7 Alasan Kenapa Biaya Hidup Makin Mahal di Seluruh Dunia

Jum'at, 21 Januari 2022 - 23:41 WIB
Produsen di tempat-tempat seperti Asia, banyak di antaranya menghadapi penutupan karena pembatasan Covid. Hal itu membuatnya banyak negara telah berjuang untuk memenuhi permintaan sejak saat itu.

Hal ini menyebabkan kekurangan pasokan barang seperti plastik, beton dan baja, hingga memicu kenaikan harga. Kayu harganya 80% lebih mahal dari biasanya pada tahun 2021 di Inggris dan mencapai lebih dari dua kali harganya di AS.

Peritel besar AS seperti Nike dan Costco telah menaikkan harga jual untuk produk mereka karena biaya pasokan yang lebih tinggi. Dan ada kekurangan microchip, yang merupakan komponen penting dalam mobil, komputer dan barang-barang rumah tangga lainnya.

3. Biaya Pengiriman

Perusahaan pelayaran global yang mengirimkan barang-barang ke seluruh dunia kewalahan seiring lonjakan permintaan setelah Pandemi Covid-19. Kondisi ini berarti peritel harus membayar lebih banyak untuk mendapatkan barang-barang itu ke toko. Akibatnya, kenaikan harga diteruskan kepada konsumen.

Mengirim satu kontainer 40ft dari Asia ke Eropa saat ini seharga USD17.000 yang setara dengan Rp243 juta (Kurs Rp14.300 per USD) atau 10 kali lebih besar dari tahun sebelumnya, ketika harganya dipatok USD1.500. Kondisi ini juga diikuti dengan kenaikan biaya angkutan udara dan diperburuk oleh kekurangan pengemudi truk di Eropa.

Kelancaran transportasi dilaporkan sejauh ini tampaknya berjalan bagus, dimana kemacetan berkurang pada bulan Desember. Tapi lonjakan kasus Omicron dan munculnya varian Covid di masa depan bisa menggerus keuntungan ini.

4. Kenaikan Upah

Banyak orang keluar dari tempat kerja atau berganti pekerjaan selama pandemi. Di AS pada bulan April tercatat lebih dari empat juta orang berhenti dari pekerjaan mereka, menurut Departemen Tenaga Kerja. Hal itu menjadi lonjakan terbesar dalam catatan.

Akibatnya, perusahaan mengalami kesulitan merekrut staf seperti pengemudi, pengolah makanan dan pelayan restoran. Sebuah survei terhadap 50 pebisnis ritel besar AS menunjukkan 94% mengalami kesulitan mengisi posisi tenaga kerja yang kosong.
Halaman :
Lihat Juga :
tulis komentar anda
Follow
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Video Rekomendasi
Berita Terkait
Rekomendasi
Terpopuler
Berita Terkini More