BPS: Efek Bansos ke Konsumsi Rumah Tangga Tak Besar
A
A
A
JAKARTA - Badan Pusat Statistik (BPS) menyebutkan bahwa penyaluran bantuan sosial dari pemerintah (bansos) pada triwulan I/2018 naik signifikan hingga 87,61%. Namun begitu, kenaikan tersebut masih belum berdampak besar terhadap pertumbuhan konsumsi rumah tangga di Indonesia.
Kepala BPS Suhariyanto mengatakan, hal ini karena bantuan sosial hanya diperuntukkan bagi 40% masyarakat menengah bawah. Sementara kontribusi pengeluaran masyarakat menengah bawah terhadap realisasi konsumsi rumah tangga hanya sekitar 17%.
Konsumsi rumah tangga sendiri pada periode ini naik tipis dari 4,94% menjadi 4,95%. "Bansosnya naik. Kalau dilihat fenomena yang ada ini, yang lapisan bawah juga ada kenaikan seperti bansos, nilai tukar petani. Persentase pengeluaran 40% lapisan bawah itu hanya 17%," jelasnya di Gedung BPS, Jakarta, Senin (7/5/2018).
Menurutnya, kenaikan konsumsi rumah tangga ini lebih dipengaruhi oleh masyarakat golongan menengah ke atas. Adapun pengeluaran yang dilakukan oleh masyarakat menengah atas adalah yang bersifat leisure seperti liburan dan jalan-jalan. Tak heran, pada periode ini tingkat penghunian hotel pun naik cukup signifikan.
"Jadi ada switching dari makanan ke nonmakanan. Jadi makanannya dikurangi. Ada pergeseran dari non-leisure ke leisure," imbuh dia.
Pria yang akrab disapa Kecuk ini menambahkan, meskipun kenaikan konsumsi rumah tangga pada triwulan I/2018 ini sangat tipis, namun dampaknya terhadap pertumbuhan ekonomi Indonesia sangatlah besar. Sebab, kontribusi konsumsi rumah tangga terhadap produk domestik bruto (PDB) sekitar 56,80%.
"Kenaikan tipis konsumsi RT dampaknya besar sekali, karena sharenya 56,80%. Karena pergerakan sedikit dia akan berpengaruh ke pertumbuhan ekonomi. Dan kalau kita lihat, seluruh komponen konsumsi rumah tangga itu tumbuh," tandasnya.
(fjo)
Kepala BPS Suhariyanto mengatakan, hal ini karena bantuan sosial hanya diperuntukkan bagi 40% masyarakat menengah bawah. Sementara kontribusi pengeluaran masyarakat menengah bawah terhadap realisasi konsumsi rumah tangga hanya sekitar 17%.
Konsumsi rumah tangga sendiri pada periode ini naik tipis dari 4,94% menjadi 4,95%. "Bansosnya naik. Kalau dilihat fenomena yang ada ini, yang lapisan bawah juga ada kenaikan seperti bansos, nilai tukar petani. Persentase pengeluaran 40% lapisan bawah itu hanya 17%," jelasnya di Gedung BPS, Jakarta, Senin (7/5/2018).
Menurutnya, kenaikan konsumsi rumah tangga ini lebih dipengaruhi oleh masyarakat golongan menengah ke atas. Adapun pengeluaran yang dilakukan oleh masyarakat menengah atas adalah yang bersifat leisure seperti liburan dan jalan-jalan. Tak heran, pada periode ini tingkat penghunian hotel pun naik cukup signifikan.
"Jadi ada switching dari makanan ke nonmakanan. Jadi makanannya dikurangi. Ada pergeseran dari non-leisure ke leisure," imbuh dia.
Pria yang akrab disapa Kecuk ini menambahkan, meskipun kenaikan konsumsi rumah tangga pada triwulan I/2018 ini sangat tipis, namun dampaknya terhadap pertumbuhan ekonomi Indonesia sangatlah besar. Sebab, kontribusi konsumsi rumah tangga terhadap produk domestik bruto (PDB) sekitar 56,80%.
"Kenaikan tipis konsumsi RT dampaknya besar sekali, karena sharenya 56,80%. Karena pergerakan sedikit dia akan berpengaruh ke pertumbuhan ekonomi. Dan kalau kita lihat, seluruh komponen konsumsi rumah tangga itu tumbuh," tandasnya.
(fjo)