 triliun.
“Sejak diberlakukannya Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2020 tentang Cipta Kerja dan petunjuk operasionalnya, yaitu PP Nomor 5 Tahun 2021 tentang Penyelenggaraan Perizinan Berusaha Berbasis Risiko telah memberikan sentimen positif bagi para investor untuk tetap merealisasikan investasinya baik yang sedang dalam masa persiapan, masa konstruksi, dan masa produksi. Pada periode April-Juni 2021, investasi menggeliat dan berjalan dengan baik, dimana beberapa perusahaan besar telah melakukan groundbreaking.
Hal ini sejalan dengan capaian realisasi investasi PMA/PMDN pada Triwulan II 2021 sebesar Rp 223,0 Triliun yang lebih besar dibanding Triwulan I 2021,” jelas Menteri Investasi Bahlil Lahadalia.
"Kami masih tetap optimis bahwa target yang diberikan oleh Presiden sebesar Rp900 Triliun, mudah mudahan tercapai dengan harapan pandemi Covid-19 dapat dikendalikan segera”, ujar Bahlil dalam pernyataan tertulisnya melalui siaran pers BKPM beberapa waktu lalu.
Direktur Pengembangan Promosi Kementerian Investasi/BKPM, Ricky Kusmayadi, menambahkan, pada tahun ini dirinya melihat Indonesia menjadi masih tujuan investasi di Asia.
Di seluruh dunia, pola pemulihan berbentuk kurva v telah muncul di negara-negara yang telah mengendalikan virus Covid-19. Di Indonesia, konsumsi domestik yang kuat dan permintaan global yang kembali meningkat, akan memperkuat stimulus jangka pendek. Dalam jangka panjang, Indonesia akan meraih manfaat dari rancangan ekonomi baru yang diciptakan oleh reformasi di bidang-bidang seperti peraturan pasar tenaga kerja dan keuangan.
“Indonesia berhasil memposisikan diri dengan baik untuk bangkit dari Covid-19 dan memulai kembali pertumbuhan ekonomi yang pesat. Tetapi, ada tiga hal penting yang harus ditangani untuk memaksimalkan momentum pemulihan ini, yaitu – investasi yang berkelanjutan, transformasi dalam penyederhanaan regulasi, dan konektivitas digital,” tutur Presiden Direktur PT Bank HSBC Indonesia, Francois De Maricourt.
HSBC adalah bank global yang mempunyai kapasitas khusus untuk menghubungkan nasabah internasionalnya dengan berbagai peluang di Indonesia dan membantu nasabah korporasi Indonesia untuk mengakses permodalan internasional, memungkinkan nasabah bisnis untuk memperluas jaringan perdagangan mereka secara aman dan dengan biaya yang efektif, dan nasabah perorangan dapat mendiversifikasi portofolio wealth mereka ke kelas aset internasional.
"Kami telah berada di Indonesia selama 137 tahun, menghubungkan Indonesia dengan dunia dan dunia dengan Indonesia. Asia telah menjadi mesin ekonomi global, dan kami percaya Asia Tenggara pada umumnya dan Indonesia pada khususnya akan memainkan peran yang semakin meningkat dalam mendorong pembangunan dan menciptakan kemakmuran. Itulah sebabnya kami menginvestasikan USD6 miliar selama lima tahun ke depan di Asia untuk melayani Anda dengan lebih baik dan mempermudah Anda dalam mengembangkan bisnis di dalam dan luar negeri," kata Francois De Maricourt.
Sementara itu, data realisasi investasi sepanjang periode April – Juni (Triwulan II) Tahun 2021 yang mencapai Rp223,0 triliun serta data realisasi investasi secara kumulatif sepanjang periode Januari-Juni Tahun 2021 yang mencapai Rp442,8 triliun.
“Sejak diberlakukannya Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2020 tentang Cipta Kerja dan petunjuk operasionalnya, yaitu PP Nomor 5 Tahun 2021 tentang Penyelenggaraan Perizinan Berusaha Berbasis Risiko telah memberikan sentimen positif bagi para investor untuk tetap merealisasikan investasinya baik yang sedang dalam masa persiapan, masa konstruksi, dan masa produksi. Pada periode April-Juni 2021, investasi menggeliat dan berjalan dengan baik, dimana beberapa perusahaan besar telah melakukan groundbreaking.
Hal ini sejalan dengan capaian realisasi investasi PMA/PMDN pada Triwulan II 2021 sebesar Rp 223,0 Triliun yang lebih besar dibanding Triwulan I 2021,” jelas Menteri Investasi Bahlil Lahadalia.
"Kami masih tetap optimis bahwa target yang diberikan oleh Presiden sebesar Rp900 Triliun, mudah mudahan tercapai dengan harapan pandemi Covid-19 dapat dikendalikan segera”, ujar Bahlil dalam pernyataan tertulisnya melalui siaran pers BKPM beberapa waktu lalu.
Direktur Pengembangan Promosi Kementerian Investasi/BKPM, Ricky Kusmayadi, menambahkan, pada tahun ini dirinya melihat Indonesia menjadi masih tujuan investasi di Asia.
Lihat Juga :
tulis komentar anda