OPEC+ Bakal Pangkas Produksi, Harga Minyak Dunia Memanas

Selasa, 04 Oktober 2022 - 10:21 WIB
Harga minyak dunia bergejolak merespons rencana pemangkasan produksi OPEC+ dalam waktu dekat. FOTO/REUTERS
JAKARTA - Harga minyak dunia mengalami kenaikan di tengah rencana pemangkasan produksi minyak organisasi negara pengekspor minyak bumi (OPEC+). Negara eksportir minyak itu akan bersepakat mengurangi produksi dalam waktu dekat.

Data perdagangan menunjukkan minyak Brent di Intercontinental Exchange (ICE) untuk kontrak Desember tumbuh 0,37% menjadi USD89,19 per barel setelah naik lebih dari 4% di sesi sebelumnya. Sedangkan minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) di New York Mercantile Exchange (NYMEX) untuk pengiriman Desember melesat 0,15% sebesar USD82,82 per barel, usai menanjak 5% di sesi sebelumnya.



Sebelumnya harga menguat pada Senin lalu di tengah kekhawatiran terkait pasokan yang ketat. Ada ekspektasi bahwa Organisasi Negara Pengekspor Minyak Bumi (OPEC) dan sekutunya, yang dikenal secara kolektif sebagai OPEC+, akan memangkas produksi lebih dari 1 juta barel per hari (bph) pada pertemuan langsung pertama mereka sejak 2020. yang dijadwalkan pada hari Rabu.

Pemotongan sukarela produksi minyak oleh masing-masing anggota dapat terjadi di pertemuan esok hari, yang menjadikannya pemangkasan terbesar sejak dimulainya pandemi Covid-19, kata sumber OPEC, dilansir Reuters, Selasa (4/10/2022).



Analis menilai kendati rencana tersebut mengemuka, OPEC sebelumnya masih gagal dalam persoalan produksi. Ini dinilai merupakan kelemahan komitmen mereka untuk menjaga stabilitas harga.

"Meskipun semuanya terjadi bersamaan dengan perang di Ukraina, OPEC+ tidak pernah sekuat ini dan mereka akan melakukan apa pun untuk memastikan harga dapat terjaga," kata Edward Moya, analis senior OANDA, dalam sebuah catatan.



Sebagai catatan, OPEC+ telah meningkatkan produksi tahun ini setelah pemangkasan dilakukan pada tahun 2020 karena penurunan permintaan yang disebabkan oleh pandemi. Tetapi dalam beberapa bulan terakhir, organisasi tersebut telah gagal memenuhi peningkatan produksi yang direncanakan, yang hilang pada bulan Juli sebesar 2,9 juta barel per hari.
(nng)
tulis komentar anda
Video Rekomendasi
Berita Terkait
Rekomendasi
Terpopuler
Berita Terkini More