Harga Minyak Dunia Jadi Korban Keganasan Covid di China
Selasa, 08 November 2022 - 11:33 WIB
JAKARTA - Harga minyak mentah dunia bergerak fluktuatif pada perdagangan hari ini, Selasa (8/11/2022) dipicu pembatasan aktivitas di China serta ekspektasi pasar terhadap kebijakan bank sentral Amerika Serikat / Federal Reserve. Data perdagangan hingga pukul 10:45 WIB menunjukkan minyak Brent di Intercontinental Exchange (ICE) untuk kontrak Januari 2023 turun 0,21% di USD97,71 per barel, setelah meningkat hingga USD98 per barel.
Sedangkan minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) di New York Mercantile Exchange (NYMEX) untuk pengiriman Januari turun 0,20% sebesar USD90,54 per barel, setelah sempat tumbuh hingga USD91,95 per barel. Data pada Senin (7/11) mencatat ada kenaikan impor minyak China periode Oktober ke level tertingginya dalam lima bulan terakhir. Ini terjadi sebagian besar didorong oleh peningkatan kuota impor untuk penyulingan lokal, karena Beijing sedang berjuang untuk menopang pertumbuhan ekonomi.
Tetapi indikator lain menunjukkan aktivitas ekonomi yang lesu kemungkinan akan membuat permintaan China tetap lemah, meskipun mereka menjual dengan harga yang lebih rendah menyusul peningkatan persediaan, sebagaimana dilansir Investing.com, Selasa (8/11/2022).
Pasar minyak sempat bergejolak pekan ini setelah otoritas China menegaskan komitmen mereka untuk tetap mengantisipasi wabah baru Covid-19 dengan tidak mengurangi kebijakan pengetatan mobilitas. Ke depan, pasar minyak sedang menantikan data inflasi AS yang akan dirilis akhir pekan ini. Angka tersebut dapat memberi sinyal pasar untuk membaca langkah The Fed terkait kenaikan suku bunga lebih lanjut.
Sebagai catatan, kenaikan suku bunga adalah salah satu beban terbesar bagi harga minyak tahun ini, karena pasar khawatir kebijakan moneter yang lebih ketat akan merugikan permintaan minyak mentah. Sebelumnya, Presiden AS Joe Biden telah merilis minyak dari Cadangan Minyak Strategis sebagai upaya untuk menurunkan harga bensin. Tetapi pasokan diperkirakan masih ketat, terutama setelah pengurangan produksi oleh Organisasi Negara Pengekspor Minyak (OPEC).
Sedangkan minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) di New York Mercantile Exchange (NYMEX) untuk pengiriman Januari turun 0,20% sebesar USD90,54 per barel, setelah sempat tumbuh hingga USD91,95 per barel. Data pada Senin (7/11) mencatat ada kenaikan impor minyak China periode Oktober ke level tertingginya dalam lima bulan terakhir. Ini terjadi sebagian besar didorong oleh peningkatan kuota impor untuk penyulingan lokal, karena Beijing sedang berjuang untuk menopang pertumbuhan ekonomi.
Tetapi indikator lain menunjukkan aktivitas ekonomi yang lesu kemungkinan akan membuat permintaan China tetap lemah, meskipun mereka menjual dengan harga yang lebih rendah menyusul peningkatan persediaan, sebagaimana dilansir Investing.com, Selasa (8/11/2022).
Pasar minyak sempat bergejolak pekan ini setelah otoritas China menegaskan komitmen mereka untuk tetap mengantisipasi wabah baru Covid-19 dengan tidak mengurangi kebijakan pengetatan mobilitas. Ke depan, pasar minyak sedang menantikan data inflasi AS yang akan dirilis akhir pekan ini. Angka tersebut dapat memberi sinyal pasar untuk membaca langkah The Fed terkait kenaikan suku bunga lebih lanjut.
Sebagai catatan, kenaikan suku bunga adalah salah satu beban terbesar bagi harga minyak tahun ini, karena pasar khawatir kebijakan moneter yang lebih ketat akan merugikan permintaan minyak mentah. Sebelumnya, Presiden AS Joe Biden telah merilis minyak dari Cadangan Minyak Strategis sebagai upaya untuk menurunkan harga bensin. Tetapi pasokan diperkirakan masih ketat, terutama setelah pengurangan produksi oleh Organisasi Negara Pengekspor Minyak (OPEC).
(nng)
Lihat Juga :
tulis komentar anda