Ngebet Gabung BRICS, Venezuela Imingi Cadangan Minyak Raksasa
loading...
A
A
A
JAKARTA - Venezuela menegaskan negara itu akan menjadi tambahan yang bagus bagi BRICS jika disetujui untuk bergabung. Negara di Amerika Selatan itu memiliki cadangan minyak terbesar di dunia yang pasti akan menjadi kontribusi positif bagi aliansi tersebut.
"Kami yakin Venezuela akan menjadi tambahan yang bagus bagi BRICS, kami memiliki cadangan minyak bersertifikat terbesar di dunia yang juga akan menambah keranjang produk yang dapat ditawarkan BRICS secara keseluruhan," kata Wakil Duta Besar Venezuela untuk PBB Joaquin Perez Ayestaran seperti dilansir Sputnik, Sabtu (10/8/2024).
Ayestaran menambahkan, Venezuela berharap keputusan untuk bergabung dengan BRICS akan diumumkan pada pertemuan puncak kelompok berikutnya di kota Kazan, Rusia, bulan Oktober mendatang.
"Saya berharap bahwa di Kazan selama pertemuan puncak berikutnya, keputusan tersebut dapat diumumkan secara resmi dengan cara yang positif. Ini akan menjadi perkembangan yang sangat disambut baik di Venezuela," kata dia. "Namun jika tidak, kami masih di sana dengan tawaran dan komitmen kami untuk menjadi pemain aktif di dunia baru ini," imbuhnya.
Ayestaran menjelaskan, keinginan Venezuela bergabung dengan BRICS adalah karena aliansi tersebut memimpin komposisi baru dunia multipolar. Venezuela, tegas dia, sangat ingin berkontribusi di dalamnya. "BRICS berada di garis depan dunia multipolar baru yang telah muncul dan Venezuela ingin berkontribusi pada konsolidasi dunia baru ini," tegas Ayestaran.
Dia menambahkan, Venezuela ingin menerapkan zona bebas sanksi di antara anggota sekutu untuk memudahkan kehidupan warga negara. "Kami memiliki gagasan untuk memiliki semacam zona bebas sanksi, yang lebih pragmatis, berorientasi pada tindakan di luar kursus-kursus di PBB tetapi (bertujuan) untuk mendapatkan hasil pada basis sehari-hari warga negara kami," ujarnya.
Zona tersebut, jelas Ayestaran, bertujuan untuk memungkinkan berbisnis satu sama lain tanpa dibatasi oleh dampak sanksi. Hal itu, kata dia, tengah dibahas di antara Kelompok Sahabat (Group of Friends) pada tingkat politik tetapi juga secara terpisah lebih pada sisi yang berorientasi pada tindakan.
Kelompok Sahabat dalam Pembelaan Piagam Perserikatan Bangsa-Bangsa didirikan pada 6 Juli 2021, di New York. Saat ini kelompok tersebut mencakup 18 negara anggota, di antaranya Rusia, Suriah, Iran, dan China.
"Kami yakin Venezuela akan menjadi tambahan yang bagus bagi BRICS, kami memiliki cadangan minyak bersertifikat terbesar di dunia yang juga akan menambah keranjang produk yang dapat ditawarkan BRICS secara keseluruhan," kata Wakil Duta Besar Venezuela untuk PBB Joaquin Perez Ayestaran seperti dilansir Sputnik, Sabtu (10/8/2024).
Ayestaran menambahkan, Venezuela berharap keputusan untuk bergabung dengan BRICS akan diumumkan pada pertemuan puncak kelompok berikutnya di kota Kazan, Rusia, bulan Oktober mendatang.
"Saya berharap bahwa di Kazan selama pertemuan puncak berikutnya, keputusan tersebut dapat diumumkan secara resmi dengan cara yang positif. Ini akan menjadi perkembangan yang sangat disambut baik di Venezuela," kata dia. "Namun jika tidak, kami masih di sana dengan tawaran dan komitmen kami untuk menjadi pemain aktif di dunia baru ini," imbuhnya.
Ayestaran menjelaskan, keinginan Venezuela bergabung dengan BRICS adalah karena aliansi tersebut memimpin komposisi baru dunia multipolar. Venezuela, tegas dia, sangat ingin berkontribusi di dalamnya. "BRICS berada di garis depan dunia multipolar baru yang telah muncul dan Venezuela ingin berkontribusi pada konsolidasi dunia baru ini," tegas Ayestaran.
Dia menambahkan, Venezuela ingin menerapkan zona bebas sanksi di antara anggota sekutu untuk memudahkan kehidupan warga negara. "Kami memiliki gagasan untuk memiliki semacam zona bebas sanksi, yang lebih pragmatis, berorientasi pada tindakan di luar kursus-kursus di PBB tetapi (bertujuan) untuk mendapatkan hasil pada basis sehari-hari warga negara kami," ujarnya.
Zona tersebut, jelas Ayestaran, bertujuan untuk memungkinkan berbisnis satu sama lain tanpa dibatasi oleh dampak sanksi. Hal itu, kata dia, tengah dibahas di antara Kelompok Sahabat (Group of Friends) pada tingkat politik tetapi juga secara terpisah lebih pada sisi yang berorientasi pada tindakan.
Kelompok Sahabat dalam Pembelaan Piagam Perserikatan Bangsa-Bangsa didirikan pada 6 Juli 2021, di New York. Saat ini kelompok tersebut mencakup 18 negara anggota, di antaranya Rusia, Suriah, Iran, dan China.
(fjo)