Redam Silang Pendapat, Jubir Kemenperin Beberkan Cuan Hilirisasi Nikel

Minggu, 13 Agustus 2023 - 21:00 WIB
loading...
A A A
"Indikator ini sangat jelas menunjukkan bahwa benefit smelter memberi manfaat bagi ekonomi nasional, bukan untuk negara lain. Hadirnya PMA merupakan pengungkit investasi untuk pertumbuhan ekonomi nasional," tegas Febri.

Dia menambahkan, posisi Indonesia sebagai eksportir utama produk hilir logam nikel juga terus menguat dalam beberapa tahun terakhir, utamanya setelah kebijakan hilirisasi dan pelarangan ekspor biji nikel dijalankan. Ekspor Stainless steel, baik dalam bentuk slab, HRC maupun CRC, menyentuh angka USD10,83 miliar di tahun 2022. Berdasarkan data worldstopexport tahun 2022, Indonesia menjadi eksportir HRC urutan pertama dunia dengan nilai USD4,1 miliar.

Febri menambahkan, ekspor produk hilir dari nikel lainnya juga terus meningkat. Tercatat pada tahun 2022, nilai ekspor ferronikel mencapai USD13,6 miliar, atau meningkat 92% dibandingkan nilai ekspor pada 2021 yang sebesar USD7,08 miliar. Nilai ekspor nikel matte juga melonjak sebesar 300%, dari USD0,95 miliar pada tahun 2021 menjadi USD3,82 miliar pada 2022.

Dari sisi PNBP, Febri mengatakan daerah penghasil nikel menyumbang Rp10,8 triliun, meningkat dari tahun 2021 yang sebesar Rp3,42 triliun. Total PNBP dari lima provinsi penghasil nikel mencapai Rp20,46 triliun sepanjang 2021 hingga kuartal II-2023, dengan provinsi Sulawesi Tenggara merupakan penyumbang terbesar Rp8,73 triliun, disusul Maluku Utara Rp6,23 triliun.

"Jadi hilirisasi jangan dilihat dari ownersip smelter, baik itu PMA atau PMDN, tetapi lebih ke arah pendekatan nilai tambah ekonomi, sehingga benefit yang dirasakan dengan berjalannya hilirisasi memberikan nilai nyata bagi pembangunan nasional," tandasnya.
(fjo)
Halaman :
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1530 seconds (0.1#10.140)