Impor China dari Rusia Melonjak ke Level Tertinggi, Seruan AS Tak Digubris

Selasa, 10 Mei 2022 - 15:39 WIB
Impor bulanan China atas produk Rusia termasuk energi mencapai rekor tertinggi pada bulan April 2022, saat Beijing tidak menggubris seruan Barat untuk menjauh dari Moskow. Foto/Dok
BEIJING - Impor bulanan China atas produk Rusia termasuk energi mencapai rekor tertinggi pada bulan April 2022, saat Beijing tidak menggubris seruan Barat untuk menjauh dari Moskow sebagai respons keputusan menyerang Ukraina. Seperti diketahui Amerika Serikat (AS) beserta sekutunya telah menjatuhkan beragam sanksi ekonomi terhadap Rusia.

Nilai impor dari Rusia - yang telah terkena rentetan sanksi oleh Amerika Serikat dan sekutunya - naik ke level tertinggi pada bulan April 2022 dimana nilainya mencapai USD8,89 miliar setara dengan Rp128,8 triliun (Kurs Rp14.498 per USD) atau naik 56,6% dari tahun sebelumnya dan 13,3% di atas Maret. Data ini berdasarkan data Administrasi Umum Kepabeanan yang dikutip dari South China Morning Post.





Data perdagangan resmi yang dirilis pada awal pekan tidak memberikan rincian impor, tetapi sebagian besar pembelian China diyakini berupa minyak dan gas.

Tercatat China telah mengimpor 43 juta metrik ton minyak mentah pada April, dimana meningkat 6,6% dari tahun sebelumnya. Sementara total volume impor minyak mentah untuk periode Januari-April turun 4,8% menjadi 171 juta metrik ton. Namun, harga impor rata-rata 70,3% lebih tinggi dari April 2021, menurut perhitungan Post berdasarkan angka bea cukai.

Sedangkan ekspor China ke Rusia pada bulan lalu turun 25,9% dari tahun sebelumnya menjadi 3,8 miliar dolar AS, setelah turun 7,7% secara year to year di bulan Maret, seperti diperlihatkan data Bea Cukai. Angka bulan lalu yakni 0,6% lebih rendah dari Maret.

Penurunan ekspor memperlambat pertumbuhan perdagangan bilateral secara keseluruhan menjadi 17,5% pada April dari 54,9% di Januari.

Kepala Ekonom China di Nomura, Lu Ting mengatakan, penurunan itu menunjukkan "ekonomi Rusia mungkin telah jatuh lebih dalam ke wilayah kontraksi bulan lalu di tengah sanksi yang belum pernah terjadi sebelumnya dari negara-negara Barat".

Beijing telah menghadapi tekanan kuat untuk secara terbuka mengutuk agresi militer Rusia dan AS telah memperingatkan "konsekuensi" jika China melanggar sanksi terhadap Moskow. China telah menyerukan diplomasi dan negosiasi untuk mengakhiri perang, sambil berusaha mempertahankan hubungan perdagangan yang normal dengan Rusia dan Ukraina.
Halaman :
tulis komentar anda
Follow
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Video Rekomendasi
Berita Terkait
Rekomendasi
Terpopuler
Berita Terkini More