Inflasi Global Meningkat, Harga Pangan dan Energi Bisa Bergejolak
Selasa, 19 Juli 2022 - 07:37 WIB
JAKARTA - Direktur Eksekutif Center of Reform on Economics (CORE) Indonesia, Mohammad Faisal, mengatakan inflasi global saat ini cenderung mengalami peningkatan. Kondisi itu akan berdampak terhadap negara-negara berkembang, termasuk Indonesia yang dampaknya akan terasa pada barang-barang impor .
"Makin tinggi tingkat impornya maka makin tinggi juga dampaknya terhadap inflasi domestik," kata Faisal kepada MNC Portal Indonesia, Senin (18/7/2022).
Ia mengungkapkan sektor yang akan terkena dampak dari inflasi global adalah bahan pangan dan energi yang merupakan sektor yang banyak melakukan impor.
"Sebagai contoh barang-barang yang banyak kita impor tentu saja gandum untuk makanan, jagung dan banyak bahan pangan yang lain," jelasnya.
Di sektor energi yang akan terdampak menurutnya adalah harga minyak. Apabila harga minyak mengalami peningkatan, otomatis mendorong inflasi juga di dalam negeri, terutama untuk bahan bakar minyak (BBM) yang tidak disubsidi.
"Ini pasti ada dampaknya terhadap inflasi domestik, dan kalau kita melihat rilis BPS terakhir memang inflasinya juga meningkat sangat signifikan dibandingkan dengan 2020, 2021 bahkan dibandingkan dengan pra pandemi," ungkapnya.
Faisal memprediksi inflasi di tahun ini kemungkinan akan berada pada kisaran 4% sampai dengan 5%.
"Year to date saja 3,19%. Secara year on year sudah 4,35%. Jadi artinya kemungkinan besar memang tahun ini akan berada di kisaran 4%-5% inflasinya. Jadi artinya sudah berada di atas target pemerintah dan juga BI," paparnya.
"Makin tinggi tingkat impornya maka makin tinggi juga dampaknya terhadap inflasi domestik," kata Faisal kepada MNC Portal Indonesia, Senin (18/7/2022).
Ia mengungkapkan sektor yang akan terkena dampak dari inflasi global adalah bahan pangan dan energi yang merupakan sektor yang banyak melakukan impor.
"Sebagai contoh barang-barang yang banyak kita impor tentu saja gandum untuk makanan, jagung dan banyak bahan pangan yang lain," jelasnya.
Di sektor energi yang akan terdampak menurutnya adalah harga minyak. Apabila harga minyak mengalami peningkatan, otomatis mendorong inflasi juga di dalam negeri, terutama untuk bahan bakar minyak (BBM) yang tidak disubsidi.
"Ini pasti ada dampaknya terhadap inflasi domestik, dan kalau kita melihat rilis BPS terakhir memang inflasinya juga meningkat sangat signifikan dibandingkan dengan 2020, 2021 bahkan dibandingkan dengan pra pandemi," ungkapnya.
Faisal memprediksi inflasi di tahun ini kemungkinan akan berada pada kisaran 4% sampai dengan 5%.
"Year to date saja 3,19%. Secara year on year sudah 4,35%. Jadi artinya kemungkinan besar memang tahun ini akan berada di kisaran 4%-5% inflasinya. Jadi artinya sudah berada di atas target pemerintah dan juga BI," paparnya.
(uka)
Lihat Juga :
tulis komentar anda