Harga Minyak Dunia Tertekan Imbas Proyeksi Pelemahan Permintaan dari China
Kamis, 03 November 2022 - 11:40 WIB
JAKARTA - Harga minyak mentah dunia merosot pagi ini pada perdagangan Kamis (3/11/2022) setelah data ekonomi yang lemah dari China menunjukkan ada masalah di negara importir terbesar dunia itu. Sementara itu propek permintaan juga redup setelah Amerika Serikat (AS) merilis kebijakan suku bunga yang lebih tinggi.
Data perdagangan hingga pukul 09:57 WIB menunjukkan minyak Brent di Intercontinental Exchange (ICE) untuk kontrak Januari 2023 melemah 0,33% di USD95,84 per barel. Sedangkan minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) di New York Mercantile Exchange (NYMEX) untuk pengiriman Januari turun 0,56% sebesar USD88,36 per barel.
Sebelumnya kedua kontrak minyak tersebut menguat pada sesi terakhir karena data terbaru menunjukkan penurunan persediaan di AS lebih besar dari perkiraan, sebagaimana dilansir Investing.com, Kamis (3/11/2022).
Namun, Federal Reserve resmi telah menaikkan suku bunga sebesar 75 bps pada hari Rabu, di mana Gubernur Fed Jerome Powell memperingatkan bahwa suku bunga kemungkinan akan lebih tinggi dari yang diperkirakan semula, karena inflasi masih belum jinak untuk ditaklukan.
Dari daratan Asia, sebuah survei menunjukkan bahwa sektor jasa di China menyusut cukup tajam selama dua bulan berturut-turut pada Oktober. Kondisi ini menandakan terjadi penurunan ekonomi Beijing yang sedang berjuang untuk menahan wabah Covid-19 yang baru.
Melambatnya permintaan minyak mentah di China sebelumnya telah membebani harga minyak tahun ini, karena serangkaian pembatasan mobilitas membuat aktivitas ekonomi lokal terhenti. Impor minyak mentah China juga terus turun tahun ini, di mana negara itu juga meningkatkan kuota ekspor minyaknya karena melemahnya permintaan.
Baca Juga
Data perdagangan hingga pukul 09:57 WIB menunjukkan minyak Brent di Intercontinental Exchange (ICE) untuk kontrak Januari 2023 melemah 0,33% di USD95,84 per barel. Sedangkan minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) di New York Mercantile Exchange (NYMEX) untuk pengiriman Januari turun 0,56% sebesar USD88,36 per barel.
Sebelumnya kedua kontrak minyak tersebut menguat pada sesi terakhir karena data terbaru menunjukkan penurunan persediaan di AS lebih besar dari perkiraan, sebagaimana dilansir Investing.com, Kamis (3/11/2022).
Namun, Federal Reserve resmi telah menaikkan suku bunga sebesar 75 bps pada hari Rabu, di mana Gubernur Fed Jerome Powell memperingatkan bahwa suku bunga kemungkinan akan lebih tinggi dari yang diperkirakan semula, karena inflasi masih belum jinak untuk ditaklukan.
Dari daratan Asia, sebuah survei menunjukkan bahwa sektor jasa di China menyusut cukup tajam selama dua bulan berturut-turut pada Oktober. Kondisi ini menandakan terjadi penurunan ekonomi Beijing yang sedang berjuang untuk menahan wabah Covid-19 yang baru.
Melambatnya permintaan minyak mentah di China sebelumnya telah membebani harga minyak tahun ini, karena serangkaian pembatasan mobilitas membuat aktivitas ekonomi lokal terhenti. Impor minyak mentah China juga terus turun tahun ini, di mana negara itu juga meningkatkan kuota ekspor minyaknya karena melemahnya permintaan.
(akr)
tulis komentar anda