Miliarder Ini Ramalkan Inflasi Tinggi Bertahan Lama dan Bitcoin Jadi Tak Berharga
Rabu, 03 Agustus 2022 - 07:00 WIB
Lalu persyaratan ESG (lingkungan, sosial, dan tata kelola) yang diberlakukan sendiri oleh perusahaan yang buntutnya 'meningkatkan biaya produksi'; dan secara paradoks, kenaikan suku bunga, kebijakan yang dimaksudkan untuk mengekang inflasi.
Ledakan Utang
"Ketika The Fed menaikkan suku bunga, ia menaikkan jumlah yang harus dibayar negara untuk melunasi utangnya. Ini adalah lingkaran setan yang pada akhirnya bakal mengakibatkan ledakan utang," kata Peterffy.
Mayoritas para pelaku pasar memprediksi Federal Reserve atau Bank Sentral AS bakal menaikkan suku bunga acuan setidaknya 75 basis poin, atau bahkan satu poin persentase penuh, akhir bulan ini. Kenaikan suku bunga 0,75% merupakan yang terbesar dalam 28 tahun.
Tetapi Peterffy tidak ingin melihat pengulangan tahun 1980-an, ketika Ketua Federal Reserve Paul Volcker mendongkrak suku bunga menjadi dua digit, menyebabkan resesi yang menghancurkan tetapi membasmi inflasi.
"Saya tidak percaya The Fed akan menindaklanjuti janji 'lakukan apa yang diperlukan' (untuk menurunkan inflasi), karena mereka takut menghancurkan ekonomi dan masalah utang yang meledak," katanya.
Sebaliknya, menurut Peterffy, The Fed akan membatasi suku bunga acuan sekitar 4% dan sebagai hasilnya, inflasi akan berkisar sekitar 6% untuk beberapa tahun ke depan. "Akan ada stagflasi untuk sementara waktu," prediksinya.
Terlepas dari prediksi suram Peterffy, diramalkan pasar ekuitas AS akan mencapai titik terendah setelah musim gugur. Dia menilai indeks S&P 500 bisa turun ke level terendah 3.000 sekitar Oktober -- penurunan 21% dari nilainya saat ini sekitar 3.800. Indeks S&P 500 sendiri telah merosot lebih dari 20% dari rekor tertinggi pada November lalu.
"Pada akhirnya kenaikan harga akan mengejar saham," tegas Peterffy dan sebagai hasilnya, "saham akan memasuki periode pasar bull yang panjang yang didorong oleh inflasi."
Pelopor pialang menambahkan: "Ini adalah waktu yang tepat untuk melakukan penelitian dan mengakumulasi saham perusahaan."
Ledakan Utang
"Ketika The Fed menaikkan suku bunga, ia menaikkan jumlah yang harus dibayar negara untuk melunasi utangnya. Ini adalah lingkaran setan yang pada akhirnya bakal mengakibatkan ledakan utang," kata Peterffy.
Mayoritas para pelaku pasar memprediksi Federal Reserve atau Bank Sentral AS bakal menaikkan suku bunga acuan setidaknya 75 basis poin, atau bahkan satu poin persentase penuh, akhir bulan ini. Kenaikan suku bunga 0,75% merupakan yang terbesar dalam 28 tahun.
Tetapi Peterffy tidak ingin melihat pengulangan tahun 1980-an, ketika Ketua Federal Reserve Paul Volcker mendongkrak suku bunga menjadi dua digit, menyebabkan resesi yang menghancurkan tetapi membasmi inflasi.
"Saya tidak percaya The Fed akan menindaklanjuti janji 'lakukan apa yang diperlukan' (untuk menurunkan inflasi), karena mereka takut menghancurkan ekonomi dan masalah utang yang meledak," katanya.
Sebaliknya, menurut Peterffy, The Fed akan membatasi suku bunga acuan sekitar 4% dan sebagai hasilnya, inflasi akan berkisar sekitar 6% untuk beberapa tahun ke depan. "Akan ada stagflasi untuk sementara waktu," prediksinya.
Terlepas dari prediksi suram Peterffy, diramalkan pasar ekuitas AS akan mencapai titik terendah setelah musim gugur. Dia menilai indeks S&P 500 bisa turun ke level terendah 3.000 sekitar Oktober -- penurunan 21% dari nilainya saat ini sekitar 3.800. Indeks S&P 500 sendiri telah merosot lebih dari 20% dari rekor tertinggi pada November lalu.
"Pada akhirnya kenaikan harga akan mengejar saham," tegas Peterffy dan sebagai hasilnya, "saham akan memasuki periode pasar bull yang panjang yang didorong oleh inflasi."
Pelopor pialang menambahkan: "Ini adalah waktu yang tepat untuk melakukan penelitian dan mengakumulasi saham perusahaan."
Lihat Juga :
tulis komentar anda