Tujuan Nyata China Larang iPhone, Kirim Pesan Balas Dendam ke AS

Rabu, 20 September 2023 - 16:15 WIB
loading...
Tujuan Nyata China Larang iPhone, Kirim Pesan Balas Dendam ke AS
Langkah China memperluas larangan penggunaan iPhone dianggap sebagai upaya membalas perilaku AS ke Huawei beberapa waktu silam. FOTO/Reuters/Aly Song
A A A
JAKARTA - Langkah China untuk memperluas larangan penggunaan iPhone oleh pejabat dan lingkungan pemerintahan menurut para analis bukan terkait isu keamanan nasional melainkan ekonomi. Hal itu sebagai pernyataan global yang keras terhadap Amerika Serikat (AS).

Dalam beberapa pekan terakhir, sejumlah laporan mengonfirmasi bahwa China melarang karyawan di lembaga-lembaga pemerintah dan perusahaan-perusahaan milik negara untuk menggunakan iPhone atau perangkat-perangkat bermerek asing lain di tempat kerja. Berita ini membuat saham Apple (AAPL) jatuh ke level terendah dalam satu bulan.

Pekan lalu, negara ini membantah menerapkan larangan tersebut, tetapi semakin berusaha mengurangi ketergantungan negara pada teknologi asing. Demikian pula, pemerintah AS pada tahun 2019, dengan alasan masalah keamanan nasional, melarang perusahaan-perusahaan AS menjual perangkat lunak dan peralatan ke Huawei, raksasa teknologi China.



Mengutip Investopedia, Pemerintah Biden minggu lalu menyebutkan larangan yang dilaporkan oleh China sebagai balas dendam yang tidak pantas atas pendekatan AS terhadap Huawei. Namun Douglas Nelson, seorang profesor ekonomi dengan spesialisasi kebijakan perdagangan di Tulane University dan peneliti di Leverhulme Centre for Research on Globalisation and Economic Policy di University of Nottingham mengatakan bahwa hal ini lebih dari itu.

"Saya menduga ini adalah tentang politik publik," kata Nelson. Pemerintah China mengatakan "Kami tidak akan dipaksa. Dan hal ini berjalan dengan baik di China. Menghantam AS benar-benar berhasil," kata dia.

Bukan rahasia lagi bahwa hubungan AS-China telah memburuk secara dramatis dalam satu generasi terakhir, terutama setelah Perdana Menteri (PM) China Xi Jinping mengambil alih pemerintahan satu dekade lalu. "Perang antara kedua negara telah memasuki ranah diskusi geopolitik," jelas Nelson.

Itulah salah satu alasan mengapa AS mengambil tindakan terhadap Huawei, perusahaan yang kehadirannya secara global juga menjadi perhatian Uni Eropa. Mungkin bukan kebetulan bahwa larangan yang dilaporkan minggu lalu terjadi tepat sebelum Apple meluncurkan versi iPhone terbaru dan tepat setelah Huawei merilis ponsel 5G baru yang memicu penyelidikan oleh Departemen Perdagangan AS.

"Khususnya setelah pandemi Covid-19, pernyataan nasionalis China semakin keras," kata Nelson. Dia menambahkan bahwa laporan terbaru tentang Apple memberikan bentuk melepas tekanan bagi publik China dalam menghadapi kesengsaraan ekonomi yang terus meningkat.

"Anggapan bahwa AS adalah pengganggu sangat kuat di China," kata Nelson. "Ini adalah sentimen yang juga ada di bagian lain di Asia, bahkan di antara sekutu AS seperti India yang berarti pesan yang dimaksudkan China meluas hingga ke luar perbatasan China.



Bagi Apple, dampaknya kemungkinan lebih besar. Dalam sebuah catatan untuk investor, J.P. Morgan mengatakan bahwa pembatasan tersebut memperkuat tantangan di China tetapi dengan sendirinya, hal itu hanya mewakili risiko keuangan yang kecil bagi perusahaan. Dalam sebuah laporan terpisah, Wedbush Securities setuju.

"Kami percaya ini adalah tembakan peringatan pada lembaga pemerintah yang sangat terpilih di China yang akan memiliki dampak yang dapat diabaikan pada pertumbuhan Apple di China selama tahun depan," kata Wedbush.

Namun demikian, Nelson mengatakan bahwa dampak ekonomi dari pelarangan iPhone bukanlah hal yang penting bagi Xi Jinping dan China. "Mereka melakukan sesuatu yang tidak bersifat ekonomis," kata dia. "Ini bersifat nasionalis. Mereka mengadopsi kebijakan yang terlihat, dan itu adalah kemenangan bagi Pemerintah China," kata dia.

Hal ini juga bukan semata-mata sebagai tanggapan atas tindakan AS terhadap Huawei atau kekhawatiran AS mengenai media sosial yang berbasis di China, TikTok. Hal ini lebih mengkhawatirkan karena merupakan bagian dari tren lebih luas di antara kedua negara.

"Yang membuat saya khawatir ini adalah akumulasi dari berbagai hal," kata Nelson. "Kita akan jauh lebih baik jika kita jauh dari pertikaian satu sama lain," jelasnya.
(nng)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1485 seconds (0.1#10.140)