The Fed Mencemaskan Krisis Perbankan, Wall Street Ditutup Ambruk

Kamis, 13 April 2023 - 06:59 WIB
loading...
The Fed Mencemaskan Krisis Perbankan, Wall Street Ditutup Ambruk
Wall Street berakhir melemah setelah risalah Federal Reserve atau The Fed mengungkapkan kekhawatiran mengenai krisis likuiditas perbankan bisa menyeret ekonomi ke jurang resesi. Foto/Dok
A A A
NEW YORK - Wall Street berakhir melemah pada perdagangan Rabu (12/4/2023) waktu setempat setelah risalah Federal Reserve atau The Fed mengungkapkan kekhawatiran mengenai krisis likuiditas bank regional. Risalah FOMC (Komite Pasar Terbuka Federal) pada pertemuan Maret menyebutkan krisis perbankan AS kemungkinan akan menggiring ekonomi tercebur ke dalam resesi pada akhir tahun.

Mengutip Reuters, Dow Jones Industrial Average (.DJI) turun 38,29 poin atau 0,11% menjadi 33.646,5. Sedangkan S&P 500 (.SPX) kehilangan 16,99 poin atau 0,41% di posisi 4.091,95 dan Nasdaq Composite (.IXIC) turun 102,54 poin atau 0,85% menjadi 11.929,34.



Risalah The Fed mengikuti laporan inflasi yang lebih dingin dari perkiraan memperkuat kemungkinan kenaikan suku bunga saat Fed bersidang bulan depan. Ketiga indeks saham utama AS mengalami gejolak sepanjang sesi hingga ditutup di wilayah negatif.

"Risalahnya jelas bahwa ada kekhawatiran Fed yang sedang berlangsung sehubungan dengan krisis perbankan serta kenaikan harga," kata Greg Bassuk, chief executive officer AXS Investments di New York.



Indeks mulai berputar karena pelaku pasar mengurai Indeks Harga Konsumen (CPI) Departemen Tenaga Kerja.Laporan itu, tentang harga yang dibayar konsumen perkotaan untuk sekelompok barang dan jasa berada di bawah ekspektasi analis. Menunjukkan bahwa upaya Fed untuk menjinakkan inflasi mulai berlaku.

Namun, CPI inti - yang menghapus item makanan dan energi yang mudah menguap - menyentuh konsensus bull's eye, dan tetap jauh di atas tingkat target rata-rata tahunan The Fed sebesar 2%.

"Minggu ini adalah titik belok karena investor mencari pijakan yang lebih pasti sebelum laporan pendapatan perusahaan dan laporan PPI (harga produsen) yang keluar besok," kata Bassuk.

"Data (Ekonomi) sangat beragam sehingga investor bereaksi berlebihan terhadap petunjuk positif atau negatif dari kebijakan kenaikan suku bunga Fed. Volatilitas akan berlanjut, investor harus mengencangkan sabuk pengaman mereka. Ada begitu banyak hal yang terjadi sekarang yang menyebabkan ketidakpastian baik untuk Wall Street."

Sekilas, pasar keuangan memperkirakan kemungkinan 70% dari kenaikan suku bunga 25 basis poin pada akhir pertemuan kebijakan FOMC bulan depan.

Katalis penggerak pasar berikutnya kemungkinan adalah musim plaporan pendapatan kuartal pertama, yang dimulai pada hari Jumat dengan hasil dari tiga bank besar - Citigroup Inc (C.N), JPMorgan Chase & Co (JPM.N) dan Wells Fargo & Co (WFC .N).

Analis memperkirakan pendapatan S&P 500 di kuartal pertama secara agregat turun 5,2% secara year to year, pembalikan mencolok dari pertumbuhan tahunan 1,4% yang terlihat pada awal kuartal.

Di antara 11 sektor utama S&P 500, tujuh berakhir di wilayah negatif, dengan consumer discretionary (.SPLRCD) menderita persentase kerugian terbesar. Industrials (.SPLRCI) memimpin perolehan.

Saham American Airlines Group Inc (AAL.O) turun 9,2% setelah diproyeksi terjadi penurunan untuk laba pada kuartal pertama. Volume di bursa saham Amerika Serikat atau AS tercatat mencapai 10,40 miliar saham, lebih rendah dibandingkan dengan rata-rata 11,78 miliar selama 20 hari perdagangan terakhir.
(akr)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.4189 seconds (0.1#10.140)