Kaleidoskop 2022: Perang jadi Biang Masalah, Indonesia Malah Ketiban Berkah
Sabtu, 31 Desember 2022 - 18:59 WIB
Pada 7 Maret, minyak mentah jenis Brent meroket hingga nyaris menembus USD 140 per barel, tepatnya USD139,13 per barel. Ini merupakan level tertinggi dalam 13 tahun terakhir, tepatnya sejak 15 Juli 2008.
Harga komoditas pangan seperti gandum juga ikut terbang tinggi. Merujuk data International Grains Council (IGC) Market Indicator, harga gandum di pasar dunia pada bulan Maret mencapai USD335 per ton atau melonjak 46% dibanding posisi tahun lalu di USD229 per ton.
Lonjakan harga komoditas terjadi karena dua hal yakni adanya gangguan logistik serta kekhawatiran menipisnya pasokan. Rusia dan Ukraina adalah pemasok utama komoditas pangan dan energi. Sebagai contoh untuk komoditas gandum, kedua negara tersebut memasok 25% gandum global.
Harga energi dan pangan yang melonjak ini langsung berimbas pada laju inflasi, terutama di Eropa. Benua Biru selama ini menggantungkan pasokan energi dari Rusia, sehingga perang membuat pasokan terhambat.
Uni Eropa juga memilih melakukan embargo dengan melarang impor batu bara dari Rusia. Kondisi ini membuat harga energi di kawasan tersebut melambung.
Lonjakan inflasi pun tak terelakkan. Sejumlah negara mencatatkan inflasi tertingginya dalam 30 tahun terakhir atau bahkan dalam sejarah.
Jerman, misalnya, mencatatkan inflasi 10,4% pada Oktober yang merupakan rekor tertingginya dalam sejarah negara tersebut. Sementara inflasi Inggris meloncat ke 11,1% di Oktober yang merupakan rekor tertinggi dalam 41 tahun.
Inflasi di Amerika Serikat (AS) juga meroket ke level tertingginya dalam 40 tahun lebih pada Juni 2022 sebesar 9,1% secara tahunan (year-on-year/yoy), tertinggi sejak November 1981.
Harga komoditas pangan seperti gandum juga ikut terbang tinggi. Merujuk data International Grains Council (IGC) Market Indicator, harga gandum di pasar dunia pada bulan Maret mencapai USD335 per ton atau melonjak 46% dibanding posisi tahun lalu di USD229 per ton.
Lonjakan harga komoditas terjadi karena dua hal yakni adanya gangguan logistik serta kekhawatiran menipisnya pasokan. Rusia dan Ukraina adalah pemasok utama komoditas pangan dan energi. Sebagai contoh untuk komoditas gandum, kedua negara tersebut memasok 25% gandum global.
Harga energi dan pangan yang melonjak ini langsung berimbas pada laju inflasi, terutama di Eropa. Benua Biru selama ini menggantungkan pasokan energi dari Rusia, sehingga perang membuat pasokan terhambat.
Uni Eropa juga memilih melakukan embargo dengan melarang impor batu bara dari Rusia. Kondisi ini membuat harga energi di kawasan tersebut melambung.
Lonjakan inflasi pun tak terelakkan. Sejumlah negara mencatatkan inflasi tertingginya dalam 30 tahun terakhir atau bahkan dalam sejarah.
Jerman, misalnya, mencatatkan inflasi 10,4% pada Oktober yang merupakan rekor tertingginya dalam sejarah negara tersebut. Sementara inflasi Inggris meloncat ke 11,1% di Oktober yang merupakan rekor tertinggi dalam 41 tahun.
Inflasi di Amerika Serikat (AS) juga meroket ke level tertingginya dalam 40 tahun lebih pada Juni 2022 sebesar 9,1% secara tahunan (year-on-year/yoy), tertinggi sejak November 1981.
Lihat Juga :
tulis komentar anda