Data Ekonomi Kuartal II/2020 Bisa Jadi Bumerang Bagi Kurs Rupiah
loading...
A
A
A
JAKARTA - Laju nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) pada sesi perdagangan hari ini, diprediksi tertekan menjelang rilis pertumbuhan ekonomi secara kuartalan. Ditambah kondisi ekonomi global yang masih penuh ketidakpastian.
(Baca Juga: OJK: Investor Domestik Topang Penguatan Pasar Saham di Juli )
Kepala Riset Monex Investindo Futures Ariston Tjendra Indonesia mengatakan, pemerintah akan merilis data pertumbuhan ekonomi kuartal II yang mana data ini mungkin bisa memberikan tekanan ke rupiah bila hasilnya di bawah ekspektasi pasar.
"Rupiah berpotensi tertekan mengikuti sentimen tersebut dengan potensi kisaran Rp14.500 hingga Rp14.700 per USD," kata Ariston di Jakarta, Rabu (5/8/2020)
Namun, rupiah bisa saja berpeluang menguat dikarenakan faktor global. Hal ini dikarenakan prospek persetujuan stimulus lanjutan pemerintah AS senilai USD1 triliun untuk memulihkan ekonomi AS yang terdampak pandemi.
(Baca Juga: 11 Kebijakan Stimulus OJK Demi Selamatkan Ekonomi Saat Pandemi )
"Ini mata uang emerging markets terlihat menguat terhadap dollar AS. Penguatan ini kemungkinan didukung oleh stimulus yang besar memberikan sentimen positif ke aset berisiko karena stimulus berdampak positif ke perekonomian," ungkapnya.
Dia menambahkan, stimulus yang besar juga bisa menekan nilai tukar negara yang bersangkutan karena potensi banyaknya uang beredar. "Kedua faktor itu bisa membuat rupiah tertekan dan juga menguat," tandasnya.
(Baca Juga: OJK: Investor Domestik Topang Penguatan Pasar Saham di Juli )
Kepala Riset Monex Investindo Futures Ariston Tjendra Indonesia mengatakan, pemerintah akan merilis data pertumbuhan ekonomi kuartal II yang mana data ini mungkin bisa memberikan tekanan ke rupiah bila hasilnya di bawah ekspektasi pasar.
"Rupiah berpotensi tertekan mengikuti sentimen tersebut dengan potensi kisaran Rp14.500 hingga Rp14.700 per USD," kata Ariston di Jakarta, Rabu (5/8/2020)
Namun, rupiah bisa saja berpeluang menguat dikarenakan faktor global. Hal ini dikarenakan prospek persetujuan stimulus lanjutan pemerintah AS senilai USD1 triliun untuk memulihkan ekonomi AS yang terdampak pandemi.
(Baca Juga: 11 Kebijakan Stimulus OJK Demi Selamatkan Ekonomi Saat Pandemi )
"Ini mata uang emerging markets terlihat menguat terhadap dollar AS. Penguatan ini kemungkinan didukung oleh stimulus yang besar memberikan sentimen positif ke aset berisiko karena stimulus berdampak positif ke perekonomian," ungkapnya.
Dia menambahkan, stimulus yang besar juga bisa menekan nilai tukar negara yang bersangkutan karena potensi banyaknya uang beredar. "Kedua faktor itu bisa membuat rupiah tertekan dan juga menguat," tandasnya.
(akr)