Imbas Perang Rusia-Ukraina, Pasokan Minyak Nabati Bakal Defisit

Jum'at, 11 Maret 2022 - 23:55 WIB
Ilustrasi perkebunan kelapa sawit. Foto/Dok SINDOnews/Yorri Farli
JAKARTA - Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (Gapki) memproyeksikan pada semester I tahun 2022 pasokan minyak nabati di pasar bakal mengalami defisit.

Direktur Eksekutif Gapki Mukti Sardjono menyatakan, hal tersebut merupakan salah satu dampak dari adanya konflik antara Rusia dan Ukraina yang hingga saat ini masih terjadi.

"Dalam pasar minyak nabati, semester pertama 2022 diperkirakan akan terjadi defisit pasokan, apalagi Ukraina sebagai salah satu produsen bunga matahari dan rapeseed. Sehingga mendorong naiknya harga minyak nabati dan berakibat minyak sawit akan menjadi harapan utama negara importir," papar Mukti melalui keterangan tertulis, Jumat (11/3/2022).



Mukti mengatakan salah satu dampak yang saat ini sudah dirasakan karena adanya ketegangan kedua negara tersebut adalah harga minyak bumi yang sudah melampaui USD100 per barel. Menurut dia, hal tersebut telah mendorong permintaan yang besar pada minyak nabati.



Oleh sebab itu, dia menyarankan pemerintah mengatur kembali kebijakan sehingga minyak sawit masih bisa menjaga neraca perdagangan dan kebutuhan dalam negeri akan minyak tersebut juga bisa terpenuhi.

"Pemerintah perlu mengatur secara bijak penggunaan dalam negeri dan ekspor minyak sawit untuk menjaga neraca perdagangan nasional. Bagi pekebun, peningkatan efisiensi dan produksi merupakan dua hal yang harus terus menerus diupayakan," sambungnya.



Di samping itu, Gapki mencatat terjadi penurunan produksi minyak sawit mentah atau Crude Palm Oil (CPO) yang tercatat pada bulan Januari 2022 sebesar 3% jika dibandingkan dengan total produksi pada bulan Desember 2021. Pada Desember 2021 toal produksi CPO 4,688 juta ton, sedangkan pada bulan Januari 2022 menurun menjadi 3,863 juta ton.

"Turunnya produksi di bulan Januari 2022 merupakan pola musiman, namun penurunan produksi CPO dari Desember 2021 ke Januari 2022 yang sebesar 3% jauh lebih rendah dari penurunan musiman tahun lalu Desember 2020 ke Januari 2021 yang mencapai 7%," bebernya.
(ind)
tulis komentar anda
Video Rekomendasi
Berita Terkait
Rekomendasi
Terpopuler
Berita Terkini More