Butuh Masa Transisi, Pengusaha Mengingatkan Kebijakan Zero Odol Bisa Menggerus Daya Saing
loading...
A
A
A
Sebelumnya, Ketua Umum Asosiasi Aneka Industri Keramik Indonesia (Asaki), Edy Suyanto mengatakan, kebijakan zero ODOL akan mempengaruhi daya saing industri dalam negeri, termasuk keramik. Dia menjelaskan, keramik merupakan industri yang menghasilkan produk dengan bobot sangat berat.
Diterangkan juga bahwa, daya saing industri keramik sangat dipengaruhi dua hal yakni energi seperti gas dan listrik yang telah mengonsumsi 30% dari total produksi. Dia bersyukur pemerintah telah memberikan insentif biaya gas pada April 2020 lalu yang memberikan bukti multiplier effect bahwa industri keramik mampu pulih kembali dengan cepat di tengah pandemi.
Sayangnya hal tersebut tidak didapati dalam hal biaya logistik. Edy menjelaskan, semua industri yang tergabung dalam ASAKI menghasilkan produk dengan bobot yang sangat berat. Namun kebijakan Zero ODOL bakal membebani industri menyusul meningkatnya ongkos kirim barang produksi yang berpengaruh terhadap harga jual di konsumen.
"Bagaimana kemampuan daya beli masyarakat terhadap rencana kenaikan harga jual produk keramik tersebut, kenaikan harga jual keramik 20 sampai 25 persen jelas juga akan mempengaruhi terhadap harga produk properti yang pada ujungnya ini yang mempengaruhi namanya inflasi," katanya.
Ketua Umum Asosiasi Semen Indonesia (ASI), Widodo Santoso memprediksi bahwa 2023-2024 akan menjadi tahun yang sulit karena ekonomi dunia sedang tidak baik sehingga berdampak pada utilisasi pabrik yang akan menurun. Dia mengatakan, kondisi itu nantinya akan bertambah tragis dengan beban akibat zero ODOL.
"Utilisasi turun berarti harga produksi naik. Harga produksi naik ditambah lagi harga distribusi naik maka timbullah kenaikan harga dan akhirnya yang terkena masyarakat," katanya.
Produsen Beton Ringan Indonesia (Proberindo) menyebutkan bahwa kebijakan zero ODOL berdampak terhadap industri properti. Kebijakan tersebut akan mendorong kenaikan harga properti karena harga angkut bahan bangunan juga meningkat.
"Iya, tentu (berpengaruh) karena ini kebutuhan utama. Semua rumah kan sekarang pakai baja ya, nggak ada bangunan yang nggak pakai," kata Ketua Proberindo, Franky Nelwan.
Dia mengatakan, zero ODOL akan menyebabkan industri bahan baku bangunan meningkatkan ongkos kirim mereka karena pembatasan daya angkut logistik. Hal ini, sambung dia, tentu akan berdampak pada harga properti.
Diterangkan juga bahwa, daya saing industri keramik sangat dipengaruhi dua hal yakni energi seperti gas dan listrik yang telah mengonsumsi 30% dari total produksi. Dia bersyukur pemerintah telah memberikan insentif biaya gas pada April 2020 lalu yang memberikan bukti multiplier effect bahwa industri keramik mampu pulih kembali dengan cepat di tengah pandemi.
Sayangnya hal tersebut tidak didapati dalam hal biaya logistik. Edy menjelaskan, semua industri yang tergabung dalam ASAKI menghasilkan produk dengan bobot yang sangat berat. Namun kebijakan Zero ODOL bakal membebani industri menyusul meningkatnya ongkos kirim barang produksi yang berpengaruh terhadap harga jual di konsumen.
"Bagaimana kemampuan daya beli masyarakat terhadap rencana kenaikan harga jual produk keramik tersebut, kenaikan harga jual keramik 20 sampai 25 persen jelas juga akan mempengaruhi terhadap harga produk properti yang pada ujungnya ini yang mempengaruhi namanya inflasi," katanya.
Ketua Umum Asosiasi Semen Indonesia (ASI), Widodo Santoso memprediksi bahwa 2023-2024 akan menjadi tahun yang sulit karena ekonomi dunia sedang tidak baik sehingga berdampak pada utilisasi pabrik yang akan menurun. Dia mengatakan, kondisi itu nantinya akan bertambah tragis dengan beban akibat zero ODOL.
"Utilisasi turun berarti harga produksi naik. Harga produksi naik ditambah lagi harga distribusi naik maka timbullah kenaikan harga dan akhirnya yang terkena masyarakat," katanya.
Produsen Beton Ringan Indonesia (Proberindo) menyebutkan bahwa kebijakan zero ODOL berdampak terhadap industri properti. Kebijakan tersebut akan mendorong kenaikan harga properti karena harga angkut bahan bangunan juga meningkat.
"Iya, tentu (berpengaruh) karena ini kebutuhan utama. Semua rumah kan sekarang pakai baja ya, nggak ada bangunan yang nggak pakai," kata Ketua Proberindo, Franky Nelwan.
Dia mengatakan, zero ODOL akan menyebabkan industri bahan baku bangunan meningkatkan ongkos kirim mereka karena pembatasan daya angkut logistik. Hal ini, sambung dia, tentu akan berdampak pada harga properti.