Jadi Opsi Pendanaan Pengembangan EBT, Wamen BUMN Sebut IPO PGE Semester I 2022
Jum'at, 14 Januari 2022 - 21:26 WIB
JAKARTA - Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN) menargetkan salah satu unit usaha PT Pertamina (Persero) di bidang usaha panas bumi (geothermal) yakni PT Pertamina Geothermal Energy (PGE) akan melantai ke bursa saham Indonesia ( Initial Public Offering/ IPO ) pada semester I 2022.
Wakil Menteri atau Wamen BUMN I , Pahala Nugraha Mansury mengungkapkan, IPO bisa menjadi opsi mengumpulkan dana yang dibutuhkan untuk memaksimalkan potensi pengembangan Geothermal. Dimana target dana IPO yang bisa terkumpul mencapai USD400 juta hingga USD500 juta atau sekitar Rp7,15 triliun (asumsi kurs Rp14.300 per USD).
Dia mengatakan, rencana IPO ini guna mengembangkan bisnis panas bumi, khususnya Pertamina dan Indonesia secara umum. Seperti diketahui sumber daya panas bumi Indonesia merupakan terbesar kedua di dunia setelah Amerika Serikat.
"Insya Allah, PGE ini targetnya di semester I-2022 ini. Targetnya di registrasi di Maret, IPO kemudian di bulan Juni mungkin," tukasnya dalam salah satu sesi wawancara.
Selain memaksimalkan pembangkit listrik yang sudah ada, anak usaha PT Pertamina (Persero) itu juga dapat menghasilkan produk hijau, seperti hidrogen hijau dan amonia hijau. Penggunaan EBT akan dapat meningkatkan kualitas udara dan mendukung pencapaian target pengurangan emisi gas rumah kaca nasional.
Peningkatan penggunaan geothermal juga untuk menekan impor BBM nasional. Sebab, saat ini, konsumsi BBM Indonesia sekitar 1,2 juta barel per hari. Kebutuhan BBM tersebut sebanyak 40% dipasok dari impor. Karenanya, untuk menghadirkan energi bersih dalam rangka terciptanya kemandirian energi nasional, dibutuhkan sumber energi lokal terutama EBT seperti geothermal.
Saat ini, PGE mengelola 15 wilayah kerja dengan kapasitas 1.877 MW. Dengan rincian, 672 MW dioperasikan sendiri dan 1.205 MW merupakan kontrak operasi bersama. Untuk meningkatkan pemanfaatan panas bumi, saat ini PGE mengembangkan teknologi baru dengan menggunakan binary cycle.
Seperti diketahui Indonesia tengah meningkatkan penggunaan sumber daya energi baru dan terbarukan (EBT). Oleh karena itu, Pemerintah Indonesia memiliki peta jalan transisi energi yang tertuang dalam Grand Strategi Energi Nasional.
Dalam peta jalan itu, EBT ditargetkan mencapai 23% pada 2025 dan mencapai 31% pada 2020 dalam bauran energi. Dalam peta jalan itu, menurut Pahala, pemerintah mendorong pemanfaatan EBT hingga 20 giga watt (GW) pada 2030 dengan kontribusi terbesar diproyeksikan EBT.
Pahala menuturkan, salah satu yang paling mudah dikembangkan adalah penggunaan geothermal. BUMN diharapkan dapat mengoptimalkan geothermal di kawasan yang dikelola sendiri. Saat ini, baru 9% wilayah geothermal yang berproduksi dengan kapasitas 1.900 mega watt (MW).
Wakil Menteri atau Wamen BUMN I , Pahala Nugraha Mansury mengungkapkan, IPO bisa menjadi opsi mengumpulkan dana yang dibutuhkan untuk memaksimalkan potensi pengembangan Geothermal. Dimana target dana IPO yang bisa terkumpul mencapai USD400 juta hingga USD500 juta atau sekitar Rp7,15 triliun (asumsi kurs Rp14.300 per USD).
Dia mengatakan, rencana IPO ini guna mengembangkan bisnis panas bumi, khususnya Pertamina dan Indonesia secara umum. Seperti diketahui sumber daya panas bumi Indonesia merupakan terbesar kedua di dunia setelah Amerika Serikat.
"Insya Allah, PGE ini targetnya di semester I-2022 ini. Targetnya di registrasi di Maret, IPO kemudian di bulan Juni mungkin," tukasnya dalam salah satu sesi wawancara.
Selain memaksimalkan pembangkit listrik yang sudah ada, anak usaha PT Pertamina (Persero) itu juga dapat menghasilkan produk hijau, seperti hidrogen hijau dan amonia hijau. Penggunaan EBT akan dapat meningkatkan kualitas udara dan mendukung pencapaian target pengurangan emisi gas rumah kaca nasional.
Peningkatan penggunaan geothermal juga untuk menekan impor BBM nasional. Sebab, saat ini, konsumsi BBM Indonesia sekitar 1,2 juta barel per hari. Kebutuhan BBM tersebut sebanyak 40% dipasok dari impor. Karenanya, untuk menghadirkan energi bersih dalam rangka terciptanya kemandirian energi nasional, dibutuhkan sumber energi lokal terutama EBT seperti geothermal.
Saat ini, PGE mengelola 15 wilayah kerja dengan kapasitas 1.877 MW. Dengan rincian, 672 MW dioperasikan sendiri dan 1.205 MW merupakan kontrak operasi bersama. Untuk meningkatkan pemanfaatan panas bumi, saat ini PGE mengembangkan teknologi baru dengan menggunakan binary cycle.
Seperti diketahui Indonesia tengah meningkatkan penggunaan sumber daya energi baru dan terbarukan (EBT). Oleh karena itu, Pemerintah Indonesia memiliki peta jalan transisi energi yang tertuang dalam Grand Strategi Energi Nasional.
Dalam peta jalan itu, EBT ditargetkan mencapai 23% pada 2025 dan mencapai 31% pada 2020 dalam bauran energi. Dalam peta jalan itu, menurut Pahala, pemerintah mendorong pemanfaatan EBT hingga 20 giga watt (GW) pada 2030 dengan kontribusi terbesar diproyeksikan EBT.
Pahala menuturkan, salah satu yang paling mudah dikembangkan adalah penggunaan geothermal. BUMN diharapkan dapat mengoptimalkan geothermal di kawasan yang dikelola sendiri. Saat ini, baru 9% wilayah geothermal yang berproduksi dengan kapasitas 1.900 mega watt (MW).
(akr)
tulis komentar anda