GOTO dan Grab Dikabarkan Mau Merger, Valuasi Tembus Rp312 Triliun

Jum'at, 09 Februari 2024 - 19:46 WIB
loading...
A A A
Sebelumnya, Uber Technologies Inc. meninggalkan kawasan ini pada tahun 2018 dengan imbalan saham di Grab, dan pesaing yang lebih kecil belum membuat perubahan besar pada duopoli Grab dan GoTo di pasar-pasar utama mereka.

Namun, kedua perusahaan sedang mempertimbangkan solusi untuk masalah tersebut. Perusahaan-perusahaan tersebut melihat kombinasi sebagai langkah besar menuju profitabilitas, dengan saham mereka yang merana di tengah kerugian yang meningkat. Saham masing-masing perusahaan turun sekitar 70% sejak debutnya masing-masing beberapa tahun yang lalu.

Persaingan antara Grab dan GoTo telah membuat harga yang ditawarkan kepada konsumen menjadi sangat rendah di negara-negara seperti Indonesia. Di pasar terbesar di Asia Tenggara di mana regulator juga secara aktif memastikan tarif yang terjangkau, biaya perjalanan dengan kendaraan roda dua bisa kurang dari USD1 dan perjalanan dengan mobil tidak lebih dari itu.

Hal tersebut membuat perusahaan-perusahaan transportasi memiliki tekanan untuk berekspansi ke layanan-layanan yang berdekatan seperti pengantaran dan pembayaran digital.

Lebih lanjut, Grab dan GoTo disebut-sebut telah mempertimbangkan potensi merger dalam beberapa tahun terakhir. Kali ini, diskusi dimulai kembali setelah GOTO melepaskan kendali atas unit e-commerce Tokopedia ke TikTok milik ByteDance Ltd. pada bulan Desember 2023 lalu.



Salah satu tantangan dalam negosiasi merger di masa lalu adalah kontrol. CEO Grab Anthony Tan, yang memegang sekitar 60% hak suara di perusahaannya, telah menganjurkan untuk memimpin entitas gabungan.

Sementara Patrick Walujo, yang mengambil alih pada bulan Juni 2023 lalu, berhasil mengarahkan GOTO menuju profitabilitas yang disesuaikan pada kuartal keempat. Hal itu menandai sebuah langkah maju dalam menunjukkan kepada para investor bahwa perusahaan memiliki potensi pendapatan jangka panjang.

Grab dan GOTO memang telah melakukan pembicaraan untuk menggabungkan bisnis mereka di masa lalu, namun tidak berhasil. Beberapa tahun yang lalu, keduanya membuat kemajuan substansial menuju kesepakatan, tetapi pembicaraan terkait merger keduanya kembali meredup karena perselisihan mengenai pengelolaan pasar utama Indonesia.
(nng)
Halaman :
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1601 seconds (0.1#10.140)