Kaleidoskop Bursa Saham: Jelang Akhir Tahun IHSG Terdepak dari Zona 7.000
Selasa, 27 Desember 2022 - 16:17 WIB
Kinerja positif IHSG sepanjang tahun 2021 seiring dengan pemulihan ekonomi nasional yang mencapai 3,69%. Angka itu melesat jika dibandingkan dengan pertumbuhan ekonomi tahun 2020 yang terkontraksi atau minus 2,07%.
Aksi pemerintah yang terus menggempur pandemi lewat vaksinasi besar-besaran, plus berbagai kebijakan stimulus yang digelontorkan di tahun 2022 membuat para pelaku bursa kian optimistis bahwa pasar saham Indonesia akan kembali mentereng. Apalagi di tahun 2022 pemerintah masih melanjutkan program Pemulihan Ekonomi Nasional dengan alokasi anggaran Rp445 triliun.
Sejumlah kalangan optimistis ekonomi nasional tahun 2022 akan tumbuh lebih baik dibanding 2021. Selain program PEN, kenaikan harga komoditas juga menjadi keyakinan semakin membaiknya ekonomi.
IPO GOTO, antara Harapan dan Kenyataan
Pertumbuhan ekonomi yang kuat akan berdampak pada emiten di pasar modal sehingga mengerek harga saham mereka. Ujungnya, harga saham yang naik akan mendongkrak IHSG.
Ditambah lagi, di tahun 2022 akan bermunculan perusahaan-perusahaan teknologi di pasar saham. Salah satunya adalah IPO GOTO.
Memang Bukalapak sudah lebih dulu melapak, tepatnya pada awal Agustus 2021, di bursa dan menuai hasil yang "boncos". Sepanjang 2021, dimulai sejak hari pertama IPO hingga penutupan perdagangan akhir tahun, saham BUKA anjlok hampir 60%, dari Rp1.060 menjadi Rp430.
Namun sejumlah pelaku pasar modal meyakini bahwa saham GOTO tak akan semalang nasib BUKA. Berbagai analisis, juga bercampur "pompom", meyakini saham GOTO akan melesat ketika IPO dan sesudahnya.
Keyakinan itu didasarkan pada sejumlah perbedaan antara BUKA dan GOTO. Pertama, setelah merger antara Gojek dan Tokopedia pada Mei 2021, status GOTO adalah dacacorn dengan valuasi di atas USD10 miliar, sedangkan BUKA masih unicorn dengan valuasi USD1 miliar.
Aksi pemerintah yang terus menggempur pandemi lewat vaksinasi besar-besaran, plus berbagai kebijakan stimulus yang digelontorkan di tahun 2022 membuat para pelaku bursa kian optimistis bahwa pasar saham Indonesia akan kembali mentereng. Apalagi di tahun 2022 pemerintah masih melanjutkan program Pemulihan Ekonomi Nasional dengan alokasi anggaran Rp445 triliun.
Sejumlah kalangan optimistis ekonomi nasional tahun 2022 akan tumbuh lebih baik dibanding 2021. Selain program PEN, kenaikan harga komoditas juga menjadi keyakinan semakin membaiknya ekonomi.
IPO GOTO, antara Harapan dan Kenyataan
Pertumbuhan ekonomi yang kuat akan berdampak pada emiten di pasar modal sehingga mengerek harga saham mereka. Ujungnya, harga saham yang naik akan mendongkrak IHSG.
Ditambah lagi, di tahun 2022 akan bermunculan perusahaan-perusahaan teknologi di pasar saham. Salah satunya adalah IPO GOTO.
Memang Bukalapak sudah lebih dulu melapak, tepatnya pada awal Agustus 2021, di bursa dan menuai hasil yang "boncos". Sepanjang 2021, dimulai sejak hari pertama IPO hingga penutupan perdagangan akhir tahun, saham BUKA anjlok hampir 60%, dari Rp1.060 menjadi Rp430.
Namun sejumlah pelaku pasar modal meyakini bahwa saham GOTO tak akan semalang nasib BUKA. Berbagai analisis, juga bercampur "pompom", meyakini saham GOTO akan melesat ketika IPO dan sesudahnya.
Keyakinan itu didasarkan pada sejumlah perbedaan antara BUKA dan GOTO. Pertama, setelah merger antara Gojek dan Tokopedia pada Mei 2021, status GOTO adalah dacacorn dengan valuasi di atas USD10 miliar, sedangkan BUKA masih unicorn dengan valuasi USD1 miliar.
Lihat Juga :
tulis komentar anda