Apa yang Membuat Negara-Negara Melakukan Dedolarisasi? Simak 5 Faktornya

Rabu, 06 September 2023 - 09:58 WIB
loading...
Apa yang Membuat Negara-Negara Melakukan Dedolarisasi? Simak 5 Faktornya
Ada sejumlah faktor yang mendorong beberapa negara melakukan dedolarisasi. Foto/Dok. SINDOnews
A A A
JAKARTA - Sinyal dedolarisasi di beberapa negara semakin kuat. Dedolarisasi adalah proses ketika suatu negara memutuskan untuk mengurangi atau bahkan sepenuhnya menghentikan penggunaan mata uang dolar Amerika Serikat (AS) dalam transaksi ekonomi mereka.

Sejumlah negara telah melakukan dedolarisasi dalam beberapa tahun terakhir. Keputusan ini sering kali mendapat perhatian internasional.

Lalu, apa yang mendorong negara-negara untuk melakukan dedolarisasi? Berikut faktor-faktor yang memotivasi suatu negara untuk melakukan dedolarisasi.

Faktor Dedolarisasi


1. Kemandirian Ekonomi


Salah satu alasan utama negara-negara melakukan dedolarisasi adalah untuk mencapai kemandirian ekonomi. Bergantung terlalu banyak pada mata uang asing, terutama dolar AS dapat membuat negara-negara rentan terhadap fluktuasi nilai tukar dan kebijakan ekonomi luar negeri.



Dengan mengadopsi mata uang nasional atau mata uang regional, suatu negara dapat memiliki lebih banyak kendali atas kebijakan moneter dan ekonomi mereka sendiri.

2. Mengurangi Risiko Ketergantungan Terhadap Dolar


Ketergantungan yang berlebihan pada dolar AS dapat menjadi risiko besar bagi negara-negara pengguna.

Ketika nilai dolar mengalami fluktuasi, negara yang terlalu bergantung pada dolar dapat merasakan dampak yang signifikan pada ekonomi mereka. Hal ini juga berlaku ketika AS mengambil tindakan ekonomi yang memengaruhi nilai mata uangnya

Dedolarisasi dapat membantu mengurangi risiko ini dengan mengurangi eksposur terhadap fluktuasi dolar.

3. Perlawanan Terhadap Dominasi Ekonomi AS


Beberapa negara juga memilih untuk melakukan dedolarisasi sebagai tindakan politik atau ekonomi yang menentang dominasi ekonomi Amerika Serikat.

Dolar AS adalah mata uang cadangan global dan digunakan dalam banyak transaksi internasional. Beberapa negara melihat ini sebagai bentuk kontrol ekonomi yang tidak diinginkan oleh AS.
Halaman :
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1993 seconds (0.1#10.140)