Bermitra dengan Perbankan, Koperasi Perbesar Penyaluran Pinjaman ke UMKM
loading...
A
A
A
JAKARTA - Koperasi menjadi sentral dalam pembiayaan usaha mikro kecil dan menengah ( UMKM ). Pelaku UMKM yang berada di pelosok sangat mengandalkan kehadiran koperasi untuk pengembangan bisnis dan investasi, karena dekat dan sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan masyarakat.
Pengamat Koperasi sekaligus Ketua Komite Eksekutif Indonesian Corsortium for Cooperatives Innovation, Firdaus mengatakan, koperasi itu ibarat rumah bagi pelaku UMKM. Peran koperas selaras dengan usaha UMKM, misalnya dalam konteks pengadaan bersama, pengolahan bersama, pemasaran bersama atau pendanaan bersama.
"Kondisi itu menempatkan koperasi sebagai suatu agregator bagi bisnis pelaku UMKM di Indonesia," ujar Firdaus Putra di Jakarta, Rabu (16/8/2023).
Firdaus mengatakan koperasi memberikan layanan kepada para anggotanya, yakni UMKM, untuk meningkatkan kapasitas bisnis mereka dalam rantai pasok, permodalan, pemasaran dan kebutuhan-kebutuhan lainnya. Inovasi berkembang terkait dengan pembiayaan bagi UMKM, seperti pada produk dan layanan koperasi simpan pinjam (KSP) atau koperasi simpan pinjam dan pembiayaan syariah (KSPPS). Karakteristik dasarnya simpan-pinjam, dapat menyediakan aneka produk pinjaman/pembiayaan sesuai kebutuhan anggotanya.
"Sehingga banyak dijumpai satu KSP dan KSPPS lain produknya berbeda karena basis anggotanya berbeda. Bahkan ada suatu KSPPS khusus menyediakan pinjaman bagi sarana sanitasi dasar," jelas Firdaus.
Sedangkan pada koperasi di sektor jasa keuangan inovasi produk dalam bentuk skema pendanaan tertentu, misalnya securities crowd funding. Dalam skema ini, lanjut dia, koperasi memfasilitasi skema pendanaan bagi UMKM dalam bentuk ekuitas, sukuk atau instrumen lainnya.
Secara umum, jelas Firdaus, keduanya melakukan inovasi melalui adopsi teknologi digital untuk meningkatkan kemudahan dan keterjangkauan layanan bagi anggotanya dan/ atau masyarakat. "Saat ini banyak KSP dan KSPPS membiliki semacam aplikasi ponsel yang melalui platform teknologi tersebut anggota dapat melakukan berbagai tranksasi," ujarnya
.
Terkait kerja sama koperasi dan perbankan, Firdaus mengatakan kerja sama langsung antara perbankan dengan KSP atau KSPPS dalam skema chaneling atau executing. Hal tersebut terjadi karena keterbatasan modal suatu KSP atau KSPPS sedangkan di sisi lain permintaan pembiayaan dari anggotanya sangat tinggi.
Ketua I KSP Sahabat Mitra Sejati D Irja Pratama menegaskan, karakteristik pembiayaan di koperasi biasanya dimulai dengan pinjaman skala kecil, dari puluhan ribu, dan lama kelamaan meningkat menjadi puluhan hingga ratusan juta. Menurut Irja, Kepercayaan masyarakat bertumbuh pada koperasi sejalan dengan tingkat kebutuhan masyarakat yang terus bertumbuh.
“Sasaran utama kami adalah pinjaman produktif, seperti sektor usaha komoditas, perdagangan barang dan jasa, home industry, dengan skala pinjaman dari puluhan hingga ratusan juta, " ungkapnya.
Namun, kemampuan koperasi untuk menghimpun dana dari anggota dan mengembalikan untuk kepentingan anggota masih terbatas."Karena itu, kerja sama dengan perbankan dan lembaga jasa keuangan lainnya masih diperlukan untuk memperkuat permodalan,” katanya.
Irja menambahkan, pengelolaan koperasi yang mengedepankan prinsip kehati-hatian, mengutamakan kredibilitas, dan mengadopsi mekanisme Know Your Customer dari sistem verifikasi keanggotaan dan penyaluran pinjaman. Pihaknya dipercaya oleh berbagai institusi keuangan untuk berkolaborasi dalam mendukung tumbuh kembang pelaku UMKM.
“KSP Sahabat Mitra Sejati memanfaatkan kolaborasi dalam membantu permodalan koperasi agar para anggota mendapatkan pendanaan dengan jumlah yang terus meningkat dari tahun ke tahun untuk meningkatkan skala usaha mereka," ungkapnya.
Kerja sama tersebut antara lain dengan Bank Sahabat Sampoerna, MNC Bank, Bank Sinarmas dan Bank Bukopin. "Alhasil, total penyaluran pinjaman hingga akhir 2022 tercatat lebih dari Rp2 triliun,” katanya.
Pengamat Koperasi sekaligus Ketua Komite Eksekutif Indonesian Corsortium for Cooperatives Innovation, Firdaus mengatakan, koperasi itu ibarat rumah bagi pelaku UMKM. Peran koperas selaras dengan usaha UMKM, misalnya dalam konteks pengadaan bersama, pengolahan bersama, pemasaran bersama atau pendanaan bersama.
"Kondisi itu menempatkan koperasi sebagai suatu agregator bagi bisnis pelaku UMKM di Indonesia," ujar Firdaus Putra di Jakarta, Rabu (16/8/2023).
Firdaus mengatakan koperasi memberikan layanan kepada para anggotanya, yakni UMKM, untuk meningkatkan kapasitas bisnis mereka dalam rantai pasok, permodalan, pemasaran dan kebutuhan-kebutuhan lainnya. Inovasi berkembang terkait dengan pembiayaan bagi UMKM, seperti pada produk dan layanan koperasi simpan pinjam (KSP) atau koperasi simpan pinjam dan pembiayaan syariah (KSPPS). Karakteristik dasarnya simpan-pinjam, dapat menyediakan aneka produk pinjaman/pembiayaan sesuai kebutuhan anggotanya.
"Sehingga banyak dijumpai satu KSP dan KSPPS lain produknya berbeda karena basis anggotanya berbeda. Bahkan ada suatu KSPPS khusus menyediakan pinjaman bagi sarana sanitasi dasar," jelas Firdaus.
Sedangkan pada koperasi di sektor jasa keuangan inovasi produk dalam bentuk skema pendanaan tertentu, misalnya securities crowd funding. Dalam skema ini, lanjut dia, koperasi memfasilitasi skema pendanaan bagi UMKM dalam bentuk ekuitas, sukuk atau instrumen lainnya.
Secara umum, jelas Firdaus, keduanya melakukan inovasi melalui adopsi teknologi digital untuk meningkatkan kemudahan dan keterjangkauan layanan bagi anggotanya dan/ atau masyarakat. "Saat ini banyak KSP dan KSPPS membiliki semacam aplikasi ponsel yang melalui platform teknologi tersebut anggota dapat melakukan berbagai tranksasi," ujarnya
.
Terkait kerja sama koperasi dan perbankan, Firdaus mengatakan kerja sama langsung antara perbankan dengan KSP atau KSPPS dalam skema chaneling atau executing. Hal tersebut terjadi karena keterbatasan modal suatu KSP atau KSPPS sedangkan di sisi lain permintaan pembiayaan dari anggotanya sangat tinggi.
Ketua I KSP Sahabat Mitra Sejati D Irja Pratama menegaskan, karakteristik pembiayaan di koperasi biasanya dimulai dengan pinjaman skala kecil, dari puluhan ribu, dan lama kelamaan meningkat menjadi puluhan hingga ratusan juta. Menurut Irja, Kepercayaan masyarakat bertumbuh pada koperasi sejalan dengan tingkat kebutuhan masyarakat yang terus bertumbuh.
“Sasaran utama kami adalah pinjaman produktif, seperti sektor usaha komoditas, perdagangan barang dan jasa, home industry, dengan skala pinjaman dari puluhan hingga ratusan juta, " ungkapnya.
Namun, kemampuan koperasi untuk menghimpun dana dari anggota dan mengembalikan untuk kepentingan anggota masih terbatas."Karena itu, kerja sama dengan perbankan dan lembaga jasa keuangan lainnya masih diperlukan untuk memperkuat permodalan,” katanya.
Irja menambahkan, pengelolaan koperasi yang mengedepankan prinsip kehati-hatian, mengutamakan kredibilitas, dan mengadopsi mekanisme Know Your Customer dari sistem verifikasi keanggotaan dan penyaluran pinjaman. Pihaknya dipercaya oleh berbagai institusi keuangan untuk berkolaborasi dalam mendukung tumbuh kembang pelaku UMKM.
“KSP Sahabat Mitra Sejati memanfaatkan kolaborasi dalam membantu permodalan koperasi agar para anggota mendapatkan pendanaan dengan jumlah yang terus meningkat dari tahun ke tahun untuk meningkatkan skala usaha mereka," ungkapnya.
Kerja sama tersebut antara lain dengan Bank Sahabat Sampoerna, MNC Bank, Bank Sinarmas dan Bank Bukopin. "Alhasil, total penyaluran pinjaman hingga akhir 2022 tercatat lebih dari Rp2 triliun,” katanya.
(uka)