Sri Lanka Berterima Kasih ke China Usai Capai Kesepakatan Utang Rp65,4 Triliun

Minggu, 15 Oktober 2023 - 23:20 WIB
loading...
Sri Lanka Berterima...
Sri Lanka mengkonfirmasi bahwa mereka telah mencapai kesepakatan dengan China, untuk merestrukturisasi utang USD4,2 miliar yang setara Rp65,4 triliun. Foto/Dok
A A A
KOLOMBO - Sri Lanka mengkonfirmasi bahwa mereka telah mencapai kesepakatan dengan China , untuk merestrukturisasi utang USD4,2 miliar yang setara Rp65,4 triliun (Kurs Rp15.583 per USD). Sebelumnya negara Asia Selatan ini juga sedang berusaha mencari kesepakatan serupa dengan sejumlah kreditor untuk membuka tahap bailout berikutnya.



Sri Lanka gagal membayar utang luar negerinya pada Mei 2022 di tengah krisis keuangan terburuk dalam beberapa dekade.
Melonjaknya harga dan kekurangan barang-barang penting memicu protes nasional pada tahun lalu.

"Kami berterima kasih kepada bank Exim China (bank Ekspor dan Impor) atas dukungan dalam menyelesaikan situasi utang negara kami," kata Kementerian Keuangan Sri Lanka dalam sebuah pernyataan seperti dilansir BBC.

"Kesepakatan ini merupakan tonggak penting dalam upaya berkelanjutan Sri Lanka untuk mendorong pemulihan ekonominya," sambungnya, meski Kementerian tidak memberikan rincian lebih lanjut tentang perjanjian tersebut.



Sebagai informasi Sri Lanka memiliki total utang luar negeri sebesar USD46,9 miliar, dimana 52% di antaranya berutang kepada China, untuk menjadikan Negeri Tirai Bambu sebagai pemberi pinjaman terbesarnya.

Mencapai kesepakatan dengan semua krediturnya akan memungkinkan Sri Lanka untuk terus mengakses dana dari program bailout USD3 miliar dengan Dana Moneter Internasional (IMF). Tahap berikutnya senilai USD330 juta telah ditahan sejak bulan lalu setelah Sri Lanka dan IMF gagal menyepakati persyaratan untuk pencairannya.

Harapan tinggi mencuat bahwa Sri Lanka akan mencapai kesepakatan dengan kreditur lain pada pertemuan tahunan IMF dan Bank Dunia di Marrakech minggu ini, tetapi mereka dilaporkan telah berjuang untuk mencapai konsensus.

Mereka mungkin khawatir bahwa China berhasil menegosiasikan persyaratan khusus berkaitan dengan pinjaman, menurut Dhananath Fernando dari think tank Advocata yang berbasis di Kolombo.
Halaman :
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.2123 seconds (0.1#10.140)